#3 Harus Seperti Ini?!

143 15 3
                                    

Keegoisan mematahkan segalanya
Jangan terlalu menentang
Apalagi memerintah sepihak karena egois
Ada kalanya orang harus memilih jalannya sendiri

Akhir Cerita Dari Semesta

。。。。。。。

Setelah membawa Aji pulang kerumah , Theo meminta ijin pada teman kerjanya agar menyampaikan pada atasannya kalau dia tidak bisa pergi bekerja dan harus merawat Aji dengan efisien. Juan tidak bisa ikut merawat Aji karena memang dia pekerja baru dan terlalu takut untuk mengambil libur sehari saja dan yang bisa dia dapat malu. Theo terduduk di samping Aji yang tengah berbaring dan matanya masih terpejam rapat. Tangannya tak henti-henti mengelus kening Aji dengan lembut dengan tatapan yang lembut juga pastinya. Haekal bukan seperti Theo , dia malah menjatuhkan airmata melihat si bungsu sedang lemas seperti ini. Dia menangis meratapi Aji yang terbaring karena tadi sempat ambruk , tengannya menggenggam tangan Aji yang lebih besar darinya dengan erat. Sesayang itu seorang Arjuna Haekal Bimaputra pada seorang Bayuraksa Ajisetya Pradana.

Leo menunju ke kamar dengan membawa baskom berisikan air dingin dan juga sapu tangan kering untuk mengompres Aji yang badannya memang terasa hangat cenderung panas. Jino menerima baskom tersebut dan memeganginya sedangkan Haekal segera membasahi sapu tangan tersebut dan memerasnya sedikit lalu menempelkan pada kening Aji. Tatapan Haekal sedikit memburam karena airmatanya hanya menggenang di pelupuk matanya saja tak mau mengalir jatuh lagi. Aji merasa keningnya sedikit basah karena kompres membuka matanya pelan-pelan. Pandangan pertama tertuju Haekal yang sedang membenarkan kompres nya yang hampir jatuh dan Theo yang sedang menatap Aji dengan gelisah. Aji sedikit tersontak melihat si sulung tidak pergi bekerja.

"Kak Theo gak kerja?"

"Gimana mau kerja dek , kamu aja sakit buat kakak tinggal"

"Kan masih ada yang lain kak"

"Kak , lo kalau mau kerja gapapa...ada kita disini yang jagain Aji"

Theo menoleh setelah mendengar pernyataan Rendy dengan suara yang tidak lumayan keras. Tapi , dirinya menggeleng tandanya dia tidak akan berangkat bekerja karena lebih memilih menjaga si bungsu sampai membaik baru dia akan bekerja.

"Gak dek , gue disini jagain Aji...lo katanya semalem ada janjian COD siang"

"Iya tapi nanti , kak"

Aji mendengarkan kedua kakak nya itu berbicara lalu tatapannya langsung kembali pada orang yang ada disamping kirinya tengah menatapnya dengan begitu lekat ditambah dengan genangan airmata. Aji ingin terkekeh tapi dia tidak ingin merubah suasana ini. Haekal , iya dia sedang menatap Haekal yang juga menatap dirinya tersebut. Aji mengernyit dengan heran membalas tatapan sang kakak.

"Kak , jangan bikin Aji takut kalau kakak ngeliatin Aji kayak gitu"

Haekal tersadar setelah adiknya berbicara seperti itu. Aji memang penakut meskipun pada hal kecil sedikitpun tapi dia kadang berani. Haekal yang sadar matanya sedang mengompol , dengan sigap dia menghapus sisa genangan airmata di pelupuk matanya dengan sekering mungkin bahkan jarinya memastikan tidak ada belek menempel di ujung matanya. Kali ini Aji terkekeh melihat tingkah sang kakak tersebut.

"Kak Haekal nangisin Aji?"

"Heh , enak aja! kelilipan ini kelilipan dek...kamu udah gede kenapa harus kakak nangisin kamu"

"Kakak masih cengeng kayak Aji waktu kecil"

"Sekarang kamu udah gede dek , kakak ga nangisin kamu lagi kayak dulu kalo jatoh dari pohon jambu"

Akhir Cerita Dari SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang