Sasuke ingat. Waktu itu adalah pertengahan bulan April. Bulan dengan musim paling panas, bahkan untuk desa Konoha yang notabene adalah desa yang dipenuhi pohon-pohon rindang. Ia ingat suara teriakan sang ayah yang sebenarnya jarang sekali ia dengar. Ia ingat suara bernada tinggi penuh perlawanan dari sang kakak. Ia juga ingat suara bergetar ibunya yang berusaha melerai kedua lelaki bermarga Uchiha itu. Dan disanalah Sasuke. Berdiri dibalik pintu, hanya separuh dari kepalanya saja yang berani keluar demi melihat dengan jelas apa yang terjadi.
Pada bentakkan terakhir akhirnya keluarlah kalimat terlarang itu. Kalimat yang meminta sang kakak untuk pergi dari rumah mereka. Kepala keluarga Uchiha itu tentu tidak sungguh-sungguh mengusir anak sulungnya. Itu hanyalah ancaman. Ancaman agar Itachi mau mengikuti jalan yang dipilihkan untuknya. Namun sepertinya masa muda adalah masa paling keras kepala, apalagi jika berhubungan dengan masa depan. Pemuda jangkung itu dengan langkah pasti masuk ke kamarnya. Membanting pintu. Dan tak lama kemudian keluar dengan koper besar di tangan kanannya. Wajahnya masih keras, sekeras tekadnya yang sudah bulat. Uchiha Fugaku hanya duduk menyilangkan tangan. Tak menahan namun juga tak merelakan. Sangat berbeda seperti ibunya yang sudah bersimpuh dengan cucuran air mata yang menetes deras di wajah cantiknya.
Sasuke ingat. Waktu itu ia mengejar sang kakak. Tak memanggil, ia terlalu takut untuk menghadapi wajah keras kakaknya ketika sedang emosi. Ia yang selalu menurut dan dalam perlindungan keluarganya, nyaris tak pernah merasakan kepahitan dalam hidupnya. Inilah yang pertama, kepergian sang kakak. Maka kini ia hanya berani menatap punggung dewasa itu dengan bibir terkatup rapat. Namun baru beberapa langkah, tubuh itu berpaling, kedua mata hitam itu menatap balik manik gelapnya. Ekspresinya sangat berbeda dengan yang ia tunjukkan pada sang ayah tadi. Ekspresi kesedihan. Itachi telah membuat keputusan dan kini ia harus berani menanggung resikonya seorang diri.
Dengan ekspresi sedih...ia tersenyum. Yang terakhir kalinya, sebelum meninggalkan adik satu-satunya. Bibirnya bergumam.
"Sampai bertemu lagi...Sasuke,"
...
Sasuke menerawang dengan mata terpejam. Tidak, itu bukan mimpi. Bagaimana bisa ia bermimpi jika dirinya bahkan tidak tidur sama sekali. Itu hanya memorinya. Aneh. Dengan dunianya yang kini gelap, sekarang bayangan ingatan masa lalunya malah tergambar lebih nyata.
'Sampai bertemu, huh?' sinis Sasuke dalam hati. Tangan pucatnya menyentuh lengan kokoh yang memeluk pinggangnya dengan sangat perlahan. Ia menajamkan telinganya. Nafas lelaki yang kini berbaring disebelahnya masih tenang dan teratur. Sangat berbanding terbalik dengan Sasuke. Ia sangat ketakutan. Kadang ia mengutuk sifat pengecutnya itu. Kenapa ia tak bisa seberani kakaknya? Mengambil tindakan, menghadapi konsekuensi. Demi Kami-sama sekarang ada orang jahat disebelahnya! Atau setidaknya itulah yang Sasuke pikirkan.
Sasuke bergerak lagi. Meminimalisir suara deritan ranjang yang berbunyi setiap kali ia bergerak. Ketika sampai di ujung ranjang, tubuh yang lebih berat itu bergerak. Sasuke membatu, keringat dingin menetes dari kening dan leher putihnya. Entah berapa lama Sasuke masih diam dalam posisinya hingga ia akhirnya yakin untuk turun dari tempat tidur.
Kedua telapak kaki itu akhirnya menyentuh dinginnya lantai. Sasuke melangkah tanpa menggunakan sandal tidurnya, ia takut akan menimbulkan suara sekecil apapun. Dengan amat sangat perlahan ia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Ini akan lebih mudah. Sasuke sudah hafal setiap langkah yang perlu ia ambil untuk menuju pintu itu. Kedua tangannya teracunga maju, meraba-raba depannya hingga akhirnya tangan kanannya menemukan gagang pintu yang ia cari. Dengan hati-hati ditekannya gagang itu hingga menimbulkan suara 'klek' pelan.
Terkunci.
Tentu saja, apa yang ia harapkan? Sinisnya dalam hati. Kini ia melangkahkan kakinya ke meja kayu didekat sofa. Ia mendengarnya tadi. Suara gemerincing yang familiar setiap kali Naruto mengunci pintu. Dan ia cukup yakin barang itu masih ada disana kalau saja Naruto tak memindahkann-
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Flag
RomanceSasuke melihatnya, tapi sejauh apa ia benar-benar 'melihat'? NaruSasu Story Naruto x Sasuke