7

1.4K 266 24
                                    

"Selamat datang di butik kami."

Senyum ramah layaknya pemilik butik dilihat Dirandra di wajah Cilla. Teman sejawatnya bersikap biasa seolah Dirandra juga tamu di sana. Mengangguk, Dirandra menjabat tangan Cilla. 

Dirandra mengapitkan kertas kecil dari jabatan tangannya dengan Cilla. Tanpa ingin membuat curiga Adam dan miss Jeni, Dirandra meminta Suci membawakan setelan pakaian yang dipilih olehnya.

Begitu menerimanya, Dirandra langsung memasukkan kertas pemberian Cilla ke dalam saku celana.

"Saya berkenan dengan pakaian ini." Dirandra bicara pada miss Jeni.

"Baik." kemudian miss Jeni meminta kerjasama Adam. "Dirandra akan menjadi sekretaris anda, artinya anda yang akan melihat penampilannya setiap hari. Bolehkah anda memilih beberapa setel untuknya?"

Tentu Adam mau. Laki-laki itu mulai mencari. Kulit putih dengan tubuh semampai rasanya warna apapun akan cocok untuk wanita itu. Adam fokus pada model. Jika Dirandra mengenakan kaos dan jas, bukankah itu keren?

Miss Jeni dan Suci menemani Adam memilih pakaian untuk Dirandra, secara tidak langsung mereka meninggalkan Cilla dan wanita itu.

"Itu nomor teleponku. Aku menunggu kabarmu."

"Bukankah kamu tahu aku sudah resign?

"Tempat ini tidak membuatmu nyaman, begitu tiba di rumah, kabari aku." senyum Cilla dibuat se-formal mungkin saat melihat Adam dan miss Jeni kembali. "Aku mengenal Adam Chandrakusuma."

"Dia se-kaku itu kan?" tanya miss Jeni pada Cilla. 

"Benar. Tapi aku memakluminya." Cilla tersenyum ramah.

Hal yang disyukuri Dirandra adalah, laki-laki itu tidak menyuruhnya mencoba pakaian yang telah dipilih. Mereka pergi dari butik setelah urusan selesai.

"Kamu akan sering datang ke sana lagi. Salah satu butik terbaik di kota ini."

"Baik."

"Sesuaikan penampilanmu dengan tuan, kamu mengerti maksud saya kan?"

Dirandra mengangguk.

"Banyak acara penting yang akan dihadiri Tuan selama beliau berada di Indonesia. Tidak menutup kemungkinan, jika kamu harus mengikutinya ke luar negeri." 

Ke manapun Dirandra akan mengikuti. Setelah mendapatkan cukup bukti wanita itu akan menyeret Adam ke meja hijau. Dirandra akan melakukan dengan tangannya.

Adam mendengar ucapan miss Jeni pada Dirandra. Ia suka Dirandra yang pintar, sopan dan berkualitas. Tak perlu mencari tahu asal usul wanita itu, Adam hanya perlu menaklukkan hatinya.

Tiba di kediaman Adam, atas perintah  Adam, Dirandra mengikuti laki-laki itu. Bukan ruang kerja, melainkan kamar laki-laki itu.

"Ada dua belas pasang, mana yang paling kau sukai?"

"Saya menyukai semuanya," jawab Dirandra. Bahkan modelnya saja, ia tidak tahu. Yang perlu dilakukannya mengenakan pakaian itu setiap hari kerjanya.

"Saya ingin melihatmu memakai yang ini." Adam mengangkat sebuah setelan yang dipilih olehnya.

"Akan saya coba." Dirandra mengambil pilihan Adam dan berbalik untuk masuk ke kamar mandi.

"Kenapa di sana? Saya ingin melihatmu memakainya di depan saya."

Hal ini sudah dipersiapkan oleh Dirandra. Tanpa bertanya wanita itu membuka kancing seragamnya.  Sebagian kancing telah terbuka, Adam menelan ludah melihat sebuah keindahan. Dirandra sigap begitu Adam maju, ia mundur dua langkah. Melihat tatapan Adam, Dirandra melemparkan seragamnya ke ranjang. Gerakan menantang, Adam menyukainya. 

Selanjutnya, celana. Adam memaksa langkah ketika kulit putih Dirandra terekspos. Begini saja Adam sudah mabuk. Kecantikan Dirandra bukan hanya dari luar, Adam semakin yakin jika Dirandra bukan wanita biasa. Tanpa menyentuh laki-laki itu tahu jika Dirandra merawat diri dengan baik. 

Tatapan Adam, membuat emosi Dirandra berkecamuk. Beginikah cara laki-laki itu menatap adiknya?

Ketika Adam mendekat, Dirandra menarik rambut laki-laki itu sebelah tangannya lagi mencekik batang leher Adam sehingga tubuh laki-laki itu membeku. Tatapannya memang tenang, tapi dasar hati Dirandra ingin menyegerakan penyiksaan untuk Adam Chandrakusuma. Perlahan, tangan itu tak lagi mencekik. Dengan gemulai Dirandra memainkan jarinya, ketika dirasa sudah puas wanita itu menolak laki-laki itu hingga jatuh ke ranjang. 

Adam semakin bergelora. Sesuatu ingin dituntaskan. Sangkanya jauh meleset, Dirandra menolak bukan untuk menindih dan memulai kegiatan panas, wanita itu mengenakan pakaiannya dihadapan laki-laki itu. 

"Bagaimana?" tanya Dirandra begitu selesai.

Adam mengumpat dalam hati. Wanita itu mempermainkannya?

Pesona Yang Ternoda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang