Selamat membaca
***
Bosan, sudah 3 hari sekolah dan teman sebangkunya belum juga masuk. Sebenarnya ia juga sudah mulai akrab dengan teman sekelasnya tapi tetap saja yang perempuan masih menatapnya sinis.
Hampir semua murid belum tahu kalau ia adik dari Revan dan Rafi, memang ia akan membiarkan satu sekolah tau dengan sendirinya tanpa harus berkoar - koar memberi tahu kebenarannya.
"Pindah."
Rara mengangkat kepalanya kaget melihat ada murid perempuan yang duduk di sampingnya. "Hah?"
"Pindah."
"Lihat ada bangku kosong gak? Enggak kan?" tanya Rara sedikit menahan marahnya.
"Oh, jadi lo Nela teman sebangku gue yang udah gak masuk 4 hari?" tanya Rara lagi setelah menyadari bahwa Nela duduk di sampingnya.
Tidak ada jawaban, Nela justru keluar kelas. Ada apa dengannya? Apa ia tidak suka dengan kehadirannya. Rara diam membiarkan Nela keluar kelas, lagi pula bel masuk masih 15 menit lagi.
Awan menoleh ke belakang dan terlihat raut wajah Rara yang bingung, "Dia emang jarang berbaur sama teman kelas. Sifat dia emang kayak es batu, jadi dia kayak gitu bukan karena kehadiran lo. Tenang aja."
Rara melotot, "Lo bisa baca pikiran gue ya?"
Awan tersenyum mencurigakan, "Enggak."
"Eh, lo sebenarnya siapanya kakak kelas sih?" tanya Awan penasaran.
"Kakak kelas yang mana?"
"Kakak berempat yang biasanya sama lo mulu."
Rara mengetuk dagunya dan terlihat berpikir, "Oh mereka, kepo lo kayak dora."
"Salah juga si penasaran sama lo." ujar Awan lalu berbalik menatap depan lagi.
Nela masuk lagi ke kelas bertepatan dengan bel masuk berbunyi. Tidak ada senyuman diwajahnya, bahkan dia juga tidak menyapa teman kelasnya. Dari awal masuk sekolah kelas 10 ia duduk sendirian, kerja kelompok juga terpaksa jika tidak diperbolehkan bekerja sendiri. Aneh, pikir Rara.
Selama pelajaran berlangsung hingga pulang sekolah mereka benar - benar tidak ada obrolan. Rara juga belum berani mengajak ngobrol, ia ingin nekat tapi tatapan Nela membuatnya mengurungkan niatnya.
Lima menit sebelum bel pulang, Rara berkali - kali mengecek handphone nya menunggu balasan dari kakaknya untuk tidak meninggalkannya. Sampai pulang juga baru Raja, kakak pertamanya yang kerja di luar kota yang menjawab.
Siblings Goals (4)
@Kafi @Kare tungguin gue:(
Kara
Loh udah jam pulang emang?Udah, barusan
Ini pada kemana sih:(Kafi
Sok imut njs
Parkiran buru"Nel, lo gak pulang? Oh iya, kenalin gue Rara anak baru yang enggak baru sih sebenarnya."
"Udah tau."
"Judes amat, permisi dong mau keluar nih." ujar Rara yang hendak keluar namun ia duduk di pojok sehingga mengharuskan Nela yang keluar terlebih dahulu.
Nela berdiri dan menatap Rara datar, yang ditatap seperti itu hanya bergidik ngeri, "Lo buruan balik deh, udah lumayan sepi juga nih sekolah. Ngeri kesambet."
Rara mengintip dari jendela kelas memastikan apakah Nela sudah akan pulang atau belum, dilihatnya Nela sudah membawa tasnya dan bersiap keluar kelas. Rara berlari menuju parkiran sebelum ia ketahuan.
Tok.. Tok..
"Siapa ya?" tanya Revan setelah menurunkan kaca mobilnya.
"Buruan." Rara membuka pintu mobil bagian belakang dan mendapati Bryan dan Vian yang ikut bergabung.
"Mau numpang makan." ujar Vian memelas.
"Tumben gak bawa motor?" tanya Rara.
"Tadi Bryan dianter sopirnya terus gue numpang deh." jawab Vian mewakili Bryan.
Mereka menjalankan mobilnya menuju salah satu restoran untuk drive thru karena tahu pasti di rumah sedang tidak ada makanan, mengingat Adena yang sibuk bekerja dan bi Sari yang sedang cuti.
Antrean yang lumayan panjang membuat mereka mengeluh. Sepuluh menit mereka menunggu hingga akhirnya kini giliran mereka yang pesan.
"Assalamualaikum, mau ice cream cone dong." ujar Rafi seraya menyembulkan kepalanya.
"Maaf, Kak. Untuk ice cream cone lagi kosong."
"Kayak hati gue dong ya. Eh, salam wajib dijawab kak."
"Maaf, saya non muslim."
Mereka berlima menahan tawa melihat ekspresi terkejut Rafi yang merasa tidak enak dan minta maaf berkali - kali. Ia langsung pesan makanan yang cukup banyak, boros hari ini tidak apa - apa.
Setelah membayar dan mengambil pesanannya mereka melanjutkan perjalanan ke rumah. Rara melihat nota yang ada di dalam tas berisi makanan tadi. "Murah amat empat ratus delapan ribu, kenapa gak sekalian lima ratus aja."
Revan menoleh ke belakang dan menatap tajam, "Lima ratus pakai uang lo."
***

KAMU SEDANG MEMBACA
4AR
NonfiksiMenjadi anak perempuan terakhir pasti menjadi impian sebagian orang. Namun bagi Rara ini adalah hal yang paling menyebalkan. Memiliki 3 kakak laki - laki yaitu Raja, Rafi, dan Revan yang sangat sayang dengannya dan tidak mau ia terluka karena cinta...