Setelah hari itu, Xie Lian mengikuti Hua Cheng ke Perusahaan, dia diposisikan menjadi sekretaris dan memiliki kantor diruangan yang sama dengan sang suami.
Kantor Hua Cheng memiliki ruang yang besar, ditempati beberapa furnitur dan memiliki kamar untuk beristirahat. Sangat nyaman menjadi bos besar, pikir Xie Lian.
Dua hari setelah Xie Lian mulai bekerja. Hua Cheng mendapat laporan, bahwa ada pria asing yang datang kekediamannya. Pria itu memaksa untuk bertemu dengan sang istri. Mengingatkan Hua Cheng akan adegan dalam mimpinya, laporan itu jelas merupakan bukti untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa mungkin apa yang ada dimimpinya adalah gambaran peristiwa di masa depan. Setelah memberi perintah untuk mengusir si pria. Hua Cheng masih tidak merasa tenang. Xie Lian juga akan terganggu ketika mengetahui kedatangan pria itu kerumah mereka.
Jun Wu layakya bom waktu yang akan menghancurkan kehidupan rumah tangganya nanti, dia tidak bisa menunggu saat itu tiba tanpa pertahanan.
Mengusir saja mungkin tidak akan menghasilkan dampak, Hua Cheng masih memiliki rencana lain dalam pikiran, dia berencana menghubungi seorang ilmuan bernama Ming Yi, Ming Yi tidak lebih dari seorang pria berperut hitam yang sangat tergila-gila dengan penelitiannya. Hua Cheng mengakui bahwa otaknya selalu handal melahirkan ide-ide licik namun brilian. Seandainya Ming Yi ini bukanlah orang yang bisa menikam teman sendiri, mungkin peluang bagus membuat kerjasama jangka panjang dengannya.
Hua Cheng pernah berjanji pada orang tuanya untuk tidak berhubungan lagi dengan kenalan ini, meski begitu dia masih menjaga sedikit koneksi.
Setelah mendapat informasi tentang keberadaan Ming Yi dari sahabatnya He Xuan. Hua Cheng mengintruksikan salah satu orang kepercayaanya untuk membuat kesepakatan. Hua Cheng menawarkan uang yang cukup membuat Ming Yi merasa kaya beberapa hari. Hanya saja hasil harus terlihat untuk sisa uang yang dia janjikan. Hua Cheng tidak pernah pelit dengan uang, karena yang dia miliki adalah uang lebih.
Setelah kesepakatan dibuat, untuk sementara keadaan damai, dan hubungannya bersama Xie Lian juga membuka lembar baru. Mereka sering melakukan hal-hal berdua. Mulai saling memberi kecupan lembut untuk mengawali hari dan mengakhiri malam. Sampai hari perjalanan berlangsung, keduanya masih memancarkan buih-buih cinta baru.
Karena beban kerja yang lumayan banyak, Xie Lian sejenak melupakan permasalahan kehidupan sebelumnya. Dia menjadi pekerja kantoran saat ditempat kerja dan menjadi pasangan yang baik ketika berada dirumah. Tapi masih belum ada perkembangan menuju hubungan intim.
Rasanya tidak mungkin bagi Hua Cheng memiliki 'masalah' dikehidupan inikan?. Xie Lian yang fokus pada laporan keuangan ditangannya tiba-tiba mengalihkan perhatiannya pada Hua Cheng, pria tampan akan terlihat lebih tampan ketika mereka bekerja. Segera Xie Lian disadarkan atas pikirannya, hal bodoh apa yang aku pikirkan saat bekerja?! Fokus! fokus!
Xie Lian menggelengkan kepalanya, menjauhkan pikirannya dari ketampanan Hua Cheng.
Perjalanan ke Negara X memakan waktu 5 jam penerbangan. Perjalanan mereka dilakukan lebih awal karena ada perubahan rencana. Ketika sampai ditempat tujuan, hotel tempat mereka tinggal selama dua minggu kedepan telah dipesan, keduanya disambut dengan baik dan diperkenalkan pada pemandangan hotel yang memanjakan mata. Perjalanan yang tidak buruk, pikir keduanya.
Setelah memastikan rencana kerjasama berjalan dengan baik, akan ada waktu bagi mereka menghabiskan waktu bersama, Hua Cheng kembali ke hotel saat hari sudah malam, bisnis mereka akan selesai setelah pertemuan berikutnya.
Hua Cheng yang baru selesai mandi mendekati Xie Lian, pemuda itu sedang menikmati kerlap-kerlip ibu kota negara X. Cuaca berangin tidak mengurungkan niatnya melihat lebih banyak. "Apakah kau suka disini?" Hua Cheng bertanya didepan telinga Xie Lian, merendahkan tubuhnya untuk mencium.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Redemption
FanfictionKarakter dipinjam dari novel karya mo xiang tong xiu. Fanfiction Hua Cheng x Xie Lian #87-mistery 26/11/21 "Aku putuskan menyerah karena tidak lagi ada yang harus dipertahankan. dengan penyesalan yang setiap menit memberiku sayatan yang lebih pedih...