II. Memecahkan Misteri 1

323 56 1
                                    

Dua jam berlalu, kini Fajri berada di rumah sakit dengan jarum infus yang menancap di tangannya. Terdapat luka di kedua lengan dan pipi kanannya, Fenly dan Shandy setia menunggu di samping brankar dengan raut penuh khawatir.

Tak lama terdapat pergerakan dari cowok itu. Fenly yang menyadari lebih dahulu, karena dia sama sekali tidak memalingkan atensinya dari brankar.

Cowok itu langsung berlari menghampiri Fajri dan menggenggam lengan sahabatnya yang sudah dia anggap adiknya sendiri.

''JI?'' Fenly memanggilnya dengan nada lembut. Kemudian diikuti Shandy di sampingnya.

''Lu bangun, JI?'' Shandy ikut memanggilnya, perlahan kedua matanya terbuka.

''Lu nggak apa-apa, Ji? Ada yang sakit nggak? Gua panggilin dokter ya?'' cerocos Fenly dan Fajri menggeleng pelan. Sepertinya Fajri masih bingung dirinya sekarang berada di mana.

''Sekarang lu di rumah sakit, Ji'' jelas Shandy, yang mungkin mengetahui isi pikiran Fajri.

''Kenapa? Apa yang terjadi sama gua, Bang, Fen?'' tanya Fajri dengan suara yang terdengar masih serak.

Keduanya saling pandang sebelum segera menjawab.

''Tadi lu...'' Fenly menyenggol lengan Shandy.

''Kalian kenapa sih? Au ssttt..'' saat hendak bangun, dia merakasan sakit pada tangannya.

''Kenapa tangan gua bisa ada luka? Perasaan gua nggak jatuh'' Fajri bergumam dan bisa didengar oleh keduanya.

Tak lama setelah Fenly dan Shandy saling pandang akhirnya Fenly memberanikan diri untuk menjelaskan yang terjadi pada Fajri.

***

BRUAK!!!

Fajri memukul meja sangat keras, sontak Fenly, Shandy dan Meta menoleh ke arahnya.

''Ji?'' Fenly memanggil Fajri yang masih duduk di tempat sambil menatap kosong ke depan dengan tangan kirinya di kepal di atas meja setelah memukul meja tadi.

''Si Aji kenapa tuh, Fen?'' Shandy bertanya dan Fenly menggeleng, tanda tidak tau.

Seorang Fenly yang sama sekali tidak percaya dengan hal-hal ghaib seperti ini, merasa sangat asing dan membuatnya bingung bagaimana harus menyikapinya.

''Shan, Fen...'' Meta memanggil dua orang di sampingnya, merasa terpanggil Shandy dan Fenly menoleh ke Meta.

''Kayanya hantunya udah masuk ke tubuh Fajri'' mendengar perkataan Meta, Fenly dan Shandy membelalakan mata.

''Masuk gimana maksud lu, Met?'' ngegas Fenly.

''Coba lihat Fajri, wajahnya aja udah pucat dan tatapan dia aja kosong'' jelas Meta. Matanya menatap Fajri di sana.

''Lu jangan ngomong sembarangan deh'' kata Shandy masih tak percaya.

''Gua ser...'' belum selesai dengan ucapannya, tiba-tiba...

Aaaaaarrrghhhhh!!!!

BRUAK!!!

Setelah berteriak, Fajri melempar bangku di sebelahnya hingga mental dan hampir mengenai tubuh Fenly, untungnya Fenly segera menghindar. Kini Fajri berdiri sambil mengepalkan kedua telapak tangannya, terlihat sangat marah, bahkan nafasnya saja bisa didengar ketiga temannya.

''I-i-itu si Aji kenapa?'' tanya Shandy dengan terbata sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Fajri, dan Fajri menyadari ada yang menunjuk ke arahnya. Fajri berjalan pelan ke arah mereka bertiga.

''Aji jalan kesini'' ucap Fenly dengan senyuman, berfikir bahwa Fajri sendiri padahal sebenarnya bukan.

Dan lagi-lagi, BRUAK!!! Tangan Fajri menepis meja dan kursi yang menghalangi langkahnya tanpa memperdulikan tangannya yang sudah mulai mengeluarkan darah segar.

''Aaa.. Aji lu sadar apa nggak sih, ngapain lu main lempar-lempar meja kursi? Ntar lu bisa-bisa kena omel kepsek'' cerocos Shandy tak peduli siapa yang ada pada diri Fajri saat ini.

''Aaarrrghhh...'' Fajri hanya berteriak dan masih meneruskan langkahnya.

''Ji, lu nggak apa-apa kan? Lu masih Aji kan? Ji muka lu jangan kegitu, serem tau dilihatnya'' kata Shandy lagi.

Saat Fajri ingin melempar meja lagi, dengan cepat Fenly berlari ke arah Fajri dan langsung menahan lengannya.

''Ji! Lu sadar, Ji! Kalau emang ada yang ngerasukin lu, gua minta sekarang lu keluar dari tubuh temen gua! Kalau lu masuk cuman mau ngelukain, mending lu masuk ke gua jangan ke Aji!!'' Fenly berteriak di depan wajah Fajri dengan tangannya masih menggenggam lengan Fajri.

Mendengar pengorbanan Fenly kepada Fajri, tentu saja hal itu membuat Shandy terharu.

''Pergi...'' terdengar lirih dari mulut Fajri dan Fenly mendengarnya. Dan tatapan itu, sangat tidak menunjukkan seorang Fajri di sana.

''Kami nggak akan pergi sebelum lu keluar dari tubuh temen kami!!!'' teriak Fenly, tak ada rasa takut dalam diri Fenly karena hanya dia yang paling berani diantara kedua sahabatnya.

Tak menerima penolakan, tangan Fajri yang satunya mendorong tubuh Fenly hingga terjatuh ke lantai, Fajri mengangkat meja itu dengan kedua tangannya dan mengarahkan meja itu ke Fenly yang memegangi sikunya yang terluka akibat menabrak sudut meja.

Melihat kalau sepertinya Fajri ingin menjatuhkan meja yang ada ditangannya ke Fenly, Meta langsung berteriak.

''Fenly, awaasss....'' mendengar pekikan Meta, Fenly mendongak menatap Fajri yang sudah siap menjatuhkan meja kepadanya.

''Mati, kamu!'' ucap Fajri dengan penuh penekanan.

''Ji, lu mau apa sama meja itu?'' tanya Fenly, sembari berusaha bangkit.

''Mati, kamu!'' tekan Fajri lagi agak keras.

''Enggak, nggak boleh, Ji. Fenly itu temen lu, mana mungkin lu berani ngelakuin hal seperti itu?'' kata Shandy, namun Fajri tak bergeming. Bahkan saat ini ia sudah siap menjatuhkan meja yang ia angkat dengan kedua tangannya.

''Mati, kamu!!!!!''

''Fen, awaass....''

''Aaaaaaa...''

BRUAKK!!!!

Di saat Meta menutup wajahnya dan Shandy tak berani menolong, Fenly berhasil bangkit dan terpaksa mendorong tubuh Fajri hingga tubuhnya menabrak bangku yang ada di belakangnya, Fajri terkulai lemas di lantai dengan luka di lengan dan wajahnya. Fenly tak melihat pergerakan dari Fajripun mulai panik.

''Ji..?'' Fenly memanggil Fajri yang kedua matanya sudah tertutup rapat dan Fenly berjalan mendekat.

''Ji? Bangun Ji. Maafin gua, gua nggak sengaja dorong lu'' ucap Fenly matanya sudah berkaca-kaca. Setelah itu, mereka membawa Fajri ke rumah sakit yang berada dekat dengan sekolahnya.

.

.

.

Masih kurang tegang?

Masih awal banget ini, masa udah dag dig dug aja?

Lanjutt?

Vote jangan lupa

   👇

Bangku Kosong (KARRA) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang