Menatap heran wanita yang selama bertahun-tahun tersebut menjadi sahabat tercintanya, menyantap sajian menu dengan lahap layaknya tidak diberi makan selama berhari-hari.
“Xi Luhan..!”. Baekhyun menegur serius. Begitu tahu jika Luhan sudah bertingkah tidak biasa berarti tengah berada dalam keadaan tidak baik-baik saja.
“Makan perlahan atau aku lempar semua makanan yang ada di meja kita..!”. Baekhyun tegas dalam keadaan tertentu untuk menekan Luhan agar berhenti bertindak bodoh.
Delikan mata rusa milik wanita berparas cantik tersebut terhampar. Mengunyah makanan yang penuh di dalam mulut lalu mengalirinya dengan setengah gelas air mineral. “Tega sekali. Aku kan hanya makan. Kenapa kau tampak marah seperti itu..?”.
“Tentang Sehun lagi..? Kali ini apalagi yang diperbuat bajingan itu hingga membuatmu seperti ini..?”. Mengerti jika satu-satunya yang dapat merusak suasana hati Luhan hanyalah Sehun seorang. Seorang lelaki yang hingga kini belum mampu ia sukai sebagai suami sahabatnya.
“Sampai kapan kau akan memanggil nama Sehun dengan benar, Baek..? Dia suamiku jika kau lupa..”.
“Sampai dia memperlakukanmu selayaknya isteri dan menghargai pengorbananmu hingga ia berada di posisi tinggi seperti sekarang ini. Singkatnya aku tidak mau sialan bangsat itu lupa diri..!”.
“Baekhyun-ah.. mulutku sudah berbusa rasanya mengingatkanmu untuk tidak mengungkit hal yang sudah usang. Sudah ku katakan juga bahwa apa yang aku lakukan murni karena aku ingin, bukan karena paksaan. Lagipula saat ini Sehun benar-benar menanggung seluruh hidupku, bukan..? Jadi, rasanya tidak sia-sia apa yang telah terjadi sebelumnya..”.
“Terserah kau saja. Darahku seketika bertekanan tinggi jika mendengarmu terus membelanya. Lanjutkan makananmu. Lalu kita ke butik langganan..”.
“Tapi dompetku sangat tipis. Kau tahu ini pertengahan bulan, bukan..?”.
“Aku sudah mengatakan jika hari ini akan menjadi mesin uang berjalanmu, sayang. Jadi, pilihlah busana yang banyak..”.
“Hmm.. kau perhatian sekali, Baek. Memanjakanku. Seandainya saja kau seorang lelaki, pasti sudah ku jadikan suami..”. Celetuk Luhan main-main sembari menyuap irisan nasi berisi daging salmon setelah dicelupkan ke dalam pasta mint.
“Nanti setelah kau sampai rumah, katakan pada Sehun bahwa kau akan bercerai dan menikahlah denganku. Asal kau tahu, aku lebih kaya dari suami bajinganmu itu..!”.
Luhan terbahak. Baekhyun adalah satu-satunya pembangkit suasana hatinya tatkala tengah berada di sisi terbawah. “Sinting..!”.
“Aku pewaris tunggal, dan honorku sebagai dokter juga sangat sejahtera. Jadi.. aish.. aku sampai bosan mengatakan ini. Jadi, tolong yaa nona menyebalkan, jangan sungkan untuk meminta apa saja padaku. Oh Ya Tuhan.. bahkan aku mampu membelikan rumah yang lebih megah dari rumah yang dimiliki suamimu, Lu..”.
Luhan tidak marah. Karena dengan cara itulah sahabat wanitanya melampiaskan kemarahan pada suami yang nyatanya kerap tidak menganggapnya ada.
Menaruh sumpit lalu menyeduh jus tomat yang dipesan secara terpisah karena restoran ini tidak menyediakan. “Berapa rasa terima kasih yang telah kau dapatkan dalam sepekan ini..?”. Luhan selalu menyisipkan beberapa menit untuk menanyakan kehebatan dan dedikasi sang sahabat dalam menolong banyak nyawa, mengingat pekerjaan Baekhyun sebagai dokter spesialis bedah.
Baekhyun memajukan wajah, jemarinya meraba kantung mata yang terbentuk. “Lihat ini..! Astaga.. seperti hantu yang diforsir menjaga makam. Tapi sangat layak karena dalam sepekan ini aku mendapat 13 rasa terima kasih..”.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Free (HunHan GS)
Short Story"Luhan hanya memahami bahwa luka adalah bumbu, dan cinta adalah tiang utama yang harus tetap ia gugu meski hatinya berlumur darah yang nyaris membeku". Main Cast : Oh Sehun Xi Luhan