Chapter 3

565 100 31
                                    


 
 
Luhan mengikuti semua instruksi yang diberikan oleh tutor kesehatannya. Rutin melakukan hubungan seksual dengan sang suami demi terwujudunya seorang janin di dalam kandungannya. Hingga berkali-kali ia harus menelan kecewa tatkala melihat hasil testpack yang masih menunjukkan satu garis merah, dan berakhir pada tatapan datar yang dihadiahkan sang suami.
 

Ia juga ingin segera mengandung. Sungguh ingin. Kedua tangannya pun kerap ia angkat untuk memohon agar harap segera terkabul. Luhan mengerti semua butuh proses, kesabaran dan waktu. Namun tatapan Sehun seolah menghakimi bahwa dirinya adalah wanita tidak berguna yang hanya bergantung hidup tanpa memberi imbalan yang setara.
 

Dan pagi ini. Sebelum jam praktek dokter Kim tiba, Luhan datang lebih awal. Menghembuskan nafas beratnya perlahan di kursi tunggu dekat ruangan praktek dokter Kim. Luhan sudah berkenalan dengan dokter yang ternyata masih single dan tampak sangat muda tersebut melalui Baekhyun. Ia juga cukup banyak mencurahkan isi hati perihal keinginannya untuk memiliki buah hati. Tentu saja dokter Kim juga memberi kiat-kiat sesuai medis mengenai apa yang perlu dilakukan.
 

“Luhan..?”.
 

Yang dipanggil menoleh mendengar suara dokter Kim yang kini menatapnya penuh selidik. “Selamat pagi dokter..”. Sapanya dengan senyum ramah bersama lengkungan bibirnya yang tertarik dengan garis sudut sama.
 

Dokter Kim datang 1 jam lebih awal dari jam praktek. Tentu heran melihat Luhan yang sudah entah berapa lama duduk di kursi ruang tunggu depan ruangan prakteknya.
 

“Aku tidak ingin menjawab salammu, yang ku butuhkan alasanmu sudah berada disini padahal kita tidak memiliki janji check up hari ini..”. Bukan tak ramah, melainkan ujaran resah mengingat mereka telah berteman sejauh ini. Cukup akrab juga karena sikap ramah dan luwes Jongin.
 

“Itulah alasanku datang lebih awal. Daftar antri pasien check upmu pasti penuh hari ini. Jadi, aku datang lebih awal agar kau memeriksaku tanpa harus mengambil nomor antri. Hehehe..”. Cengirnya dengan rona wajah polosnya. Membuat Jongin tidak mampu untuk merasa kesal pada wanita cantik yang sudah bersuami tersebut.
 

Jongin memberi perintah pada asistennya untuk membuka ruangan praktek dan menyiapkan yang diperlukan untuk pemeriksaan.
 

“Apa keluhanmu..?”. Tanyanya sembari membantu Luhan berdiri. Jongin menyadari bahwa rona wajah Luhan pucat meski senyum terus terpatri di kedua lengkung bibir tersebut.
 

“Aku selalu merasa pening setiap menjelang subuh. Badanku lemas sekali rasanya di jam sarapan pagi. Padahal asupan makanku teratur. Tolong periksa dengan baik, aku khawatir kondisiku ini berpengaruh pada kesuburanku, dokter..”.
 

Hanya menuruti tanpa membantah ketika asisten Jongin membantu dirinya untuk menaiki ranjang pemeriksaan yang didekatnya dilengkapi alat medis.
 

“Kau tidak berbohong untuk keteraturan asupan makananmu, bukan..?”. Jongin mulai memeriksa sembari sedikit mengintrogasi Luhan.
 

“Tidak. Sungguh aku berkata jujur, apalagi pada dokterku sendiri..”.
 

“Apa kau juga merasa mual di pagi hari..?”.
 

Emm.. yaa.. aku merasa mual tapi bukan pada pagi hari melainkan siang menjelang sore..”.
 

“Kau tidak berasumsi bahwa kondisimu ini adalah tanda-tanda kehamilan..?”.
 

“Aku sudah menjauhkan asumsi itu karena terlalu takut kecewa..”.
 

“Jadi kau menyerah ingin memiliki anak..? Jika demikian, aku mendukung keputusanmu..”.
 

Goodbye Free (HunHan GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang