Lee Min-ho memasuki kantor kembali usai menemui Dokter Kim dan mengambil dompetnya. Dia duduk di kursi ruangannya. Sepertinya setelah ini dia akan lebih susah untuk mendekatI Dokter Kim.
Min-ho juga masih marah pada Bo-hyun. Gara-gara sekretarisnya itu harus berjuang lebih keras. Tetapi dia juga tidak akan menyerah. Dia merasakan kalau Dokter Kim adalah belahan jiwanya. Dia berjanji akan mendapatkannya apapun yang terjadi.
Tapi saat ini dia kebingungan harus memberikan apa untuk Dokter Kim. Dia berjanji akan memberikan hadiah setiap hari selama satu minggu penuh untuk meminta maaf. Dia tidak pernah memilih hadiah yang akan diberikan kepada seseorang. Semua mantannya itu selalu meminta dan memilih hadiahnya dengan sendiri. Namun kali ini berbeda, dia harus memilihnya sendiri dan dia tidak tahu apa itu. Akhirnya dia memutuskan untuk meminta bantuan pada sekretarisnya.
"Ahn biseo masuklah" perintahnya lewat telepon. Tak lama kemudian Ahn Bo-hyun memasuki ruangan.
"Sajangnim sebelumnya saya ingin meminta maaf tentang bunga itu. Joesonghamnida sajangnim" ucap Bo-hyun sambil membungkuk 90 derajat.
"Aku tidak akan membiarkanmu mengurusi hadiahku lagi. Tapi aku akan memaafkanmu kalau kau memberiku saran."
"Nee sajangnim apapun itu aku akan memberikan yang terbaik".
"Hadiah apa yang biasanya disukai dokter?"
"Ehm... karena Dokter biasanya mempunyai sifat perfeksionis mungkin menyukai barang yang sedang benar-benar dia butuhkan atau barang favoritnya".
"Apakah aku bisa mempercayaimu?? Awas saja kalau sampai kejadian seperti hari ini lagi!"
"Tentu saja tidak sajangnim. Anda bisa mempercayai saya. Dulu saat saya kuliah saya berkencan dengan seorang mahasiswa kedokteran jadi sajangnim tidak perlu meragukan saya".
"Benarkah? Berarti kau memiliki pengalaman. Lalu apa yang dulu disukai oleh mantan kekasihmu itu? Mungkin saja semua Dokter juga menyukai hal yang sama". Min-ho semakin tertarik dengan hal itu dia membuka telinganya lebar-lebar.
"Ehm... dulu dia sangat menyukai buku. Apalagi buku-buku yang diterbitkan penulis terkenal dan buku limited edition".
"Hanya itu?" Tanya Min-ho
"Nee sajangnim intinya barang yang anda berikan bisa bermanfaat, maka orang itu akan menyukainya". Jawab Ahn Bo-hyun.
"Baiklah terimakasih kau boleh pergi".
Ahn Bo-hyun pergi meninggalkan ruang. Sebenarnya dia sedikit penasaran siapa yang membuat sajangnimnya sampai menjadi seperti itu. Dulu saat dengan para mantannya Min-ho tidak seperti itu. Ahn Bo-hyun ingin bertanya siapakah itu tetapi dia tahan karena itu masalah pribadi sajangnimnya. Dia hanya bisa membantu.
*****
Hari sudah mulai larut Kim Go-eun sedang merapikan barang-barangnya dan segera pulang ke rumah.
"Ggon ah cepatlah" teriak seseorang dari luar ruangan.
"Sebentar Ayahh aku sedang merapikan barang-barangku" sahut Go-eun pada ayahnya. Ayah dan Ibu Go-eun sudah menunggunya untuk pulang bersama.
Setelah Go-eun selesai merapikan dia langsung pergi keluar.
"Kajja eomma appa!!" Kata Go-eun sambil menggandeng tangan kedua orangtuanya.
Mereka sudah duduk di dalam mobil menuju perjalanan ke rumah.
"Apakah akhir-akhir ini banyak pekerjaan? Kamu terlihat sangat lelah". Tanya eomma pada Go-eun.