Dekat 1/2

441 60 17
                                    

New sedang di department store saat seseorang menepuk bahunya. Sontak Ia berbalik. Senyum Tay langsung menyambutnya. Dia tampak beda tanpa jas dan dasinya. Kelihatan lebih muda dua tiga tahun, kelihatan seperti remaja belasan tahun, sekilas New hampir bisa menemukan sosok murid SMA yang kalem dan pendiam. Dengan jins dan oblong putih over size yang bagian lehernya melar sedemikian rupa, Tay tampak manis dan lembut. Tidak sekaku dan seformal bila dalam balutan setelan kantornya yang sering terlihat. Apa kata yang tepat ya? Emm... friendly. Ya, dia terlihat hangat dan bersahabat.

"Aku harus mengatakan ini padamu bahkan jika kau membencinya New. kau sedang hamil tapi nampaknya yang kau beli bukanlah makanan sehat untuk orang yang sedang hamil." Dia mengangkat dagunya ke arah troli New yang dipenuhi bahan makanan dan berbagai pruduk fast food tinggi toksid dalam kemasan-kemasan jumbo. Ironis, dulu ia sering membelinya tanpa ada yang protes. Tapi semenjak Tay memegang penuh kunci duplikat kosan New, pemuda ini terus mengikutinya dan mengomentari berbagai macam hal dengan awalan 'Kau sedang hamil' membuat New ingin memukul kepalanya.

"Dan kenapa pula kau harus mengikuti setiap saat seperti bayangan? Bahkan bayangan pun ada waktunya menghilang."

New berusaha menggabaikannya, menggeleng beberapa kali sambil berdecak-decak. "Aku harus menemani calon istriku berbelanja, karena ia sedang hamil."

New melotot padanya.

Tay tertawa lagi. "Jangan keluarkan matamu, New... kau membuat takut anak-anak." Dia menunjuk segerombolan bocah usia sekolah dasar yang kebetulan lewat di samping troli mereka dengan menenteng snack di tangan mereka. Anak-anak memang suka berkeliaran di swalayan bahkan hanya untuk membeli sekantong keripik kentang. Bocah-bocah itu berlalu sambil mencuri-curi pandang pada New dan troli New yang menggunung dengan snack. Pasti mereka iri dengan New yang punya banyak makanan kesukaan mereka.

New menatap Tay. "Aku tidak pernah minta ditemani, aku masih bisa melakukan apapun sesukaku hingga bulan depan, kita belum terikat Tay," ujar New dengan nada sedikit mengancam tentunya.

"Tapi tetap saja kau adalah calon istriku." Lirih Tay pada New.

New kembali mendorong troli dan menjejalkan benda-benda yang ia butuhkan ke dalamnya. Tay mengekor di belakang, ikut mengambil benda-benda yang sama seperti yang New ambil. Ikut mencomot kaleng sarden juga, cendawan dalam plastik kemas, minyak goreng, botol saus bahkan botol kecap.

New mulai gerah menanggapi kekonyolannya lantas berbalik tepat menghadapnya. "Stop mengambil benda yang sama sepertiku!" seru New di wajahnya. "Kau tidak memerlukannya... dan berjalanlah ke lorong yang lain. Temukan benda-benda kebutuhanmu... cotton bud misalnya."

"Aku masih punya banyak stok cotton bud di rumah," jawabnya yang membuat New tambah jengkel. Tay menatap isi troli New. "Yah, aku bisa belajar masak dari sekarang, siapa tahu kau tidak bisa menyiapkan makanan?" Dia nyengir. "Saat kau sedang sibuk menyusui anak kita misalnya."

New mendesah putus asa.

"Tentu saja kau yang akan menyusuinya, kan? Kau adalah ibunya."

Untuk kedua kalinya New memelototi Tay.

Dia melongok kiri kanan. "Tidak ada anak-anak, kau boleh melotot lebih besar lagi."

Arrgghh

Percuma. New mengabaikan Tay dan segera mendorong troli miliknya ke kassa.

"Tunggu, New!" Seru Tay setelah belanjaan New selesai dikantongi. "Ini malam Sabtu, tidak masalah kan kalau pulang lebih larut?" Dia merampas kantong milik New kiri kanan dan langsung berjalan di depan.

New geram setengah mati kini. Baru ia ketahui kalau dia juga punya sifat menyebalkan, suka mengusik ketentraman, tak kenal kompromi dan ingin dituruti tanpa negosiasi lebih dulu. Tatapan New semakin bengis padanya.

"Aku tak terintimidasi dengan tatapanmu itu, New." Dan berani sekali Tay menggandeng New di tempat seramai ini. New menghempaskan tangannya cepat.

"Tidak Tay. Aku tidak mau."

"Kau harus menurut, kau itu sedang hamil."

"Apa kau bilang?"

"Kau sedang hamil New."

Tapi Tay terus berusaha mendorong New sampai ke mobilnya, ia hendak mengajak New sekedar berwisata malam berencana membuat New jatuh cinta agar mau menikah dengan Tay.

New ribut di mobil jadul Tay. Benar-benar ribut. Ia tumpahkan segala kesal atas sikap Tay tadi, atas segala ucapan sampahnya beberapa menit lalu. New bahkan merusak kotak tissue di dashboard-nya.

"Kau sunguh-sungguh menyebalkan. Di dalam sana adalah keramaian. Bagaimana kau bisa membicarakan tentang kehamilan di depan semua orang?Aku ini laki-laki Tay! Dan aku belum siap untuk dipandang aneh oleh orang-orang hanya karena aku hamil!" Kotak tissue sudah penyok dalam genggaman New.

"Tapi kau memang hamil...," ucap Tay tenang.

"Berhenti mengatakan hal itu di depan ku! Aku tahu aku hamil dan kau tidak usah megulangnya terus-terusan!!" pekik New. Sempat kaget dengan lengkingan suaranya sendiri.

"Kalau begitu ikuti saja kata-kata ku tanpa bantahan," lanjut Tay masih tenang, pekikan New tidak membuatnya ciut. Dan kalimatnya tadi sama sekali tak ada hubungan dengan hal yang baru saja terjadi.

"Tapi kau selalu muncul di hadapan ku setiap hari dan aku muak Tay..." Cabikan tissue berterbangan sudah dalam mobil Tay.

"KARENA AKU SEDANG BERUSAHA MEMBUAT MU JATUH CINTA!" Tay berteriak keras dan memukul setir dengan tangan kanannya.

New terkejut, berhenti dari gerakannya melumerkan tissue box. Ini kedua kalinya Tay berkata kalau ia akan membuat New jatuh cinta. Tapi nadanya kali ini? New tatap Tay lekat-lekat, kemarahan jelas tergambar di wajahnya saat ini.

"Kau calon istriku," lanjutnya. "Aku hanya ingin selalu di sampingmu, menjagamu, membuatmu nyaman. Juga berusaha membuatmu jatuh cinta agar kau mau menikah denganku."

"Hanya aku yang jatuh cinta? Bagaimana dengan mu?" cecar New.

Tay mengerem mendadak. Mobil langsung berhenti dengan sentakan yang cukup keras. Selt belt menyelamatkan muka New  dari menghantam kaca mobil. New mengeluarkan sumpah serapah.

"Apa pentingnya aku? Kau kan yang menginginkan pernikahan dengan cinta?" Dia menatap New tajam. "Kau sendiri  yang bilang akan menikah dengan ku jika kau jatuh cinta..."

"Bodoh." New membanting kotak tissue yang sudah tak jelas lagi bentuknya ke bawah jok mobil. "Yang aku inginkan pernikahan karena rasa cinta!" New menantang mata Tay. "Semua tidak akan ada hasilnya jika hanya aku yang jatuh cinta. HANYA aku. Sementara kau tidak mencintaiku Tay. Jika memang kau melakukan semua ini hanya demi kehormatan keluargamu, aku tidak tahu kata apa lagi yang bisa ku berikan padamu selain 'brengsek'."

Tay terpana menatap New dengan mulut terbuka. "Aku harusnya sudah tahu dari awal jika kau memang melakukan pernikahan ini hanya karena keluargamu. Kau bahkan tidak pernah mencoba memahami perasaanku. Kau benar-benar brengsek Tay. Kalau ini yang kau mau, maka aku ingin membatalkan semua keputusan yang pernah kita setujui. Aku tidak akan menikah denganmu dan aku akan membesarkan bayi ini sendirian. Tanpa kau juga kehormatan sialanmu itu." New berusaha mengambil tasnya di kursi belakang.

"Jangan pernah muncul di hadapanku lagi!" New meneriakkan kata terakhir lalu membuka selt belt dan segera keluar dari mobil Tay.

"New..." Tay berusaha menangkap tangan New namun luput. Dia membuka sabuk pengamannya lalu berusaha ikut keluar dari sisi pintu yang sama sebelah mana New keluar.

"Taksi!" Tangan New mengacung ke atas. Segera masuk begitu sebuah taksi berhenti di depannya. Tay masih berteriak memanggil, namun New tak peduli. Bahkan tak peduli pada kenyataan bahwa kantong belanjaannya masih tergeletak di dalam bagasi mobil Tay.

Emergency MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang