02. NARAY - BERTEMU DENGANMU

31 12 1
                                    

Hai kembali lagi bersama aku. Nggak usah basi - basi cus wus langsung baca.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading.

Bertemu denganmu adalah keajaiban yang semesta berikan kepadaku.

- Ivander Delano Raymond-

*****

"Butuh bantuan nona?" tanya pemuda itu sambil membuka helm full facenya.

Naray tercengang sesaat melihat lelaki tersebut melepas helm dan menampakkan wajahnya. Wajahnya tampan bak dewa perang, hidung mancung seperti milik Zayn malik, alis tebal yang panjang di pelipisnya, dan yang tak kalah menawan mata cowok itu. Matanya tajam berwarna coklat terang. Apalagi jika terkena paparan sinar matahari yang merangsang matanya, warna tajam coklat tua terpampang dengan jelas. Membuat siapa saja yang melihatnya bisa terhepnotis seketika.

"Hei, lo baik - baik aja kan?" tanya cowok tersebut turun dari motornya, kemudian mengoyahkan lengan kanan Naray. Pasalnya yang diajak ngomong cuman bengong menatapnya.

"Hah, heh, gue dimana?" Naray mendadak linglung.

"Lo dipinggir jalan, motor lo kenapa?" tanyanya yang masih setia memegang lengan kanan Naray.

"Bi.. bisa lepasin tangan lo dulu dari lengan gue?" ujar Naray gugup melihat tangan berotot itu di lengannya. Masalahnya baru pertama kali ini ia disentuh oleh cowok yang tidak dikenal.

"Eh iya, sorry."

Cowok itu lalu melepaskan tangannya dari lengan Naray.

"Motor lo kenapa, mogok?" tanyanya lagi sambil mengibaskan rambutnya ke belakang yang berantakan.

"Motor gue kehabisan bensin, jadi mogok."

"Makanya kalo sebelum berangkat sekolah itu motornya dicek dulu, dari bensin dan lainnya. Biar kalau dipakai berkendara aman sampai tujuan, bukan dandan aja yang dipentingkan."

"Kok lo malah nyeramahin gue sih," ketus Naray.

Baru saja ia sudah senang disamperin cogan. Setelah melihat sikap yang menyebalkanya itu Naray kembali cemberut.

"Hahaha. Nggak bisa diajak bercanda nih cewek. Gue bukan nyeramahin lo, cumn ngasih saran aja." Jelas cowok itu sembari tertawa memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

"Bareng gue aja, mau?" Tawarnya kepada Naray dengan nada bicaranya yang lembut.

"Bareng kemana, terus lo siapa, emang lo tau tujuan gue kemana?" cerocos Naray bertubi - tubi.

"Lo bukan penculik gadis cantik kayak gue kan?" tudingnya merasa curiga terhadap cowok di depannya itu.

Satu detik, dua detik, tiga detik.

Kemudian gelak tawa menggelegar cukup keras terdengar oleh kuping Naray. Karena posisinya masih di pinggir jalan, beberapa pengendara dan pejalan kaki yang melewatinya menatap kedua remaja tersebut keheranan.

Ya. Cowok itu tertawa keras mendengar pertanyaan bodoh dari cewek didepannya itu.

Cantik sih, tapi otaknya blo'on, batinnya.

NARAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang