Pakaian Sofia sudah compang-camping sejak terakhir kali ia mengganti pakaian, kurang lebih lima hari yang lalu. Jangan tanyakan bagaimana lepeknya rambut sebahu yang terus ia ikat sejak lima hari yang lalu dan kini sudah tak lagi beraturan. Belum lagi aroma tubuhnya yang penuh dengan debu jalanan, bercampur dengan keringat dan bau sengatan matahari.
Perempuan itu tengah mengatur napasnya sembari bersandar di balik kotak pembuangan sampah kota yang berukuran cukup besar. Ia menenggak tegukan terakhir dari sisa air minum dalam botol mineral yang ia temukan di supermarket pinggir jalan. Tentu saja, supermarket yang sudah ditinggal oleh sang pemilik. Orang akan tahu seberapa kasarnya Sofia menggak sisa-sisa bekal minumnya dari caranya menyeka bibir menggunakan punggung tangan.
Sofia lantas mengintip dari balik kotak sampah besi ke arah jalan utama. Ia tidak menemukan tanda-tanda kehidupan, baik itu manusia ataupun pada cyborg sialan itu. Perlahan, perempuan itu berjalan mendekat ke mulut gang. Bersembunyi pada bayang-bayang dinding bangunan yang tertimpa sinar matahari serta sebuah tiang listrik besar. Setelahnya, ia dengan hati-hati memperhatikan kondisi jalanan. Dilihatnya manusia-manusia berompi bersenjata lengkap tengah berpatroli di seberang jalan, serta beberapa cyborg berlalu-lalang di trotoar.
Sofia merogoh ke dalam saku bajunya. Mempersiapkan bom asap serta sengatan listrik yang sudah berada di ambang daya. Begitu ia merasa orang-orang yang tadi dilihatnya berada dalam jangkauan, Sofia melemparkan bom asap itu ke tengah jalan. Seketika itu, asap berwarna merah muda yang sangat pekat memenuhi jalanan dengan radius ratusan meter. Berbekal mutasi gen dalam keluarganya, Sofia dapat dengan mudah melihat dengan penglihatan normal bahkan di dalam asap pekat itu. Ia menyerbu dua orang manusia bersenjata lengkap menggunakan sengatan listriknya dan membuat keduanya hilang kesadaran. Begitu Sofia berhasil mendapatkan senapan milik kedua orang tadi, ia menggunakannya untuk menyerang cyborg yang berusaha untuk menangkap dalang dari bom asap itu.
Sofia menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri. Ia berlari menuju gedung bekas stadion tua yang berada di pinggiran kota. Di sana, satu-satunya portal yang dapat ia gunakan untuk meloloskan diri tersisa. Portal-portal lain sudah dijaga ketat oleh para pembelot. Beberapa diantaranya bahkan sudha dihancurkan. Tidak ada yang mengetahui keberadaan portal itu kecuali Sofia dan kelima kawannya. Enam ras Windster, pemilik kunci portal. Empat diantara mereka sudah terlebih dahulu melewati portal itu dan berhasil meloloskan diri dari kota yang dikepung pembelot. Sedangkan dua diantaranya masih terjebak di kota. Sofia, serta Jaguar yang tergabung dalam kelompok pembelot.
Untuk itulah, Sofia harus terlebih dahulu sampai di portal itu sebelum Jaguar. Jika tidak, tak akan ada rute meloloskan diri kembali baginya. Dengan demikian, pilihan hidupnya hanya dua. Mati, atau bergabung dalam kelompok pembelot.
Begitu Sofia berhasil menjangkau gedung stadion lama, ia segera bergegas menuju lokasi portal yang ia maksud. Dengan penuh waspada, perempuan itu berjalan dengan penuh siaga. Satu senapan ia kalungkan di punggungnya, sedangkan satu senapan lagi ia siagakan. Begitu pintu ruangan yang ia maksud sudah terlihat di depan mata, Sofia mempercepat langkahnya. Sedikit lagi, batinnya. Sayangnya, hati Sofia harus mencelos,. Karena, ketika Sofia meraih gagang pintu, ia merasakan sebuah senapan menempel di pelipisnya.
"Ck, tidakkah kau membuatku menunggu lama, Sofia?" tanya sebuah suara berat di sampingnya.
Jaguar.
KAMU SEDANG MEMBACA
GenFest 2021: Sci-Fi
Ciencia FicciónMasa depan menanti kita, bukan semata dengan kisah-kisah bahagia, tetapi peradaban maju dengan teknologi canggih sebagai perantara eksistensi manusia. Kali ini, akankah kedamaian bisa dirasakan umat manusia? [Cover by @ryekara] Ikuti Polling kami s...