Sebelas

2.5K 360 27
                                    

Happy New Year!
Mana coba sini yang taun baruannya gak kemana-mana kayak hamba, CUNG!

***

"Orangnya pergi joging, Nay. Baru aja turun. Masih di bawah kali sekarang."

Mendengar informasi itu, ketukan Naya pada pintu kamar Adit pun berhenti. Ketika ia menoleh, tetangga sebelah menyembulkan wajah dari kamarnya sendiri. Ia pasti terganggu oleh suara Naya yang memanggil-manggil nama sang pacar sejak tadi.

"Oh gitu. Thanks ya, Dim."

"Yow. Sama-sama."

Sebenarnya, cukup wajar kalau Adit joging karena ini hari Sabtu. Namun akibat tidak adanya pemberitahuan, Naya jadi gelisah sendiri. Kata-kata Yudhis kemarin pun berkonspirasi menghasilkan kecurigaan. Jangan-jangan ... Adit joging dengan perempuan lain makanya sampai sembunyi-sembunyi segala.

Pemikiran tersebut membuat Naya segera bergegas untuk menyusul ke bawah. Untung saja Adit ternyata baru sampai di ujung gang. Lelaki itu juga nampak tidak sadar ketika terus dibuntuti dari kejauhan. Langkahnya begitu tenang menyusuri daerah indekos mereka yang padat penduduk. Sesekali bahkan mengangguk ramah pada ibu-ibu berdaster yang sedang mengerubungi tukang sayur.

Kemudian di luar dugaan, Adit tidak berbelok ke gerbang samping. Padahal jogging track favorit di kampus mereka bisa diakses lebih cepat lewat daerah itu. Malahan, ia terus berlanjut menuju jalan besar. Sampai di sana, ponselnya diotak-atik kemudian dipakai untuk menelepon seseorang.

Tentu saja kecurigaan Naya jadi semakin meruncing. Jantungnya mulai berdebar menahan penasaran. Detik demi detik terasa bergerak lebih lambat daripada jalannya keong.

"Jangan-jangan bener janjian sama cewek!" geramnya sambil memperhatikan dari balik kios pulsa yang masih tutup.

Barulah setelah lima menit berlalu, semua penantian terbayar lunas. Dari bibir jalan yang terletak di sebrang, seseorang datang kemudian mendekati Adit. Saat itu juga kecurigaan Naya luntur seketika. Ternyata orangnya adalah Bang Kriwil-anak Kumang--yang juga sudah memakai kostum joging.

"Yaampun, Naya! Dosa amat lo udah nuduh Adit macem-macem. Mau joging sama Bang Kriwil ternyata." Naya menepuk jidat namun tak ayal menghembuskan nafas lega.

Sayang sekali hal itu tidak berlangsung lama. Entah kenapa Bang Kriwil tiba-tiba menunjuk ke arah kios pulsa tempat Naya bersembunyi. Adit jadi menoleh dan mengamati dengan mata terpicing penasaran. Gawat! Jangan sampai ketahuan. Perempuan yang menguntit pacar itu termasuk kategori posesif yang sangat menyebalkan!

Sembari menaikkan hoodie, Naya berbalik arah dan mulai berjalan tergesa-gesa. Ia meringis saat namanya sempat disebut walaupun benar-benar samar. Mampus! Kalau sampai kepergok, mengarang-ngarang alasan pun bakal kurang masuk akal. Adit pasti hapal kalau Naya bukan tipe orang yang gemar berkeliaran pukul tujuh pagi begini. Opsi 'mengaku saja' adalah yang paling mungkin dilakukan. Paling-paling Adit akan tersinggung karena sudah dicurigai. Bagai dua buah mata pisau sebenarnya.

"Salah gue emang terlalu curigaan," decak Naya sambil terus bergegas.

Saat ia berpikir untuk berbalik dan mengaku, opsi lain muncul tiba-tiba. Sebuah motor matic baru saja beres mengisi angin di tambal ban depan. Pengendaranya tidak lain adalah Sakti Kalendra. Oke. Mungkin Tuhan sedang mengajak Naya bercanda. Tapi tak ayal Ale dihampirinya juga.

"Kak Ale, boleh ya saya nebeng sampe di depan?" Kalimat tanpa basa-basi itulah yang Naya ucapkan ketika mereka sudah berhadapan. Baginya yang terpenting sekarang adalah menghindari Adit. Sungguh keputusan impulsif yang tidak dipikirkan akibatnya secara matang.

RelationSweet? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang