V. Memecahkan Misteri 4

257 49 1
                                    

Mereka berjalan melewati lorong yang gelap, hanya cahaya bulan dan cahaya senter dari ponsel Fajri yang menerangi jalan. Mereka berjalan beriringan menuju kelas.

''Kalau gelap gini kenapa jadi serem'' Shandy sembunyi dibalik punggung Fenly dan Fajri, mereka terus berjalan.

''Gua juga takut Bang, kenapa nggak dinyalain aja sih lampunya. Pelit amat ni sekolah'' cerocos Fajri sambil mengarahkan senter ponselnya ke depan.

''Lu baru tahu? kan sekolah kita emang pelit, pas siang aja gatau apa lagi panas kipas dimatiin, terus di kamar mandi airnya juga dimatiin. Terus apa gunanya di kasih kamar mandi kalau nggak diisi air'' cerocos Shandy, sepertinya Fenly mulai muak dengan rengekan kedua sohibnya.

''Jalian bisa diem nggak sih? Nggak tahu kondisi banget kita sekarang lagi di mana'' ngegas Fenly.

''Iya lagian lampu dimatiin''

''Biarin aja kali terserah pihak sekolah, toh juga nggak ganggu proses pembelajaran kita''

''Nggak ganggu pembelajaran gimana kalau lagi musim panas terus kipas dimatiin? Mau muridnya mati kepanasan apa gimana''

''Udah diem, kenapa malah berantem sih. Kalian lupa kita kesini mau ngapain?'' ucap Fajri sedikit keras, tiba-tiba...

BRAKK!!!

Sontak mereka kaget mendengar suara benda jatuh, langkah mereka berhenti.

''I-i-i-itu tadi suara apaan?'' tanya Shandy dengan suara gemetar.

''Gu-gua juga nggak tahu, yang jelas suaranya berasal dari kelas yang baru aja kita lewatin'' kini badan Fajri dan Shandy sepertinya sudah gemetar ketakutan. Sedangkan Fenly masih berani.

''Apaan sih kalian, kegitu doang udah panik. Bisa aja itu kucing'' terdengar santai ditelinga kedua sohibnya.

''Mana ada kucing? Kecuali...'' ucapan Shandy menggantung.

''Apaan sih, mana ada kegituan. Dasar kalian emang penakut...aaaa...'' tiba-tiba Fenly melihat sosok bayangan hitam tengah mengintip di balik tangga depannya.

''Ada apa, Fen? Lu jangan tambah nakutin'' kata Fajri.

''Tadi gua ngelihat sesuatu di sana'' Fajri dan Shandy mengikuti arah jari telunjuk Fenly.

''Ada apa? Nggak ada apa-apa kok''

''Iya nih si Fenly''

''Tau ah, udah ayo cepetan kita ke kelas'' kemudian Fenly berjalan duluan.

''Kebiasaan banget si Fenly ninggalin kita, terus kaya nggak ada takut-takutnya tu anak'' cerocos Shandy merasa heran dengan sobibnya yang satu itu.

''Udahlah Bang, ayo kita susul Fenly keburu dia diculik''

''Jangan ngawur lu, Ji'' tegur Shandy.

''Udah ayo! Fen.. tunggu atuh..'' Fajri dan Shandy berlari menyusul Fenly.

''Ini seriusan kita masuk ke kelas itu?''tanya Shandy memastikan dengan suara berfetar karena takut.

''Iya lah, terus mau ngapain lagi kalau nggak kesini?'' jengah Fenly.

''Gua takut woe! Ini pertama kalinya gua kesekolah malem-malem gini'' ujar Shandy yang sepertinya sudah tidak memiliki keberanian lagi.

''Kita balik aja yuk, gua takut...'' rengek Fajri menarik baju kedua sohibnya.

''Lu gimana sih Ji, katanya penasaran lah sekarang malah takut'' sarkas Shandy.

''Lu juga takut kan, Bang?'' Shandy mengangguk saja.

Bangku Kosong (KARRA) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang