Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat malam minggu jombloh"er 😅😅😅
Typo bertebaran ya 🙏 🙏
Malam ini terasa sangat membosankan bagi seorang pemuda berusia 24 tahun. Ayahnya memaksa si pemuda untuk menemaninya, menghadiri acara peresmian sebuah hotel megah di kota Shanghai. Pemuda itu bernama Wang Yibo, putra bungsu dari seorang arsitek terkenal.
Wang Yibo hanya bisa menurut, ketika sang ayah memintanya untuk ditemani. Pasalnya, kakak perempuannya yang bernama Wang Lusi, tidak tertarik sama sekali untuk pergi ke acara yang tentunya dipadati oleh orang-orang kaya. Padahal Wang Jie, ayahnya, sangat ingin mengenalkan putrinya yang cantik kepada rekan-rekan sejawatnya, sekaligus mencarikan jodohnya. Namun akhirnya, Wang Jie hanya bisa mengenalkan Wang Yibo, putra bungsunya.
Hanya beberapa menit saja mereka saling berkenalan. Setelah itu mereka melanjutkan kembali obrolan seputar pekerjaan dan proyek-proyek yang sedang mereka kerjakan. Wang Yibo memisahkan diri dari sekumpulan kaum workaholic. Usianya masih terbilang muda untuk membahas masalah pekerjaan. Jangankan pekerjaan, kuliah pun sepertinya sulit untuk dijalankan bagi pemuda bernama Wang Yibo.
Wang Yibo menyentuh pundak sang ayah meminta izin, "Aku ingin mencari udara segar. Ayah telepon saja, jika sudah selesai." Wang Jie mendekatkan kepalanya pada Yibo, lalu mengangguk afirmatif.
Pemuda berwajah dingin itu kemudian berjalan melenggang melewati para tamu undangan. Beberapa pasang mata dari kaum hawa mengarahkan tatapannya kepada pemuda tersebut. Bahkan ada seorang gadis yang sengaja menghadang jalannya.
"Hai, kenapa terburu-buru? Bergabunglah bersama kami," sapa seorang gadis. Di belakangnya ada dua orang gadis lagi yang terlihat antusias ingin segera mengenal sosok tampan dan gagah di depannya.
Wang Yibo menepis tangan si gadis yang berusaha merangkul lengan bisep miliknya. "Maaf. Aku tidak tertarik pada wanita."
Pernyataan itu meluncur begitu saja dari mulut Wang Yibo. Bukan karena benar, tetapi itu hanya alasan agar dirinya bisa lepas dari gangguan para gadis genit. Sombong sekali, bukan?
"Haaaa," pekik kedua gadis di depannya sambil saling tatap, kemudian melihat kembali pada wajah tampan dan dingin milik Yibo.
Wang Yibo menampilkan smirknya, membuat gadis yang bersamanya terlihat mencelos. Setelah melakukan tebar pesona, akhirnya Yibo melanjutkan langkahnya untuk keluar dari ruangan yang penuh dengan manusia.
Berbelok ke kanan menuju ke arah lorong sepi. Mengarah ke bagian depan gedung. Sempat berpikir sejenak ke mana tujuannya sekarang. Mengedarkan pandangannya ke segala arah dan pandangannya jatuh pada sosok pria yang sedang kesulitan mengangkat sebuah kanvas lukis dari dalam mobilnya.
Wang Yibo berniat membantu pria tersebut. Kehadiran Yibo di belakangnya membuat pria itu terkejut dan hampir saja menjatuhkan kanvasnya.
"Astaga!" kaget si pria itu, sambil menahan ujung kanvas dengan lututnya agar tidak jatuh.