Nama Penulis: Awan Biru
Jumlah Kata: 571Krystal menyampirkan jas dokternya di tangan saat berjalan di koridor rumah sakit yang tidak terlalu ramai pada malam Jumat tersebut. Ia berusaha menampilkan senyum saat beberapa suster dan pengunjung menyapa yang tetap tidak bisa mengembalikan semangat Krystal yang hilang sejak kemarin.
Sungguh, Krystal sangat kesal pada Bara---sang kekasih---yang tadinya berniat akan pulang pada hari itu, tapi kemarin tiba-tiba mengabari tidak jadi. Kata-kata yang dikirimkan oleh Bara melalui WhatsApp menari-nari di ingatannya.
Sorry, Tal, aku gak jadi pulang. Dinasku diperpanjang.
Krystal menghembuskan napas dan memejamkan matanya, kebahagiaan yang sempat muncul seolah-olah hilang tertiup angin. Sudah hampir satu tahun ia tidak bertemu Bara sebab kekasihnya itu harus mengemban tugas negara sebagai seorang tentara di luar kota.
Jika boleh jujur, Krystal lelah menjalani sebuah hubungan yang tak tentu arahnya. Enam tahun mereka menjadi sepasang kekasih, tetapi sampai saat ini belum juga ada kejelasan dari Bara apakah kisah cinta mereka akan dilanjut ke jenjang yang lebih serius atau tidak.
Menanti Bara selama itu bukanlah hal yang mudah, apa lagi mereka tak sering bertemu. Segala macam pikiran negatif bercampur kekalutan hati selalu dirasakan Krystal.
Belum lagi orang tua Krystal sering menjodohkannya dengan anak teman mereka agar ia cepat menikah karena usianya yang sudah mencapai dua puluh tujuh tahun. Namun, Krystal akan tetap menunggu Bara karena sejak awal ia sudah memutuskan melabuhkan hatinya pada lelaki satu tahun lebih tua darinya itu.
Yah, memang terdengar bodoh, tapi mana bisa cinta dilawan.
Krystal kembali berjalan menuju parkiran mobil dan betapa terkejutnya ia kala sosok yang selalu dinantinya itu tiba-tiba muncul masih dengan memakai seragam tentara lengkap dengan sebuah ransel hitam besar.
"Bara?"
"Hai, Sayang. Apa kabar?" tanya lelaki itu dengan senyum hangat yang selalu Krystal rindukan.
Masih dengan raut bingung, Krystal mendekati Bara. "Kamu ... kenapa bisa ada di sini?"
Bara menjawab dengan kegugupan yang terlihat, _"Sorry."_
Krystal menyipitkan mata, ia mengepalkan tangan dan tanpa ampun memukul lengan otot Bara. "Heh, gak ada sori-sori, ya. Kamu nyebelin tau, gak?!"
"Maaf, Ital, aku cuman bercanda."
"Bercanda matam---"
Tanpa meminta persetujuan Krystal terlebih dahulu, Bara langsung memeluk gadis cantik berambut panjang itu.
"Ih, Bar, malu tau diliatin orang." Krystal merasakan seperti ada kupu-kupu yang terbang di perutnya. Perasaan membuncah di hatinya masih selalu sama seperti saat pertama kali lelaki itu mendekapnya, ditambah aroma _mint_ yang menguar dari tubuh Bara membuat detak jantungnya semakin menggila.
"Bodo." Bara berusaha mempertahankan posisi mereka, meskipun Krystal mencoba melepaskannya lalu tanpa sepengetahuan Krystal, Bara mengeluarkan sebuah kotak cincin dari dalam sakunya.
"Tal, kamu beneran cinta sama aku?"
Alih-alih menjawab dengan gertakan atau teriakan marah karena pertanyaan tak masuk akal itu, Krystal lebih memilih membalas dengan lirih, "Menurut kamu, alasan aku masih tetep di sini sampe sekarang karena apa?"
"Ya ... bisa aja karena aku ganteng."
"Sumpah, ya, punya pacar ped---"
Krystal kembali memukul lengan Bara sambil melepaskan pelukan mereka, tetapi ia terpaku melihat aksi Bara yang tiba-tiba berlutut sembari memperlihatkan sebuah cincin cantik dengan kristal warna _pink_ di tengahnya.
"Will you marry me, Princess?"
"Bara!" pekik Krystal tertahan. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Jadi?"
Krystal mengangguk dengan tangisan bahagia, setelah cincin itu tersemat di jari Krystal. Gadis tersebut langsung menghambur ke pelukan Bara.
Beberapa orang yang tengah menonton mereka menjadi saksi betapa bahagianya kedua insan itu.
"I love you, Krystal." Kata-kata yang jarang sekali Krystal dengar selama enam tahun perjalanan cinta mereka terdengar indah di telinganya.
"I love you too, Bar."
Jadi, inilah akhir penantian Krystal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Event Cermintri
De TodoEvent membuat cerita mini dalam waktu tiga hari dengan tema yang telah ditentukan.