Dua

5K 560 27
                                    

Kuliah pertama hari ini adalah Komunikasi & Negosiasi Bisnis pukul sepuluh nanti. Karenanya, Naya tidak merasa perlu mandi pagi-pagi. Masih dengan muka bantal dan tubuh berbalut piyama belel, dia mengetuk pintu kamar Adel yang terletak di paling sudut. Kitab suci Standar Akuntansi Keuangan yang bisa dipakai untuk mengganjal pintu itu, dipeluk erat di depan dada.

“Deeell, Kodeell.”

Pintu terbuka. Wajah Adel menyembul dari dalam dengan rambut masih digelung handuk. Beda memang mahasiswi berprestasi, sepagi ini malah sudah mandi.

Tanpa menunggu dipersilakan, Naya pun masuk. Buku ditaruh di atas meja laptop. Sementara dia sendiri duduk di atas tempat tidur sembari memeluk bantal. “Lontong sayur, yuk!” ajaknya riang.

Adel menggeleng. “Gak ah, bosen.”

“Temenin, lah. Masa lo tega gue disiulin sama abang-abang jamet di pos ronda.”

“Bukannya lo malah kesenengan?”

“Sialan. Gini-gini juga gue tuh jomblo yang punya harga diri ya.” Naya cemberut. Tangannya kemudian iseng mengambil selembar brosur yang tercecer di lantai. “Lowongan kerja di Semesta Caffe. Buat siape, nih?”

“Buat gue. Kata temen, tempat itu lagi butuh waitress part time gitu. Kata dia juga, kerja di sana enak. Semua sistemnya oke.”

“Ati-ati kecapean lo.”

“Enggak lah. Gue kan wonderwoman.” Adel menyeringai lebar. “Eh, BTW, progres pencarian jodoh lo gimana?”

“Kagak ada yang bener elah. Abis Pak Lurah temen lo itu, gue coba kenalan sama anak sastra Prancis, kan. Kece. Mirip Rio Dewanto versi muda. Tapiii pas makan bareng, beuhhh, ngecap! Gue langsung ilfil, dong!” Naya memijat pelipis lantas geleng-geleng dramatis. “Terus udahnya lagi, gue coba jalan sama anak dari kampus sebelah. Orangnya manis, jago sepik-sepik, tapi giliran mau bayar ... drama lupa bawa dompet! Mana makan steak premium, kan.”

Adel langsung terpingkal-pingkal. Setelah tawanya surut, dia berjalan menuju dispenser untuk menyeduh 'minum makanan bergizi'. “Pesan gue cuma satu, sist. Inget ya, tolong ntar milihnya jangan ceroboh. Soalnya lo tuh kalo udah jatuh cinta suka lupa segalanya. Alias jadi bulol,” komentar Adel santai. Ia lalu meneguk minumannya sekali habis.

"Kan ada lo yang bertugas mengingatkan gue." Naya tersenyum sok manis sambil menaik-turunkan alis.

"Ya kalau didenger."

Getaran ponsel di saku piyama kemudian membuat Naya mengecek benda itu. Sebuah pesan masuk sontak membuat dahinya mengernyit samar.

Pak Jendral
Naya, kapan mudik?

Naya
Minggu depan ada acara himpunan, Pap
Minggu depannya lagi deh

Pak Jendral
Kamu punya pacar ya?

"Boro-boro, Pap. Yang ada malah abis disia-siain cowok." Tanpa sadar Naya menggumamkan suara hati sebelum mengetik balasan kembali.

Naya
Enggak lah, Pap.
Masuk semester lima ini Naya makin sibuk aja kuliahnya.

Pak Jendral
Belajar yang fokus.
Jangan pacar-pacaran dulu.
Jodoh masalah gampang.
Anak kenalan Papa banyak yang potensial.

RelationSweet? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang