Naruto Ⓒ Masashi Kishimoto
Berat, itulah yang pertama Sasuke rasakan. Ia berusaha mengangkat tangannya, namun untuk menggerakkan jari-jarinya saja ia kesulitan. Suara gemerisik membuatnya semakin tersadar. Ia yakin ada seseorang didekatnya. Sasuke berusaha membuka kedua matanya, namun justru rasa sakit yang ia rasakan.
"Agh," rintihan kesakitan otomatis keluar dari mulutnya. Sasuke segera menutup mulutnya saat menyadari suara pergerakan di sebelahnya juga ikut berhenti. Suara langkah kaki yang mendekat membuat otak cerdasnya mengirim sinyal waspada. Mau bagaimanapun posisinya saat ini sedang tidak menguntungkan.
tok-tok
Bukan, bukan pintu. Lebih mirip seperti suara meja kayu, "Kau sudah sadar?" suara lembut itu menyapa indra pendengaran Sasuke.
"Siapa?" tanya Sasuke yang lebih menyerupai bisikkan. Tenggorokkannya terasa sangat kering, seakan sudah berhari-hari ia tidak minum.
"Namaku Sai aku adalah perawat disini. Jangan terlalu banyak bergerak, aku yakin obat biusnya membuat tubuhmu sangat lemah saat ini," jawabnya lembut.
"Dimana...aku?" tanya Sasuke masih dengan suara seraknya.
"Rumah Sakit Suna," jawab Sai singkat, namun cukup untuk membuat pasiennya itu tenang, "Kau tidak mengingat apapun?" lanjutnya. Namun tidak ada tanda-tanda dari Sasuke untuk menjawab pertanyaannya. Tidak heran, mungkin saja Sasuke masih shock dengan kejadian yang menimpanya.
Dalam kegelapan Sasuke dapat merasakan tubuh sang perawat mendekati dirinya. Tangan besar yang terlapis...entahlah...seperti sarung tangan karet, dengan lihai membantu Sasuke membersihkan tubuh yang masih tak dapat digerakkan itu. Jika saja saat ini Sasuke dalam kondisi sehat -atau setidaknya dapat menggerakkan tangannya sendiri- tentu ia dengan senang hati menepis kedua tangan Sai, dan mungkin sedikit melontarkan kalimat-kalimat pedas. Tapi sekarang? ia bahkan tidak bisa melihat kondisi tubuhnya saat ini. Namun yang pasti ia bisa merasakan rasa ngilu yang menjalar di beberapa bagian tubuhnya juga rasa perih di matanya.
'Mata?'
"Ada apa dengan mataku?" akhirnya pertanyaan itu keluar dari bibirnya. Namun suaranya bergetar dan helaan nafas berat dari sang perawat sama sekali tidak membuat perasaannya tenang.
"Minumlah dulu, aku memanggil dokter," Sasuke dapat merasakan lengan sang perawat menopang punggungnya untuk duduk dan menempelkan gelas ke bibirnya. Sasuke tidak menolak. Toh ia memang merasa sangat kehausan sekarang, "Biusmu akan segera hilang. Jangan sentuh matamu dan tunggulah sampai dokter datang," lanjutnya yang hanya dibalas dengan anggukkan kecil dari Sasuke. Sasuke dapat mendengar suara pintu yang terbuka lalu tertutup. Kemudian hening.
23 Juli, Suna
Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya, cukup dingin hingga membuat jalanan menjadi berkabut. Cukup aneh sebenarnya mengingat Suna adalah desa yang terkenal dengan cuaca panasnya. Maka dari itu para penduduk Suna lebih memilih untuk tidak berkeliaran dan menghangatkan tubuh mereka di dalam rumah. Namun tidak untuk Sasuke. Pemuda berkulit pucat itu dengan nekat menembus dinginnya malam tanpa menggunakan jaket ataupun pakaian hangat lainnya. Kaos hitam tipisnya membuatnya tubuhnya menggigil, rambut hitam kelamnya berkibar mengikuti hembusan angin dan alas kaki yang sama sekali tak membantu menghangatkan kakinya. Lalu apa yang membuatnya nekat untuk menantang cuaca ekstrem malam ini?
Rumah.
Ya, ia sangat ingin pulang. Dan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Tidak ia sama sekali tidak peduli dengan tanggal laknat dimana kedua orangtuanya harus tewas akibat perampokan. Namun ia tetap harus kembali ke Konoha. Ke rumahnya. Rumah kediaman Uchiha. 'Orangtua'nya akan sedih jika tidak melihat Sasuke berada di rumah hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Flag
RomanceSasuke melihatnya, tapi sejauh apa ia benar-benar 'melihat'? NaruSasu Story Naruto x Sasuke