4. Ninu ninu

12.9K 1.8K 250
                                    

Author POV

Setelah Seulgi mendudukkan dirinya tepat di hadapan Lisa, gadis itu lalu sengaja menumpukan dagu pada satu tangan. Alisnya terangkat, menatap dengan bingung ke arah Lisa yang tengah melamun.

"Udah seminggu gue liat lo gini-gini terus. Kaya batu hidup, alias jadi lebih banyak diem. Kenapa sih? Mikirin utang?"

Suara Seulgi seketika membuat Lisa mengangkat pandangannya, ia kemudian menggeleng singkat. Kepala Lisa yang tadi masih terasa pusing, kini rasa pusing itu berangsur mulai menghilang.

Lisa mengusap wajahnya sebentar, lalu ia menghela nafas dengan perasaan lelah. Menjadi ketua osis bukanlah suatu hal yang mudah. Yang jika dilihat dari luar mungkin orang-orang sering membayangkan betapa serunya tidak belajar.

Padahal dibalik itu semua, ada bertumpuk-tumpuk tugas milik Lisa yang masih belum ia selesaikan. Bukan karena Lisa sengaja, namun memang karena ia tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakan semuanya secara bersamaan.

"Seul." Suara Lisa memanggil.

"Apaan?"

"Lo kenal Jennie ga?" Lisa bertanya.

Gadis yang ditanya itu tampak diam sejenak, berusaha sedang memikirkan siapa Jennie.

Di satu sisi, Seulgi merasa seperti sudah familiar dengan namanya, namun di sisi lain Seulgi juga bingung dan tidak yakin dia siapa.

Pada akhirnya gadis bermata sipit itu menggeleng singkat dan ia membalas.

"Murid sini?"

Lisa mengangguk.

"Anak PMR, kelas sebelas IPA dua." Tambah Lisa.

Berharap Seulgi dapat mengenalinya, tapi kemudian gadis itu tetap menggeleng dan mengangkat bahu, tanda tidak tahu.

"Emang kenapa?"

Setelah ditanya, Lisa justru terdiam. Sudah seminggu lebih berlalu semenjak kejadian tentang dirinya dan Jennie di rumah gadis itu.

Tempo hari lalu memang ada hal lebih yang terjadi di antara mereka. Tapi tidak seperti kebanyakan orang-orang yang jika berkenalan lalu akan akrab, sedangkan mereka berdua justru malah saling menciptakan jarak.

Lisa akhir-akhir ini menjadi sering melamun, ia terus saja memikirkan apa yang sedang dirinya rasakan pada Jennie.

Setiap kali Lisa menyusuri koridor, atau sedang mengikuti upacara bendera, maka mata Lisa akan selalu menelisik ke seluruh penjuru lapangan, hanya untuk mencari keberadaan Jennie.

Lisa juga tidak mengerti mengapa ia sekarang jadi bersikap seperti ini. Terakhir kali Lisa bertemu dengan Jennie adalah dua hari yang lalu, itu pun hanya karena mereka berpapasan di depan kelasnya, tanpa ada saling sapa.

"Seul." Panggil Lisa lagi.

Seulgi hanya berdeham singkat, sebab gadis itu kini sedang sibuk mulai menyuapkan satu sendok bubur ayam ke dalam mulutnya.

"Sekitar seminggu yang lalu gue ketemu sama Jennie, kebetulan dia kebagian tugas buat bikin rangkuman dari Pak Rangga. Jadi waktu itu gue juga disuruh buat manggilin dia ke kantor, yaudah gue panggilin."

"Terus?"

"Terus waktu gue udah nyampe di kelas Jennie, dia malah nantangin gue soal ciuman."

"Ciuman gimana?"

"Kata Jennie, gue itu kan ketua osis yang terkenal ngga pernah takut, jadinya Jennie nantangin gue buat cium dia di sana, untuk ngebuktiin bener atau ngga."

"Terus lo cium beneran?"

"Ngga." Lisa menggeleng singkat.

Seulgi menaikan alis, kini seluruh atensinya hanya berpusat menatap ke arah Lisa. Antara penasaran dan tidak sabar menunggu apa yang selanjutnya si ketua osis itu akan katakan.

"Sehabis kejadian itu, gue narik paksa tangan Jennie buat bawa dia ke kantor. Tapi karna Jennie itu orangnya galak, gue juga jadi dipaksa sama dia buat bantuin dia ngerangkum."

"Akhirnya kita ngerjain tugas bareng di rumah Jennie. Tapi seul, ga lama pas tugasnya udah mau kelar, Jennie malah tiba-tiba genit ke gue." Lanjut Lisa.

Sambil terus mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya, Seulgi kemudian bertanya dengan antusias ke arah Lisa.

"Genit ke lo? Maksudnya gimana?"

"Jennie tiba-tiba duduk di pangkuan gue." Balas Lisa.

"Terus?"

"Kita kelepasan."

"Hah? Kelepasan? Berarti lo berdua ngelakuin itu?"

Lisa mengangguk singkat, dan di detik itu juga Seulgi langsung tersedak.

















•••••••
Author POV

"Lo? Apa? Ninu ninu? Sama Lisa? Serius?"

"Iya, gue serius."

Rosé refleks menutup mulutnya yang menganga dengan satu tangan. Mengekspresikan raut muka terkejut dan menatap tidak percaya ke arah Jennie. Jantung Rosé saat ini rasanya mau copot, ia benar-benar tidak menyangka Jennie telah bersetubuh dengan si ketua osis di sekolah mereka.

Dan faktanya lagi, mereka berdua sama-sama perempuan.

Berbeda dengan Rosé yang sedang sangat terkejut, Jisoo justru terlihat biasa saja dan gadis itu malah asik meminum satu kotak susu mini yang ada di tangannya. Jisoo sudah mengetahui lebih dulu, namun ia juga tetap biasa-biasa saja.

"Udah sih war, ga usah sok kaget gitu. Lagian si Jennienya ga bakal hamil juga, kan mereka sama-sama cewe." Jisoo menyahut, sengaja memanggil nama Rosé dengan sebutan Mawar.

"Lo ga bisa ngomong segampang itu anjir, cewe atau cowo itu sama aja tau." Rosé membalas.

"Sama apanya?" Tanya Jisoo.

"Sama-sama bisa bikin ga perawan."

Jennie menggeleng-gelengkan kepalanya. Merasa pusing dan gerah sekaligus. Sudah satu jam lebih dirinya berada di kamar milik Rosé.

Tanpa berniat ingin merahasiakan sesuatu yang sempat terjadi di antara ia dan Lisa, maka Jennie memutuskan untuk menceritakan semuanya pada mereka.

Jujur sampai detik ini, Jennie malah tidak ada sedikitpun merasa dirinya takut atau menyesal.

"Pantes ya lo berdua tiap ketemu jadi agak canggung gitu." Rosé kembali bersuara.

"Sebenernya gue sendiri juga masih bingung." Ucap Jennie.

"Bingung kenapa?"

"Gue tuh suka atau ngga ya sama Lisa?"

"Lah? Kalo lo berdua udah gituan ya berarti lo berdua udah sama-sama suka dong?" Jisoo menimpali.

"Tapi ada tau soo, orang yang ngeseks tanpa ada rasa suka gitu. Contohnya kaya, open booking."

Mendengar balasan dari mulut Rosé barusan, Jisoo kemudian terdiam sejenak. Di detik berikutnya ketika ia paham, Jisoo lalu mengangguk-anggukkan kepalanya dan ber-oh paham.

Sifat lugu yang Jisoo miliki memang kadang sering kali membuat gadis itu menjadi lemot dalam memahami sesuatu.

"Jen, gue mau nanya serius deh." Rosé berucap lagi.

"Apa?"

"Gimana jari Lisa? Enak ga?" Rosé lalu sengaja memainkan kedua alisnya dengan naik turun, berniat untuk menggoda Jennie.

Tapi tanpa Rosé duga, Jennie malah tiba-tiba mengulum bibir menahan senyum. Pipi mandu Jennie seketika memerah padam, gadis itu kemudian berucap setengah berbisik.

"Gue klimaks dua kali."

















TBC
•••••••

GALAK - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang