#1 Perihal Surat

181 32 6
                                    

          13 Januari 1975

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

          13 Januari 1975.

          "Sudah berapa lama Emmilah membaca surat ini?" Ucap sang Ibunda.

Emmilah telah membaca surat pemberian pemuda itu berulang kali, selama hidup kurang lebih 20 Tahun, baru kali ini Emmilah mendapat surat pemberian orang asing.

"Tulisanya sangat sopan." Cakapnya.

"Dimana Emmilah mendapat surat itu?" Tanya sang ibu kembali.

Alih-alih menjawab, Emmilah justru tersenyum memandangi suratnya.

"Emmilah dapat di toko buku." Jawabnya jujur.

"Orang asing?"

"Iya buk."

"Hati-hati jika itu orang asing, Emmilah."

"Aku tahu ibu."

Emmilah beranjak dari lantai tempat ia duduk, wanita itu segera mengambil buku yang ia beli kemarin, juga kertas serta pena yang entah kenapa harus Emmilah bawa.

"Ibu, Emmilah pergi dahulu," ucap wanita itu tergesa-gesa memakai pembungkus kaki atau disebut sepatu pada tahun mendatang.

Pada malam saat sebelum Emmilah membaca buku yang ia beli, Emmilah membuka surat pemberian pemuda itu terlebih dahulu. Dengan tulisan yang indah nan rapih dilihatnya ternyata pemuda itu bernama Yoshef Maartjé.

Rasa bingung yang dimiliki Emmilah sudah tenggelam oleh rasa bahagia. Senyumnya jelas tidak berbohong, Emmilah senang ternyata lelaki yang masih asing bagi Emmilah itu menginginkan dia untuk kembali ke toko buku.







          Kembali pada tanggal 13 Januari 1975, dimana hari ini Emmilah memutuskan untuk kembali ke toko buku dan bertemu dengan Yoshef.

Masih mengenakan gaun putih, Emmilah terlihat sangat menawan dengan rambut terurai serta alas kaki berwarna coklat.

Dengan mandiri, gadis itu berjalan menuju toko buku karna jarak yang tidak terlalu jauh dari tempatnya berada.

Baru kali ini Emmilah membeli sebuah buku cerita, jika gadis itu tahu salah satu pekerjanya ada Yoshef, mungkin Emmilah akan lebih rajin pergi ke toko buku.

Cuaca bulan Januari kini cukup dingin dengan pakaian seadanya yang Emmilah gunakan. Gumpalan awan membuat perjalan Emmilah sedikit teduh dan tak terasa telah sampai di tujuan.

1975 ; YoshinoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang