1

3.9K 367 15
                                    

Suasana malam tak lagi sama seperti tiga tahun silam, purnama tak mengingkari janjinya. Ia selalu terbit memberi cahaya untuk sang malam.

Seberkas sinar tak lagi menghangatkan hati wanita yang duduk dalam gelapnya ruangan tak bertirai itu.

Rumah itu lebih mirip gudang, karena hangatnya tak ada lagi disana hidupnya dulu punya tujuan,bukan ambisi misterius seperti saat ini.

 Sebatang kara, saat ini ia hidup mengemis pada luka agar derita tertelan bersama derasnya hujan malam itu.

Dia Dirandra Karunasankara. Wanita dewasa diapit sebuah dendam yg kian membara.

Tak ada senyum apalagi tawa di wajah cantiknya. Tatapannya,selalu dingin dan dia benci pada semua laki-laki.

Cerita hidupnya tak sama lagi seperti tiga tahun silam. Ia telah menghempaskan gelar dan jabatannya. Tidak mungkin ia mengotori tangannya dengan mengenakan almamater study kedokterannya.

Diruangan yang di jadikan tempat rahasia, Dirandra mengumpulkan barang bukti atas permerkosaan adik semata wayangnya ,hingga menemui ajal. Dirandra menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana ganasnya siksaan di tubuh almarhumah Denada. Adiknya di bunuh setelah mengalami pendarahan hebat karena pemerkosaan.

Kekasih. Itu yang diketahui Dirandra. Sayangnya ia tidak mengenal laki-laki itu. Dua hari setelah pemakaman adiknya, Dirandra menemukan bukti akurat pada rentetan pesan yang tersimpan pada sim card almarhumah Denada. 

Siapa yang tidak sakit? 

Siapa yang tidak terluka? 

Dalam dunia ini, mereka hanya tinggal berdua. Orang tua mereka meninggal saat diandra masih berstatus sebagai mahasiswa di salah satu fakultas kedokteran ternama. 

Cita-citanya, akan di persembahkan pada sang adik yang saat itu masih duduk di bangku SMA. Namun siapa sangka, ajal lebih dulu merenggut Denada. 

Sekarang disini lah Dirandra. Bekerja sebagai pembatu rumah tangga. tidak jauh dari komplek perumahannya. Bukan seperti pembantu kebanyakan, Dirandra bekerja pada keluarga besar Chandrakusuma. Yang tak lain adalah keluarga pembunuh adiknya. 

Tidak akan se-nekad ini, jika hukum ditegakkan tanpa memandang bulu. Dirinya memang tak punya kuasa, tapi mereka lupa, dunia ini milik sang kuasa.

 Dirumah itu, Dirandra ditugaskan untuk membersihkan kamar yang telah di tentukan oleh kepala pelayan. Karena dia baru bekerja selama dua bulan, maka pekerjaan berat lainnya belum bisa di percayakan. 

"Tuan akan tiba tepat saat jam makan malam."

Atas alasan info yang diberikan kepada pelayan. Dirandra berada di rumah besar itu. Dia bergerak secara alami, agar semua tertata rapi tanpa yang ada mencurigai. 

"Berbaris lah di depan pintu utama. Perhatikan etika dan keramahan kalian."

Serentak, para pembantu yang mengenakan pakaian seragam menunduk hormat atas titah kepala pelayan. Malam itu juga, tidak ada yang di perbolehkan pulang. Seperti biasanya, pembantu yang tidak memiliki tugas utama di perbolehkan pulang, dan harus kembali keesokan harinya tepat pukul lima pagi. 

"Tuan akan mengajak kita makan bersama."

Kepala pelayan melanjutkan. "ambil posisi yang telah saya atur, tanpa melakukan kesalahan."

Dalam hati, Dirandra bertanya, inikah cara orang berkuasa bersikap? Diandra tersenyum sinis. Ia tidak bisa di bohongi. Ini cuma trik yang tidak akan bisa mengelabuinya.

Baiklah. Mari kita tunggu. Setelah itu mari kita lihat, ada perbedaan apa antara orang berkuasa dzolim itu dengan rakyat jelata sepertinya? 

Pesona Yang Ternoda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang