Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat malam para jombloh"er 😂 😂 😂 😂 😂
Typo bertebaran ya 🙏 🙏 🙏 🙏
Wang Yibo menjatuhkan dirinya di atas kasur. Setelah ia puas mengerjai pria sadis bernama Xiao Zhan, ia pun memiliki rencana lain. Entah kenapa, rasanya menyenangkan menggoda pria galak macam Xiao Zhan.
Bayangannya tentang Xiao Zhan berhenti saat ada yang mengetuk pintu kamarnya.
"Yibo. Apa kau sudah tidur?"
Wang Yibo segera beranjak dari kasur kemudian membuka pintu kamarnya.
"Ada apa?" tanya Yibo singkat. Seperti biasa, Yibo memang jarang berbincang dengan ayahnya. Itu semua disebabkan kesibukan sang ayah selama ini yang memang jarang meluangkan waktu dengan anak-anaknya.
"Ibumu menunggu di bawah. Kita akan makan malam bersama, sekaligus membicarakan tentang pekerjaanmu di kantor ayah." Wang Yibo mengangguk paham. Memang apalagi yang ingin dibicarakan oleh ayahnya selain pekerjaan.
"Aku mandi dulu. Setengah jam lagi aku turun." Wang Jie tidak ingin berbasa basi, setelah ia menyampaikan pesan dari sang istri Carmen Lee, tugasnya sudah selesai lalu kembali ke ruang makan.
Tiga puluh menit kemudian, Wang Yibo bergabung bersama ayah dan ibunya serta Lusi kakak perempuannya. Mereka memang jarang pula makan malam bersama. Jika ternyata malam itu mereka berkumpul, pasti ada sesuatu yang akan dibicarakan oleh ayahnya.
"Nah, Yibo. Ini ibu sudah siapkan sup iga untukmu." Yibo hampir saja menjatuhkan liurnya, saat melihat potongan tulang daging dengan harum gurih menyengat hidungnya.
Plak
"Tidak sopan!" hardik Wang Jie.
"Bo di, jorok sekali, sih!" giliran Lusi yang memarahi sang adik.
Kebiasaan Yibo selalu mengambil makanan dengan tangannya langsung. Kali ini ia megambil potongan iga yang masih berada di dalam panci dan tentu saja perbuatannya salah.
"Sayang, jangan lakukan lagi," ujar sang ibu dengan suara lemah lembutnya. Tentu saja Yibo hanya nyengir kemudian tersenyum pada ibunya.
"Kau terlalu memanjakan Yibo, lihat saja kelakuannya masih seperti anak kecil. Bagaimana bisa ia bekerja dengan serius, jika seperti ini terus?" Wang Jie tidak benar-benar marah, hanya saja sikap Yibo memang terlihat masih seperti anak-anak.
Carmen Lee akhirnya menginterupsi, "Hentikan pertengkaran kalian, ayo makan!"
Mereka pun makan dengan khidmat dalam keheningan. Sungguh sesuatu hal yang sangat dijunjung tinggi dalam sebuah keluarga, saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
Setelah selesai makan, Wang Jie mulai membuka pembicaraan. Rencana yang telah disusun sedemikian rapi untuk kemajuan perusahaannya. Wang Jie meminta Wang Yibo untuk membantu pekerjaan ayahnya di perusahaan. Walau Yibo sudah sering membantu ayahnya, tetapi kali ini Yibo harus fokus mengurus keseluruhan pekerjaan di perusahaan. Dalam waktu dekat ini, Wang Jie memang akan pergi ke New York, menyelesaikan pembangunan salah satu gedung perkantoran.