Pulang ke rumahnya, Dirandra segera masuk ke ruang rahasia untuk melihat file berupa video yang sudah dikirim ke flashdisk miliknya. Hanya lampu neon yang terpasang di ruangan itu, agar tidak menarik perhatian jika ada yang berkunjung dan mustahil jika ada orang yang datang ke rumahnya.
Dari perkarangan sudah terlihat, jika rumah itu tidak berpenghuni. Sengaja membuat tampilan.seperti itu karena Dirandra punya rahasia penting.
Merinding bukan takut, melainkan karena amarahnya mulai keluar saat mendengar sebuah suara dari file tersebut. Tidak ada gambar sepertinya sengaja ditutup.
"Uang segalanya kan, aku akan memberimu banyak."
Headphone terpasang dengan benar, Dirandra mendengar baik-baik kalimat dalam rekaman video itu.
"Singkap bajumu, aku ingin melihatnya. Setelah itu akan kukatakan nominalnya."
Dirandra memukul meja saat mendengar suara itu lagi. Dadanya berdetak cepat.
"Denada putri kahiyang, kamu masih kekasihku kan?"
Mendengar suara tut yang panjang, Dirandra melepaskan headphone dari kepalanya. Dirandra tahu, rekaman ini sudah diedit. Artinya, ada seseorang yang ingin menghilangkan bukti itu.
Adam Chandrakusuma, jika hukum di negara ini tidak bisa menyentuhmu maka tangan ini yang akan membalas perbuatan kejimu pada Denada.
Masih ada beberapa file, Dirandra akan menunggu dengan sabar. Besok dia akan bekerja lagi dan semoga semua file bisa dikirim semua. Dirandra ingin mengetahui lebih banyak bukti sebelum menyerang laki-laki itu. Dia bahkan memiliki anak yang seumuran dengan almarhumah Denada, tidakkah ia takut pada karmanya?
File berikutnya menampilkan foto kebersamaan Adam dan Denada. Foto yang diambil oleh Adam, tampak adiknya di sana bahagia.
Dirandra saat itu kuliah sambil bekerja sebagai asisten dosen demi biaya hidup mereka dan tidak tahu adiknya memiliki hubungan dengan Adam. Keseharian Denada sama dengan anak SMA pada umumnya sedikitpun Dirandra tidak curiga. Saat ia pulang adiknya sudah menunggu untuk makan malam bersamanya. Pagi hari, Dirandra selalu menyempatkan diri berangkat bersama adiknya, akhir pekan ia juga mengajak Denada berlibur. Waktunya benar-benar diisi dengan baik karena Dirandra hanya memiliki Denada, begitu juga sebaliknya.
Itu masa lalu yang tak akan terulang. Sekarang wanita itu benar-benar tinggal sebatang kara. Jika ditanyakan alasannya hidup saat ini adalah untuk membalas dendam almarhumah adiknya.
*******
Seperti biasa, pagi diawali senam selama tiga puluh menit bersama pegawai Adam Chandrakusuma. Dirandra salah satunya.
Suara Adam di rekaman itu masih terngiang, terlebih saat Adam menyebut nama Denada. Dalam, tapi merendahkan saat nama adiknya disebut.
Sadar ada yang memperhatikannya, Dirandra menyapa dengan tatapan. Mereka sedang beristirahat sebelum menyiapkan sarapan, dan seseorang dari jendela kaca kamar melihatnya.
Memutuskan kontak mata, Dirandra berpikir satu hal. Mungkin dekat dengan Adam bisa memuluskan rencananya.
"Selamat pagi."
"Anda sudah menyapa saya," balas Dirandra. Usai sarapan, wanita itu menunggu Adam di depan ruang kerjanya.
"Benarkah?"
Dirandra mengangguk. Ketika Adam membuka pintu, Dirandra masuk tentu setelah Adam mempersilahkannya.
"Kamu tidak menikmati senam pagi ini?"
Artinya bukan hanya hari ini laki-laki itu memperhatikan Dirandra?
"Saya tidak bisa tidur semalam." Dirandra tidak berbohong.
"Kamu bermimpi buruk?"
"Tidak." Dirandra menatap laki-laki itu. "Sesekali saya sering seperti itu." arti tatapan Adam, mudah ditebak Dirandra. "Bisa saya mulai bekerja?"
"Nanti saja."
Dirandra duduk di sofa yang sama dengan Adam.
"Kamu akan menyelesaikan hari ini, rasanya berat melepaskanmu pergi."
"Saya masih pegawai di sini." Dirandra menanggapi.
"Tapi, tidak akan seleluasa ini melihatmu."
Murah sekali laki-laki itu, karena yang bicara adalah nafsu. "Saya akan senang jika bisa membantu memudahkan pekerjaan anda."
Adam tidak melepaskan tatapannya. Wajah cantik Dirandra menarik perhatiannya. Teduh dan membuatnya tenang.
"Kalau begitu, mulai besok tetaplah di ruangan ini. Saya akan memberitahu bu Hamidah."
Dengan senang hati. Dirandra berhasil mendapatkan ruangan ini, sebentar lagi apa yang bisa didapatkan dari laki-laki itu. Pelan-pelan saja, Dirandra ingin menikmati detik-detik menuju kehancuran seorang Adam Chandrakusuma.
"Saya menghormati keputusan Tuan." warna bibir Dirandra hari ini tidak mencolok, tapi ia tahu ke mana tatapan laki-laki bajingan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/291403618-288-k438610.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Yang Ternoda
Mystery / ThrillerDia bukan wanita pemuja romansa. Karena cinta bukan anugrah, tapi malapetaka, itu menurutnya. kematian adiknya, menyisakan misteri. Secara sadar, ia masuk dalam kehidupan yang penuh marabahaya demi mengungkapkan kasus kematian sang adik. Ia tidak ta...