04. NARAY - KHAWATIR

21 4 5
                                    

Cus wus langsung baca
.
.
.
.
.
.
Happy reading

*****

Setelah menempuh jarak perjalanan kurang lebih setengah jam, kini mereka sudah sampai di mansion mewah milik keluarga Raymond. Mansion yang dominan berwarna cat putih bergaya bangunan Eropa tersebut sangat megah. Terdapat pancuran air dan taman yang luas di halaman depan membuat kesan estetik rumah luas tersebut. Apalagi ditambah banyaknya bodyguard yang menyebar luas di beberapa sudut mansion itu. Sudah seperti istana yang harus dijaga ketat keamanannya.

"Udah sampai," ujar Delano sembari melepaskan helm full facenya.

"Hei dijawab kalo gue ngomong," ujar Delano lagi. Namun tidak ada sahutan dari perempuan yang ia boncengkan itu. Melihat tangan Naray yang masih memeluk pinggangnya dan kepala dia bersandar di punggungnya, Delano yakin pasti Naray ketiduran.

"Etdah nih anak malah tidur," ujar Delano. "Cantik bangun dong!" Delano menggoyahkan badannya berharap Naray bangun. Namun nihil, perempuan itu sudah terlelap dialam mimpinya. Terpaksa Delano membopong Naray untuk menuju kedalam mansion.

*****

"Lano itu siapa nak!?" teriak Yunita. Perempuan berumur 38 tahun itu yang sedang duduk santai di ruang tamu sembari dipijat oleh dua asistennya, terkejut melihat anaknya membopong gadis yang tidak dikenal.

"Ntar aku jelasain Mi, aku bawa dia dulu ke kamar," jelas Delano yang baru saja masuk ke dalam rumah.

"Jangan di apa - apain ceweknya."

"Iya Mi," sahut Delano memasuki lift.

Sesampainya di kamar Delano, ia langsung membaringkan Naray di ranjang kasurnya.

"Nyusahin banget sih lo," cebik Delano.

"Tapi kalo di lihat - lihat, nih cewek cantik juga ya, so pretty." Delano memandang sekilas wajah Naray, ia terpaku sesaat melihat kecantikan perempuan itu saat tidur. Naray memang cantik, wajahnya putih pucat namun terlihat baby face. Hidung yang mancung, bulu mata yang lentik, dan bibir ranum merah jambu. Sungguh hampir mendekati spek bidadari.

"Sadar lo tolol." Delano menggeplak kepalanya berusaha menyadarkan diri.

"Gue turun aja daripada khilaf."

Delano lalu keluar kamar dan turun dari lantai lima menggunakan lift menuju ruang tamu yang berada di lantai satu. Ia harus menyiapkan mental karena sudah pasti Maminya akan melontarkan banyak pertanyaan yang ujung - ujungnya membuatnya pusing.

*****

"Lano sini kamu," panggil Yunita yang kedua tangannya sudah bersedekap di depan dadanya.

"Apa Mi?" jawab Delano pelan.

"Siapa gadis yang kamu bawa ke rumah?" tanya Yunita dengan tatapan intimidasinya.

"Dia satu sekolah bareng aku Mi, Lano ajak kesini karena dia mau ambil motor. Tapi malah ketiduran, ya udah aku bawa ke kamar buat istirahat." Penjelasan Delano hanya di angguki Yunita.

"Kok bisa motor dia di sini? Kamu begal dia?" tanya Yunita ngasal.

"Ya nggaklah. Tadi Lano nolongin dia di jalan, motornya mogok. Terus aku suruh Samuel buat angkut itu motor ke rumah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NARAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang