#5 Kena Hujan

118 14 0
                                    

Tanpa tawa kakak , rumah terasa sepi
Kalau tidak ada kerusuhan yang kakak buat , semuanya jadi canggung
Kakak , sembuh ya

—Bayuraksa Ajisetya Pradana

Akhir Cerita Dari Semesta

。。。。。。。

Di hari minggu ini , Theo dan adik-adiknya sedang berkumpul depan TV. Menonton acara yang sedang ditayangkan. Disini Juan kembali tidak bisa berkumpul karena harus bekerja. Theo? Tempat kerjanya sedang tutup selama 3 hari entah apa alasan yang jelas. Hanya saja atasannya mengatakan akan menutup sementara resto tersebut selama 3 hari karena beberapa urusan. Lagi-lagi , Haekal selalu ingin berdekatan dengan si bungsu. Dia malah sedang memangku Aji layaknya anak kecil padahal tubuh Aji tumbuh lebih tinggi dari dirinya bahkan berat badannya lebih berat Aji. Terlihat jelas sekali kalau Haekal begitu menyayangi si bungsu.

"Kak , gak masak?"

Satu pertanyaan itu dimulai dari Leo yang menanyakan pada Naren sambil memainkan ponselnya. Jino sedang pergi mandi sebentar karena tadi tidak mendapatkan giliran mandi. Naren yang menjadi koki dirumah langsung menggeleng. Si penanya yang merasa perutnya sudah keroncongan langsung menampakkan tatapan malasnya. Tidak mungkin dia beli makanan diluar saat cuaca mendung seperti ini. Lagipun uang nya juga hanya tersisa membeli kuota saja. Jino baru saja keluar dari kamar mandi dan menyaksikan apa yang terjadi.

"Kenapa?"

"Leo laper , gue gak masak"

Naren langsung menimpali pertanyaan dari Jino. Merasa kasihan pada mereka semua yang belum sarapan karena dirumah hanya tersedia mie instan saja , Jino langsung pergi ke kamarnya dan mengambil uang dari dompetnya. Sebelum kembali ke bawah dia mengambil baju dahulu dan kembali menemui yang lainnya.

"Nih , gue ada duit...siapa yang mau belanja"

"GUE!"

Dengan antusias tinggi , Haekal langsung berteriak mengajukan dirinya untuk pergi belanja. Naren langsung menyetujuinya dan menyuruh Haekal membeli bahan-bahan untuk masakan sop makarani yang akan dia rencanakan untuk masakannya. Disaat Haekal sudah siap meluncur , Aji mengeluarkan permintaan kalau dia ingin ikut bersama Haekal. Senang bukan main , dia mengiyakan permintaan Aji. Mereka hanya pergi ke pasar kecil yang tidak jauh dari rumahnya. Berbekal uang 50ribu yang diberikan oleh Jino , dia membelanjakan bahan sesuai yang di perintahkan oleh Naren. Bahan sop dan makaroni saja. Setelah menyelesaikan kegiatan tawar menawar dan membeli bahan mereka memutuskan untuk langsung pulang. Sayangnya , cuaca sepertinya tidak mengijinkan mereka untuk pergi kerumah sekarang.

Tepat disaat Haekal mengambil kunci motor , hujan sudah turun mengguyur tanah. Haekal hanya menghela nafas pasrah , dia tidak benci hujan tapi dia terlalu khawatir dengan si adik yang tengah bersamanya. Takutnya dia kedinginan dan akan demam. Haekal baru saja berpikir seperti itu , saat hujan semakin deras disitulah Aji mulai memeluk tubuhnya sendiri. Dingin yang menusuk apalagi Aji hanya menggunakan kaos panjang tapi tipis dan tidak menggunakan jaket. Dia ingin mengajak Haekal pulang tapi keadaan masih hujan lebat.

"Kak..."

"Dingin dek?"

Aji mengangguk perlahan dengan posisi masih memeluk dirinya sendiri karena dingin. Pengen pulang kak...dingin disini , lirih Aji namun bisa di dengar oleh Haekal. Dirinya yang menggunakan jaket langsung melepaskan dan memakaikannya pada Aji. Bukannya makin menghangat , Aji makin gemetar dan kulitnya juga terasa dingin. Setelah menunggu beberapa saat , hujan sedikit melambat. Tanpa pikir panjang , Haekal menarik Aji naik ke motor dan melajukan motornya untuk pulang. Aji masih bisa terlindungi oleh jaket Haekal meskipun kakinya basah , sedangkan Haekal sendiri sudah basah total karena hanya menggunakan kaos oblong dan celana pendek.

Akhir Cerita Dari SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang