III. Memecahkan Misteri 2

315 50 0
                                    

''Jadi gitu kejadiannya, Ji'' pungkas Shandy mengakhiri cerita Fenly.

''Gua minta maaf, gara-gara gua, lu terluka sampai masuk rumah sakit'' lirih Fenly merasa bersalah.

''Lu nggak perlu minta maaf, lagian juga bukan salah lu kok. Dan gua minta maaf juga''

''Lu nggak perlu minta maaf, Ji. Karena saat itu bukan lu yang kontrol diri lu'' sahut Shandy.

''T-tapi kenapa bisa ngerasukin gua ya, Bang, Fen?'' tanya Fajri menatap kedua sahabatnya bergantian.

''Itu karena lu takut dan kalau lu takut sama aja lu salurin energi ke dia, semakin dia dapet energi, dia jadi kuat dan sangat mudah ngerasukin orang'' jelas Fenly dan diangguki kedua sahabatnya.

''I-ya siapa yang nggak takut kalau ngelihat hantu, Fen? Lu mah orangnya pemberani, nggak kayak kita berdua'' tutur Shandy.

''Harus berani apalagi sama begituan, kita itu harus takut cuman sama Tuhan, nggak ada yang lain'' jelas Fenly.

****

Pulang dari rumah sakit, Shandy dan Fajri ke rumah Fenly. Kini mereka berada di kamar Fenly, Fajri mengistirahatkan tubuhnya di kasur milik Fenly. Itupun atas paksaan dari pemilik kasur itu sendiri. Fenly membaca buku di samping Fajri, sedangkan Shandy tengah asik ngegame diponselnya.

''Kenapa bangun, Ji? Lu butuh sesuatu? Biar gua ambilin'' ucap Fenly begitu melihat Fajri duduk, Fajri menggeleng pelan.

''Terus kenapa? Lu harus istirahat biar ce..'' belum selesai bicara, Fajri memotongnya.

''Fen, Bang? Kalian nggak penasaran sama bangku itu?'' Tanyanya tiba-tiba, membuat kedua sahabatnya terheran.

''Emang kenapa, Ji?'' tanya Fenly setelah menyimpan bukunya di laci sebelahnya.

''Tadi waktu dia ngerasukin gua, gua sempet ngeliat sesuatu''

''Lihat apa?'' tanya Fenly lagi.

''Gua juga kurang tahu karena cuman samar-samar, tapi gua ngeliat cewek pake seragam sekolah kita. Terus selama di sekolah ini, dia nggak punya temen bahkan dia di bully sama temen-temen sekelasnya dan dari yang gua lihat dia meninggalnya tidak tenang mangkanya mungkn dia masih disitu'' Fajri menceritakan yang ia lihat dalam ingatannya selama dirinya dirasuki.

''Jadi maksud lu, lu bisa ngelihat kehidupan dia semasa masih hidup?'' Fenly bertanya dan Fajri mengangguk sedikit ragu.

''Terus sekarang gimana, Ji?'' tanya Shandy sudah selesai dengan gamenya.

''Sekarang apa, Bang?'' tanya Fajri bingung.

''Iya sekarang apa lu masih bisa ngelihat kehidupannya dia?''

''Eng-gak'' jawab Fajri sembari menggelengkan kepalanya.

''Jadi, lu bisa ngelihat hidup dia hanya dengan dia masuk ke tubuh lu, gitu?''

Fajri menghendikkan kedua bahunya. ''Mungkin, gua juga nggak tahu, Bang''

''Udah, Ji, jangan terlalu dipikirin, lebih baik sekarang lu istirahat besok sekolah'' ucap Fenly.

''Yaelah si Fenly mah'' keluh Shandy, Fajri menurut saja. Kemudian Fajri tidur.

Shandy melanjutkan hape miringnya, dan Fenly, matanya terpejam namun fikirannya tengah bergelut akan sesuatu.

''Kalau emang yang dikatakan Aji itu bener, mungkin Aji nggak akan aman dan pasti hantu itu akan masuk ke tubuh Aji lagi, gua nggak mau Aji sampe terluka lagi, pokoknya gua harus jagain dia. Karena itu amanah yang diberikan umi Aji ke gua sebelum beliau meninggal, gua janji, Ji, gua bakal terus jagain lu walau harus mengorbankan nyawa gua. Karena gua udah menganggap lu seperti adik gua sendiri'' batinnya, kemudian Fenly pun ikut terlelap.

Bangku Kosong (KARRA) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang