2.Rumah

229 43 0
                                    

Aku menurunkan Kenma didepan pintu rumahku. Hujan sudah reda saat kami sampai disini.

Aku merogoh saku celanaku untuk mengambil kunci. Aku langsung membuka pintu dan mempersilahkan Kenma untuk masuk.

"Kuroo, ternyata rumah lo sama aja kaya dulu." ucapnya memandang isi rumahku.

"Hahaha, ini kan rumah lo juga, Ken. Gue gak ada niatan buat pindah sih. Oh ya game-game lo masih ada dikamar." ucapku dengan senyuman lebar.

Sejak kecil Kenma tinggal disini. Orang tuanya bekerja di luar negeri.

Kenma sangat menyukai game, setiap saat dia selalu bermain game.

Tiba-tiba aku mendengar suara. Terdengar seperti suara perut yang kelaparan.

"Hahaha, lo laper?" tanyaku sambil tertawa.

Dia mengalihkan pandangannya kearah lain. Pipinya tampak merona, sepertinya dia malu. Sangat mengggemaskan.

Aku mengacak-ngacak rambutnya kemudian aku mengajaknya kedapur rumahku. Kubuka sebuah lemari di atas kompor. Aku mengambil sebuah ramen cup.

"Gue cuma punya ini, lo mau?" tawarku sambil menunjukkan cup ramen yang ku ambil.

"Iya, gue mau." jawabnya antusias. Matanya tampak berbinar melihat sebuah mie instan di tanganku.

"Maklum aja, cowo single kaya gue. Adanya cuma ginian."

"Pffttt,"

Dia tertawa, memangnya apa yang lucu dari ucapanku?

"Lo yakin, single?" tanyanya sambil melirik sebuah foto di tembok.

Aku mengikuti arah pandangannya. Mataku melebar, ini terlalu cepat untuk Kenma tau.

"Uh, itu, anu, etto," ucapku kelabakan.

"Hahaha, lo pinter juga cari cewe." ucapnya dengan nada sedikit mengejek.

"Doain aja ya." ucapku dengan senyuman lembut.

Kenma duduk dikursi meja makan dan aku mulai membuat mie yang ku ambil tadi. Kurang lebih setelah 3 menit mie yang kubuat sudah matang. Aku mempersilahkan Kenma untuk memakannya.

"Oke, silahkan.. ti-ati masih panas."

Aku pun ikut duduk didepan Kenma. Ku lihat dengan teliti wajahnya. Wajahnya tampak seperti orang yang kelelahan. Yah maklum saja dia kan orang sibuk.

Kenma terlihat senang melihat sebuah ramen cup didepannya. Hei, ini hanya sebuah mie instan kenapa dia terlihat sangat senang.

Kenma segera melahap mie yang masih panas itu.

"Ken, pelan-pelan!" peringatku.

"Arghh, ini panas." ucapnya sambil mengipas ngipaskan kedua tangannya didepan mulutnya.

Haihhh, Kenma terlihat seperti orang yang tidak pernah memakan makanan cepat saji.

"Kan udah gue bilang, panas." ucapku sambil menghela nafas.

"Maaf," ucapnya merasa bersalah.

"Gakpapa kok bukan salah lo juga. Salahin aja mie nya."

"Gue..... udah 3 tahun gak pernah makan-makanan kaya gini." ucap Kenma dengan nada lesu.

Bagaikan ditimpa sebuah batu besar. Aku diam mematung mendengar ucapan Kenma. Memang ada orang yang tidak pernah makan makanan instan selama 3 tahun?

"Beneran? Padahal dulu lo paling sering makan ginian." tanyaku memastikan.

Dia mengangguk, "Gue gak boleh makan makanan kaya gini. Katanya gak bagus buat tubuh gue."

Aku dapat merasakan nada kesedihan dari ucapan Kenma. Walaupun dia tidak mengatakannya tapi aku bisa merasakannya.

"Yah, emang gak bagus tapi kan kalo sesekali gakpapa,"

Dia hanya tersenyum dan menghela nafas serta mengangkat kedua bahunya.

"Yaudah lo makan aja, abisin ya."

•••

Hari sudah cukup larut, aku mengantarkan Kenma ke kamar yang biasa dulu dia tempati. Kamar itu masih sama seperti sebelumnya.

"Barang-barang lo masih aman, gak ada yang gue buang. Mungkin cuma yang udah gak kepake atau rusak aja sih." jelasku.

Kenma menatap kagum kamar ini. 5 tahun, rasanya lama sekali.

"Wahh makasih, Kur." ucapnya dengan mata berbinar.

"Kamarnya bersih, ya." ucapnya sambil berjalan ke lemari kaca yang berisi peralatan game nya.

"Gue sering tidur disini, gue juga sering main game lo. Jadi, yah, juga sering gue bersihin." ucapku.

Dia berbalik dan kembali menatapku.

"Hei, mau main?" ucapnya dengan senyum lebar seraya mengangkat 2 stick game di kedua tangannya.

Aku ikut tersenyum kemudian mengangguk dengan cepat.

Rasanya sangat senang. Baru beberapa jam kami bertemu tapi rasanya seperti kembali ke masa lalu.

Biasanya kedua orang yang sudah lama tak bertemu akan merasa canggung. Aku bersyukur kami tidak seperti itu.

Perbedaan ekonomiku dan Kenma juga cukup jauh. Tapi aku tidak peduli tentang itu, semua manusia itu sama saja. Hanya dibedakan oleh sifat.

Sebelum bermain aku sempat bertanya, "Lo gak mau tidur aja? Lo keliatan capek, Ken."

Dia hanya menggeleng, "Gue mau main sama lo. Ini kesempatan langka, Kuroo."

Sebelum bermain aku juga turun ke lantai bawah mengambil beberapa camilan untuk menemani permainan kita.

Tanpa terasa kami bermain sampai hampir subuh. Ahh, cukup lama dan aku tidak memenangkan satu pertandingan pun.

Semalam hanya terdengar gelak tawa dariku dan sedikit kekehan Kenma. Aku merindukan momen seperti ini.

Sebelumnya aku hanya bisa melihat streaming nya saat dia bermain game.

Kenma sudah tertidur dipangkuanku sejak permainan terakhir kami.

Aku mengusap pelan surai kuning hitamnya.

Bulu matanya sangat lentik, rambutnya sangat halus dan lembut, Kenma pasti sangat cantik bila dia perempuan.

Padahal aku sering melihatnya di layar kaca, poster, iklan, dan lain-lain tapi aku merasa tidak melihat rambutnya setelah sekian lama.

Lama-lama mataku juga terasa berat, perlahan aku ikut terlelap dalam tidur.

Tbc.

Eccedenttesiast [KuroKen] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang