2. REASON

270 32 4
                                    

Plan kembali dengan satu dokumen yang cukup tebal. Ia duduk kembali di tempatnya kemudian menyerahkan dokumen itu kepada Mean. Mean menerimanya dan langsung membukanya.

Tak lama berselang ia membolak-balikan beberapa halaman tertentu di dalam dokumen itu. Raut kesal, marah, dan kecewa tergambar jelas di wajahnya. Apa sebenarnya  isi dokumen itu sampai-sampai wajah Yacht saja ikut memucat karenanya?

Dokumen itu adalah sebuah perjanjian yang menjelaskan bahwa jika Mean menceraikan Plan maka semua harta warisan Mean akan jatuh ke tangan Plan sepenuhnya dan selanjutnya akan secara otomatis berganti nama menjadi atas nama Plan Rathavit. Mean hanya boleh mengambil harta yang dihasilkan dari keringatnya sendiri berupa pakaian, mobil, dan gaji bulanannya. Perjanjian itu ditandatangani oleh orang tua Mean dan sudah disahkan di pengadilan.

Semuanya diam, tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Sang lelaki tampan mengembuskan napasnya dan tak lama kemudian ia menatap ke arah Yacht yang masih mempelajari isi dokumen itu. Yacht paham bagaimana dokumen itu sangat kuat kekuatan hukumnya dan tak ada celah untuk menggugatnya. Dokumen itu adalah sebuah a binding ironclad oath.

"Mengapa Khun Plan mempunyai ini, sementara aku tidak?" tanya Mean penasaran.

"Karena dia melakukan hal yang sama jauh sebelum Anda, Khun Mean," ujar sebuah suara dari arah pintu tamu.

Semuanya melirik ke arah sumber suara dan Yacht agak melotot saat ia melihat sang perempuan yang tengah berjalan menuju mereka.

"Sam," ujar Yacht dengan nada yang penuh rasa kaget.

"O, Halo, mantan kekasih yang tampan," sapa Sammy dengan senyuman khas.

"Mantan!" seru Mean dan Plan bersamaan  dengan nada kaget. Mereka saling menatap dan kemudian melihat ke arah keduanya yang seolah tengah berada di dunia yang lain.

Mereka duduk berhadapan sekarang. Sammy di sebelah Plan tepat berhadapan dengan Yacht yang duduk di sebelah Mean yang juga tepat berhadapan dengan Plan.

Sammy menjelaskan bahwa sebenarnya Plan telah melakukan usaha yang sama jauh sebelum Mean melakukan ini. Mereka bahkan susah bertemu dengan orang tua Mean dan menjelaskan semuanya. Plan juga sudah memberitahu merek bahwa perjanjian penyerahan hak waris Mean kepada Plan jika terjadi perceraian tidak perlu dilakukan sebab tanpa itu pun, Plan sudah hidup berkecukupan.

Namun, orang tua Mean menolaknya dengan tegas. Alasannya adalah rasa hutang budi yang amat sangat kepada keluarga Plan. Jika saja ibunya Plan tidak mendonorkan jantungnya kepada Mean saat ia berusia lima tahun, Mean mungkin sudah tak ada lagi di dunia ini.

Mean menderita kelainan jantung dari sejak ia lahir. Ia sudah sangat kenal dengan bau obat dan terapi sejak ia  beberapa bulan mengenal dunia. Dokter sudah putus asa setelah lima tahun mencari dan tak pernah berhasil mendapatkan yang cocok. Sampai pada suatu hari, ketika ibu Mean tengah menangis di taman rumah sakit, mempersiapkan dirinta untuk kehilangan anak satu-satunya, ibu Plan datang membawa harapan. Ia memiliki kesempatan hidup yang kecil, tetapi ia memiliki hati yang besar dengan memberikan jantungnya kepada Mean dan memberikan kesempatan kepadanya untuk hidup.

Ibu Plan tak menuntut apa-apa sebagai imbalan bahkan tidak meminta adanya perjodohan di antara anaknya. Dia hanya ingin menghapus kesedihan seorang ibu sehingga tak ada lagi yang mengalami seperti dirinya.

Hidupnya Mean pun sebuah keajaiban sebab meskipun ada yang mau menyumbangkan jantungnya belum tentu cocok dengan penerimanya, kebanyakan gagal. Oleh karena itu, saat ini berhasil, ini bisa dianggap keajaiban.

Oleh karena itu, orang tua Mean merasa berhutang budi dan mereka berinisiatif mendatangi keluarga Plan dan menjelaskan maksudnya, yaitu menikahkan anaknya dengan Plan. Awalnya, ayah Plan menolaknya. Ia tak ingin melakukan itu sebab bukan itu tujuan ibu Plan memberikan jantungnya kepada Mean, akan tetapi mereka sangat bersikeras dan akhirnya ayah Plan menyetujuinya.

Untuk menunjukkan kesungguhannya, orang tua Mean menikahkan mereka pada saat mereka berusia tujuh tahun dan mereka akan dipertemukan pada saat usia mereka 30 tahun. Usia yang dianggap sangat matang untuk membina masa depan.

Pada saat Plan duduk di bangku SMA, ia menemukan sebuah dokumen tergeletak di meja kerja ayahnya, di Prancis. Iseng ia membuka dokumen itu dan ia sangat kaget melihat isinya yang menjelaskan bahwa ia adalah istri seseorang dan termasuk dokumen tentang persyaratan cerai tadi.

Ia sedih dan kecewa dan selanjutnya ia berbicara dengan ayahnya. Ayahnya menjelaskan semuanya. Tanpa sepengetahuan ayahnya, ia kemudian terbang ke Thailand dan menyelidiki semuanya. Saat ia di bangku Univeristas, ia memberanikan diri mendatangi rumah orang tua Mean dan berbicara dengan orang tua Mean. Saat itu, ia tidak sendirian. Ia ditemani Sam, sahabatnya yang kemudian menjadi pengacara keluarganya menggantikan ayahnya sendiri.

Begitulah yang terjadi. Kini Mean seolah dituntut harus berpikir kembali jika akan menceraikan Plan.

"Aku tetap akan bercerai dengan Khun. Yang kucintai orang lain," ujar Mean.

Plan tersenyum dan ia baru saja akan membuka mulutnya saat Yacht tetiba memotong dan meminta izin untuk berbicara berdua hanya dengan Mean. Plan dan Sammy menganggukkan kepala dan dengan segera meninggalkan ruang tamu.

"Meam, kau gila! Neena sama sekali tak akan mau denganmu jika kau hanya bermodal dengkul," sahut Yacht.

"Kurasa tidak begitu! Neena akan tetap mencintaiku. Yang ia cintai aku, bukan uangku," tegas Mean.

Beberapa kali Yacht membujuk, tapi Mean tetap pada keputusannya. Akhirnya, Yacht hanya bisa menggelengkan kepala.

"Meung, jangan salahkan aku kalau kau ditinggalkan Neena," ujar Yacht lagi dengan lemas.

***
Plan dan Sammy kembali ke ruangan dan mendapati Mean pada keputusannya untuk tetap bercerai. Mean meminta waktu untuk menyiapkan dokumen persyaratan yang ia tak tahu dan ia harus berbicara kembali kepada orang tuanya sebelum akhirnya Mean menandatangani surat itu.

Semuanya setuju, tapi baru saja Mean dan Yacht akan keluar dari rumah Plan, seorang lelaki tampan yang berpakaian seperti bodyguard memasuki ruangan dan menjelaskan bahwa Plan tak bisa melakukan penerbangan selama dua minggu sebab sekarang bandara dibajak sekelompok napi yang berhasil kabur dan ini termasuk pusat kota serta beberapa hotel. Mean dan Yacht jelas mendengar bahwa hotel yang ia tempati juga termasuk salah satunya.

Mereka sangat kaget. Artinya, mereka tak bisa pulang ke hotel atau bahkan ke Bangkok. Plan tentu saja paham dengan situasi ini. Ia meminta pelayan menyediakan kamar untuk Mean dan Yacht dan bahkan melayani kebutuhan mereka seperti makan dan pakaian.

Mungkin inilah awal bagi mereka untuk saling mengenal dan saling mencintai.

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Track 7 Mean Plan Short Stories CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang