09 - End of Our Story

193 38 9
                                    

As I expected, in the end I regret it, too deep and also painful.

That smile hurts me more, can you feel the pain so you never hurt anyone again?

•••

Ruangan yang semula rapih kini berubah menjadi berantakan.  Pecahan kaca berserakan dimana-mana. Suara tangisan itu begitu lirih ditemani dengan suara deruan angin yang seolah menyesuaikannya isi hatinya sekarang.

Rose tersenyum kecut menatap penampilannya sekarang. Cerminan dirinya seolah mengatakan 'lihatlah kau begitu kacau!' pada dirinya sendiri. Rose melempar cermin didepannya dengan vas bunga yang ada tepat di depannya.

Cermin itu seketika pecah. Beberapa serpihan kaca bahkan menggores tangan Rose yang terkepal sempurna. Meskipun lengannya kini berdarah dan Rose bahkan tidak berniat untuk membersihkan luka ataupun menghentikan pendarahannya.

Setidaknya Rose merasakan sedikit rasa sakit di dalam hatinya berkurang dengan luka ini. Rose masih terisak pelan dengan senyuman kecutnya. Apa dia menjadi segila ini hanya gara-gara Chanyeol?

Apa yang Rose perbuat sehingga rumahnya sudah benar-benar berantakan. Apa Rose perlu melakukan semua ini hanya karena hatinya sakit melihat Chanyeol bersama wanita lain saat itu?

Rose menggeram frustasi. Dia selalu saja melakukan hal bodoh yang berujung penyesalan. Rose tidak pernah berpikir dengan jernih dan lebih mementingkan emosinya. Termasuk dengan mencintai Chanyeol, Rose tidak pernah berpikir dan juga tidak siap menghadapi hal seperti ini.

Jika di tanya apa Rose menyesal? Jawabannya iya. Rose sangat-sangat menyesal mencintai pria brengsek seperti Chanyeol. Rose membenci dirinya karena dengan mudahnya ia memberikan hati pada Chanyeol, bahkan saat mereka baru beberapa hari bertemu.

Gadis itu membawa tungkainya untuk pergi ke ruang lukisannya berniat menenangkan diri sebelum matahari terbit dan hari baru di mulai.

Tangannya membuka knop pintu ruangan itu dengan perlahan. Hanya ini satu-satunya ruangan yang bisa menyejukkan pikiran Rose.

Saat pintu terbuka, pandangan Rose langsung tertuju pada sebuah lukisan yang belum ia selesaikan. Hati Rose kembali terasa sesak mengingat alasan dia melukis itu.

Chanyeol. Chanyeol adalah alasan dia melukis gambar itu. Hari itu saat Chanyeol menyatakan cintanya Rose merasa sangat bahagia. Dia tidak ingin melupakan momen penting itu sehingga setelah dia pulang, Rose langsung mengambil kanvas dan mencurahkan isi hatinya.

Lukisan seseorang yang berdiri menatap langit senja dengan gambar pria yang sengaja Rose buat berwarna hitam, ia memberikan kesan bahwa Chanyeol adalah si hitam yang menyerap energi dan membuat kebahagiaan dengan langit jingga di atasnya.

Lagi-lagi Rose membohongi dirinya sendiri, dia begitu bodoh dan percaya diri bahwa Chanyeol memang sangat-sangat mencintainya, rupanya tidak seperti itu. Chanyeol tidak menganggap Rose dan hubungan mereka sama seperti dirinya.

Jadi apa selama ini Chanyeol hanya mengasihani dirinya? Rose berdecih, langkahnya ia percepat untuk merobek lukisan itu. Namun, selangkah sebelum ia sampai tiba-tiba saja Rose berhenti.

Jika saja akal sehatnya tidak bekerja mungkin saja Rose sudah menghancurkan benda mati itu. Rose menghela nafasnya berulang kali. Rose akan merubah lukisannya saja. Iya, lebih baik merubah semua warna-warna cerah yang ceria dan penuh cinta itu menjadi hitam pekat mewakili kekecewaanya.

"Jangan bertindak bodoh lagi Roseanne!" Tegas Rose sebari mengusap-usap dadanya berusaha menegarkan hatinya sendiri. Rose bukan remaja atau bahkan anak sekolahan yang begitu labil. Sudah seharusnya Rose menggambil sikap sesuai dengan usianya sekarang.

BYE #ChanRoséCreationFest ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang