Rea memerhatikan sekali lagi dirinya di depan cermin. Pagi ini ia bangun lebih awal dari biasanya, karena salah memasang alarm. Akhirnya terpaksa ia terbangun pukul 04.15.
Ceklek
Rea membuka pintu kamarnya dan langsung menuruni tangga menuju dapur. Jam segini biasanya sang Mama sedang menyiapkan sarapan. Rea berniat untuk membantu.
"Masak apa, Ma?" tanya Rea sambil mendekat kearah Mamanya.
Mama menoleh kearah Rea dan tersenyum melihat putrinya yang bangun tanpa dibangunkan.
"Masak nasi goreng campur daging. Kamu tolong Mama siapkan piring dan sendoknya, ya."
Rea langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh Mamanya.
"Sekolah kamu gimana, Re? Kita udah jarang ngobrol ya. Maafin Mama ya, Re. ini karena Mama sibuk sama pekerjaan Mama," Mama menatap Rea dengan tatapan sendu.
Rea tersenyum, "Nggak papa, Ma. Sekolah Rea baik-baik aja, kok. Semua berjalan lancar."
"Bagus lah. Mama panggil Papa dulu, ya."
Setelah Papa dan Mama sudah berada di meja makan lagi, mereka sekeluarga pun sarapan bersama.
"Rea berangkat, Ma," Pamit Rea kepada Mamanya. Papanya sudah berangkat 10 menit yang lalu.
"iya."
Rea berjalan keluar rumahnya. Ia membuka pintu depan rumahnya, dan...
"Selamat Pagi," menjadi kalimat yang pertama kali didengar saat Rea membuka pintu. Rea terbengong melihat Alden yang sudah rapid an beridiri tepat di depannya.
"Yok, berangkat," Alden menarik tangan Rea menuju mobilnya.
Rea masih saja terdiam. Ia tidak melakukan apa-apa. Saat mobil sudah dijalankan dan berjalan lumayan jauh dari rumah Rea, barulah perempuan itu tersadar. Rea memukul Alden. Lalu terdengar bunyi Bughh, setelah itu diikuti suara BRAAKK yang sangat nyaring. Mobil Alden menabrak pohon!
"REA!" teriak Alden. Rea yang memang bersalah di kejadian ini hanya bisa terdiam dan menatap kedepan. Benarkah ia yang membuat kekacauan ini?
"Lo apa-apaan sih. Lihat kan sekarang mobil gue ancur," Alden keluar dari mobilnya sambil mengacak rambutnya. Rea memandang Alden yang sudah berada diluar dengan takut-takut. Rea memutuskan untuk keluar dari dalam mobil. Ia berjalan dengan sangat pelan kearah depan mobil.
"Lihat? Ck! Kenapa juga ya gue jemput lo," Sekali lagi Alden mengacak rambutnya. Ia menatap frustasi kearah mobilnya.
YANG NYURUH DIA JEMPUT GUE SIAPA??!! Rasanya Rea ingin berteriak seperti itu kepada Alden. Tapi itu sama sekali bukan ide yang baik, itu pasti akan membuat Alden tambah marah. Akhirnya, Rea hanya diam dan menatap rumput dibawah kakinya.
"Ma...af," kata Rea terbata-bata. Nada suaranya sangat menggambarkan kalau ia takut sekarang.
Alden yang mendengar nada takut dikata Rea pun menatap perempuan itu dengan tatapan menyesal.
"Rea, gue...gue nggak...udahlah lupain aja," Alden menarik tangan Rea lalu mereka berjalan diatas trotoar.
Rea memandangi mobil Alden yang bagian depannya masih menempel dengan pohon. Banyak orang yang mengerubungi mobil Alden, bahkan ada yang meneriakinya juga. Tapi Alden cuek. Ia terus saja berjalan sambil menggandeng tangan Rea.
"Alden, mobil lo..."
"Biarin aja. Nanti gue suruh supir buat ngambil mobilnya," kata Alden santai.

KAMU SEDANG MEMBACA
ODS {1}: Choose
RandomOur Destiny Series~1 Ini tentang beberapa hati yang terluka. Kisah tentang terbaginya sebuah cinta. Seseorang harus mengalah dan mengorbankan kebahagiaannya. Sakit memang sakit. Seperti dihujam silet, teriris perih. Menyayat urat nadi dan meneteska...