Dekat 2/2

465 70 8
                                        


Kejadian semalam masih menggayut di pikiran New begitu terjaga di pagi hari dengan hipertermia, dahinya agak panas. Berjaga hampir sepanjang malam sambil memeras otak mencerna perdebatanya dengan Tay yang sesekali diselingi mual tidak membuat New untuk tidak memikirkannya lagi pagi ini.

Sampai jam sembilan lewat, New masih meringkuk di ranjang berantakan. Kepalanya berat, waktu tidurnya banyak terpangkas semalam. Ia tidak akan pernah menikah dengan orang menyebalkan seperti Tay.

Kepalanya semakin berat, dan sekarang pintu kosannya ada yang mengetuk. Huh, siapa sih yang berkunjung pagi-pagi buta begini? Tidak, ini bukan pagi buta, sekarang jam sembilan lewat, New sudah bilang tadi. Persetan. New berusaha mengabaikan ketukan itu dengan membekapkan bantal ke mukanya sendiri. Namun semakin lama ketukan di pintu semakin intens, bahkan kini dengan kurang ajar si pengetuk mulai menjadikan pintu itu sebagai alat musik perkusi. Ketukan itu sedang menciptakan ritme jelek namun beraturan.

Tok tok

Tok tok tok -jeda

Tok tok

Tok tok tok tok -jeda

Tok tok

Tok tok tok -jeda


Tok tok tok tok....

Begitu seterusnya.

Aarrghh... tamu kurang ajar. Dengan menahan berat di kepala dan amarah luar biasa di dada, New turun dari ranjang. Sempat ia tangkap rupanya pagi ini di pantulan cermin, rambutnya tak karuan rupa. Apa New migrain juga? Jingkrakan rambutnya tak rata sebelah. Oh shit, New mulai mual dan pusing. Dahinya masih panas.

New menuju pintu utama, menarik handle-nya diikuti teriakan geram. "Menjauh dari pintuku, dasar kau assho..." Umpatannya menggantung begitu saja. Kenapa New bisa lupa kalau Orang ini punya sifat kurang ajar juga? Siapa yang berani mengetuk pintunya dengan kurang ajar seperti tadi selain dia?

Sosok di depan New nyengir dulu sebelum berucap. "Yah, aku memang ass–hole..." Tamu brengsek ini nyengir lagi.

New mendesah kesal. "Aku tak ingin bicara denganmu lagi Tay... kita sudah selesai!" New bersiap-siap menutup pintu.

"Heyy... aku hanya ingin mengembalikan belanjaanmu semalam!" Serunya saat pintu hampir menutup. "Ingat? Kau yang membeli semua makan tidak sehat itu." Tay nampak gembira, tidakkah Tay menganggap serius kejadian semalam?

New tambah pusing dengan sikap Tay. Dan belanjaannya? Tentu saja New mau barang-barang yang telah ia beli mahal-mahal, New butuh semua makanan itu. Ingat makanan, New baru sadar kalau ia kelaparan saat ini. New pusing karena kelaparan, benar sekali. Pintu kembali ia buka. Tay menaruh dua kantong belanjaannya agak ke dalam. Mungkin New harus mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih...," ucapnya.

Tay tersenyum simpul. "Tadi aku lewat tempat orang jual bubur, sepertinya enak. Masih hangat, mungkin kau mau mencicipinya..." Dia mengangkat kantong buburnya.

Lagi. Kenapa New bisa lupa kalau Tay tak mungkin datang hanya untuk mengantar belanjaan? New menggeleng padanya. "Aku tak sedang lapar." Namun kemudian...

CRUUITT... CRRUIIIT... KRRUUUYUKK...

Perut tak tahu malu. Kenapa dia harus konser di saat tak tepat begini. Oh tuhan, tapi New lapar sekali. Mukanya pasti bersemu sekarang.

Tay tersenyum lagi. "Hanya bubur. Aku tak akan mengganggu waktumu lebih lama." Dia mengangkat dua jarinya. "Lagi pula, kau harus banyak makan, kau..." Tay tampak menggantung kalimatnya dengan jeda yang lama.

Emergency MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang