3.Satu negara

191 41 0
                                    

Walaupun seseorang dikenal satu negara atau puluhan negara, itu tidak akan menjamin kebahagiannya.

|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|

"Selamat pagiii,"

Sapaku dengan senyum cerah. Aku sudah bangun terlebih dahulu sebelum Kenma.

Kenma menggeliat sejenak kemudian mengucek-ngucek matanya. Dia bangun dan duduk. Kepalanya menoleh ke samping untuk melihat jam.

"Ini sudah siang, Kuroo." ucapnya dengan nada mengantuk.

"Hahaha, emang." ucapku dengan sedikit tawa.

"Lo nggak kerja?" tanyanya.

Aku tau kenapa dia bertanya, ini sudah jam sebelas jika aku bekerja pasti aku panik karena terlambat.

"Ini kan hari minggu." jawabku dengan senyum lebar.

Aku berdiri, kemudian aku menarik Kenma supaya ikut berdiri pula.

"Lo mandi ya, terus ganti baju biar gue siapin sarapan."

"Emang ada baju?" tanyanya seraya memiringkan kepalanya.

Aku berpikir sejenak, kemudian aku berjalan menuju sebuah lemari pakaian di salah satu sudut kamar itu. Kenma pun mengikutiku.

Aku mencari apakah ada pakaian Kenma yang masih muat. Satu persatu pakaian yang ku temukan ku tempelkan ke tubuh Kenma, tapi tidak ada ukuran yang pas. Semua sudah kekecilan.

"Hmm, gak ada yang pas ya?" Aku menaruh salah satu tanganku didagu. Ku amati dengan teliti tubuh Kenma mulai dari atas sampai bawah.

"Perasaan lo gak berubah deh, tapi bajunya kok gak ada yang muat?" tanyaku.

"Baju masa SMA gue mana? Harusnya itu masih muat."

Oh iya, Kenma meninggalkan rumah ini setelah lulus SMA tapi kemana baju bajunya? Aku terlalu ceroboh!

"Mungkin keselip, yaudah lo pake baju gue aja ya."

Aku mendorong Kenma menuju kamar mandi supaya dia bisa mandi terlebih dahulu.

"Lo mandi aja dulu, biar gue ambilin bajunya."

Aku segera bergegas pergi setelah Kenma masuk kedalam kamar mandi. Beberapa saat kemudian aku kembali dengan satu set pakaian.

"Ken, bajunya gue taro di ranjang ya!" teriakku.

"Iya," balasnya dari dalam kamar mandi.

Aku kembali pergi meninggalkan kamar itu, menuju dapur untuk membuat sarapan.

30 menit kemudian Kenma turun dan menghampiriku yang berada didapur.

"Wah pas banget bentar lagi jadi." ucapku tanpa menoleh ke arah Kenma. Aku bisa mendengar langkah kakinya jadi aku tahu jika itu Kenma.

Aku menolehkan wajahku kebelakang, Kenma berdiri di samping meja makan sambil menatap diriku yang sedang memasak.

Sungguh, aku ingin tertawa saat melihat Kenma memakai pakaianku.

"Pftttt, Hahahhaha, kebesaran ya?" tawaku pecah.

Bukan hanya kebesaran, tapi sangat kebesaran.

Dia hanya berdecak kesal dan memalingkan wajahnya.

"Harusnya lo pilih yang agak kecil," ucapnya dengan nada kesal.

"Iya iya maaf," ucapku. Aku kembali melanjutkan kegiatan memasakku yang terjeda sesaat.

Keheningan menyelimuti kami sesaat, sampai pada akhirnya suara bel membaca suasana.

"Ken tolong bukain." pintaku.

Dia tidak menjawab dan langsung pergi begitu saja.

Author POV

Kenma berjalan perlahan menuju pintu masuk rumah Kuroo untuk melihat siapa tamu yang datang siang ini.

/ceklek

"Ah, Alisa?" ucap Kenma, saat melihat seorang perempuan didepannya. Ya dia adalah Haiba Alisa.

Tubuh Alisa membeku begitu dia melihat Kenma. Dia sungguh tidak percaya Kenma ada disini.

"Kenma?"

"Ayo masuk, Kuroo lagi masak." ajaknya.

Alisa masuk, tapi dia masih sulit untuk berkata.

Kenma menutup pintu, kemudian dia kembali berjalan ke dapur, diikuti Alisa yang masih kebingungan dibelakangnya.

"Kuroo," panggil Kenma.

Kuroo mematikan kompornya dan berbalik.

"Alisaaa," dia langsung berhambur ke pelukan Alisa.

Alisa membalas pelukan Kuroo. Kemudian dia juga melepasnya.

"Kuroo, bagaimana Kenma bisa ada disini?" tanya Alisa to the point.

"Ah, aku menemukannya semalam, dia seperti anak kucing yang tersesat." jawab Kuroo.

Alisa beralih menatap Kenma, dia memegang pundak laki-laki itu.

"Ken, lo ngapain disini? Lo tau nggak satu negara gempar karena lo hilang gitu aja!" ucap Alisa dengan sedikit panik.

Kenma hanya bisa menunduk, dia tidak bisa menjawab. Kenma tahu itu, pasti semua orang akan mencari keberadaannya.

"Alisa, Lisa, tenang dulu, sini ngomong pelan-pelan." ucap Kuroo seraya mengusap pelan pundak Alisa.

Mereka bertiga kini sudah duduk di meja Makan. Kenma berada disamping Kuroo sedangkan Alisa ada didepan mereka.

"Oke jadi ceritain ke gue apa yang terjadi." ucap Kuroo membuka suara.

"Kamu nggak liat berita? Hp? Atau tv?" tanya Alisa.

Kuroo menggeleng, "Nggak sempet, seminggu ini sibuk banget. Buka hp sih tapi gak liat berita."

"Bahkan poster-poster dipinggir jalan?" tanya Alisa lagi.

"Enggak." jawab Kuroo seraya menggelengkan kepalanya.

Kuroo selalu melihat poster-poster itu, tapi pandangannya selalu teepusat pada wajah Kenma. Jadi dia tidak tahu apa yang tertulis diposter itu.

Alisa menghela nafas panjang.

"Jadi, Kenma, lo ngapain disini?" tanya Alisa lagi.

"Gue pengen disini. Gue gak mau pulang." jawab Kenma dengan menunduk.

"Tapi Ken, gimana jadwal lo?"

Kuroo yang tidak mengerti apa yang terjadi hanya bisa menyimak.

"Gue juga gak tau."

Alisa melongo mendengar jawaban Kenma.

"Ken lo harus balik, manager lo, fans lo, semua nyariin lo. Bahkan para Ceo perusahaan juga kerahin bawahannya buat cari lo."

"GUE CAPEK!" ucap Kenma dengan nada sedikit tinggi.

Kuroo dan Alisa terdiam mendengar bentakan Kenma.

"Stop suruh gue balik, Lis. Lo gak ngerti apa yang gue alami." ucap Kenma sambil menatap Alisa. Bulira-buliran air mata sudah siap jatuh dari tempatnya.

Alisa diam, dia menutup bibirnya rapat-rapat.

Tbc.

Eccedenttesiast [KuroKen] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang