4

1.3K 284 16
                                    

Hari kedua masuk ke ruangan Adam, Dirandra hanya ditemani Adam sekitar setengah jam. Karena ada tamu yang berkunjung, laki-laki itu terpaksa meninggalkan Dirandra di ruang kerjanya. Kesempatan bagi wanita itu untuk membuka file yang telah diketahui tempatnya. Dengan cepat, Dirandra mengirim ke flashdisk miliknya. Terpaksa mengirim semua karena Dirandra tidak bisa melihat satu persatu.

Tidak akan selesai hari ini, jadi Dirandra menandai file dengan kode yang dibuat olehnya. Cukup banyak file yang tersimpan dan tidak beraturan.

"Kamu tidak makan siang?"

"Sebentar lagi," jawab Dirandra fokus pada komputer. Ia sudah mengganti flashdisk sebelum Adam masuk. Laptop untuk memeriksa file baru masih dalam keadaan menyala.

Melihat Dirandra fokus, Adam keluar lagi. Ia hanya masuk untuk menanyakan makan siang wanita itu yang telah lewat sepuluh menit.

Fokus Dirandra hanya untuk mengecoh. Wanita itu sudah menemukan semua data yang diperlukan Adam, hanya saja data itu belum masuk semua ke flashdisk-nya. Jadi Dirandra butuh waktu satu hari lagi jika sore ini Adam menyuruhnya berhenti.

Seseorang mengetuk pintu. Ros yang datang mengantar makan siangnya.

"Maaf saya merepotkan." Dirandra mengambil nampan di tangan Ros.

"Tidak. Kamu sedang sibuk. Tuan yang menyuruh saya." Ros tersenyum padanya. "Saya membuatkan jus melon. Jangan lupa diminum, lumayan bikin segar." 

Sekali lagi Dirandra mengucapkan terimakasih.  Wanita itu mengantar Ros sampai di depan ruang kerja Adam kemudian ia kembali bekerja. Ada sebuah file berisi rekaman, itu membuat Dirandra penasaran. Melihat ke pintu, Dirandra mengambil flashdisk dari sakunya, Dirandra ingin mengirim satu file ini saja. Tepat ia memasukkan flashdisk, Adam masuk dan Dirandra segera bangun menyapa laki-laki itu.

"Saya merepotkan, padahal saya akan turun untuk makan siang." wanita itu menahan diri agar tidak terlihat mencurigakan. Di sofa ia duduk.

"Tuan sudah makan?"

Karena Adam menyukai suara Dirandra maka laki-laki itu pun menjawab dengan cara memancing obrolan lagi. "Kenapa? Kamu mau berbagi?"

Tepat sekali. "Saya akan senang jika Tuan mau makan bersama." demi file itu dan flashdisk yang terpasang di komputer, Dirandra menahan Adam.

"Ini terlalu sedikit."

"Saya tidak makan banyak." Dirandra membagi nasinya. Karena hanya ada sebuah sofa panjang, jadi mereka duduk dengan jarak yang tidak terlalu jauh.

"Pantas."

Dan Dirandra tidak bertanya, maksud kata pantas yang diucapkan oleh Adam. Ia punya pemahaman yang baik untuk kalimat itu. Mengunyah nasi, seketika wanita itu teringat isi percakapan di ponsel adiknya.

"Saya melihat Tuan dalam dua minggu ini. Tapi saya tidak melihat nyonya."

Adam menerima piring yang disodorkan oleh Dirandra. "Anak-anak hanya ada kami." laki-laki itu menunggu Dirandra memberikan lauk, atau wanita itu hanya akan berbagi nasi? "Semua penghuni rumah adalah keluarga bagi kami."

Dirandra mengangguk. Ia menggeserkan nampan ke hadapan Adam, jelas laki-laki itu menatap heran. Hanya ada sepotong ayam dan sedikit nasii di piring wanita itu. 

"Ini masih banyak," kata Adam menunjuk mangkuk lauk.

"Ini sudah cukup." karena keberadaannya di sini bukan untuk menikmati makanan, ada kewajiban yang harus dituntaskan oleh Dirandra.

Melihat cara  Dirandra makan, Adam yakin satu hal jika Dirandra adalah wanita berpendidikan. Sopan dan beradab. 

"Usia berapa kamu mulai hidup sendiri?"

"Setelah lulus SMA." Dirandra tidak melihat wajah Adam.

"Benar-benar sendiri?"

Dirandra mengangguk. "Karena itu saya tidak suka keramaian." seolah tahu apa yang dipikirkan Adam, Dirandra menambahkan. "Saya jarang berkomunikasi dengan pegawai di sini."

"Saya tahu."

Melihat Adam menikmati makan siang, Dirandra bangun. "Sebentar." dan menuju ke meja kerja Adam. Dirandra sangat hati-hati saat mencabut flashdisk dan menyimpan dalam saku celananya. Ia melakukan dengan tenang.

"Ada tiga file baru terdeteksi."

Adam tersenyum senang. Dirandra bekerja dengan baik, bahkan wanita itu meninggalkan makannya karena pekerjaan itu.

"Bisa saya tuntaskan malam ini?"

"Tidak bagus bergadang, apalagi kamu seorang wanita." 

Karena Adam mengatakan seperti itu, Dirandra tidak menyela. Artinya ia akan melihat dulu hasil hari ini setidaknya memuaskan sementara menunggu hasil selanjutnya.

Di balik wajah datar dan tatapan dingin itu, ada suara yang indah. Adam menyukainya. Semoga ada kelanjutan obrolan setelah sore ini.


Pesona Yang Ternoda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang