"Balapan liar?"
"Ugal-ugalan?"
"Di jam larut pada jalanan Dosang?"
Mingyu, yugyeom juga bambam tertunduk dalam ketika lontaran pertanyaan itu terus memenuhi ruangan kantor guru yang terasa bak sebuah ruang introgasi seorang narapidana.
Brakk!
Gebrakan keras pada meja mampu membuat ketiganya terkejut dan semakin tertunduk.
"Apa yang ada diotak dangkal kalian sampai melakukan hal seperti itu?!" Sekali lagi Pak Jungwon melontarkan pertanyaan penuh tuntutan itu dengan kilat tajam yang tak pernah padam. Dan lagi-lagi hanya kebisuan yang bisa ketiganya lakukan, sangat sial karena untuk pertama kalinya mereka tertangkap basah. Karena semenjak mereka balapan liar tak pernah sekalipun tertangkap, sudah banyak razia polisi berhasil mereka lewati dan tentunya dengan strategi andalan mereka.
"Perbuatan kalian ini sudah menodai nama baik sekolah, jika kalian ingin hidup tanpa aturan, silahkan saja. Tapi bukan disini tempatnya" lanjut Pak jungwon bangkit dari duduknya.
"Pak, kita hanya menerima tawaran dari Jackson" cicit yugyeom membela diri yang lantas langsung disambar oleh perkataan tajam pak Jungwon.
"Salah satu teman kalian tewas, apa itu bukan masalah besar?! Sekolah pasti akan dicap tidak mampu memberikan didikan moral yang baik pada siswanya" tegas Pak jungwon.
Mingyu mendengus kesal seraya mengutuk dirinya sendiri yang ceroboh kala ia menerima telepon singkat dari jungkook yang mengatakan bahwa Jackson telah tiada.
Lantas saat itu pula seluruh gengnya menghampiri tempat dimana terjadi kecelakaan itu dan entah dari mana dan kapan dua orang polisi mengetahui hal itu dan menangkap basah mereka.
"Sebagai hukuman, kendaraan milik kalian akan kami sita untuk sementara waktu" perkataan Pak Jungwon tadi membuat ketiganya mendongak terkejut.
"Pak kasihani kami, jika itu disita maka bagaimana kami akan pergi kesekolah?" Protes Bambam.
"Jika kalian bisa berpikir jernih, maka kalian seharusnya menggunakan kendaraan ini dengan baik. Tidak ada penolakan! Dan silahkan keluar dari ruangan ini"
Ketiganya terdiam, menentang keputusan Pak Jungwon adalah hal yang mustahil, berdebat hanya akan membuat mereka menerima lebih banyak hukuman.
"Yak! Apa yang pak Jungwon omongin?" Jaehyun bangkit dari duduknya kala ia melihat teman gengnya keluar dari ruangan menyeramkan itu.
"Kita kayaknya gak bisa balapan lagi, motor kita disita" mingyu menjawab.
Lantas jaehyun pun merengut sedih "Terus jungkook gimana?".
"Dia di kantor polisi, orang tua Jackson tuntut dia, nuduh kalau semua ini ulah jungkook" kali ini giliran yugyeom yang menjelaskan.
"Terus, kita harus gimana buat tolongin dia?"
Sementara disisi lain, jungkook terdiam saat polisi terus bertanya tentang hal yang sebenarnya terjadi.
Tak pernah ia bayangkan bahwa Jackson akan direnggut nyawanya dengan cara seperti itu.Ucapan Jieun memang benar, tapi mengapa bukan dirinya? Tapi justru Jackson? Itu yang selalu memenuhi pikiran jungkook saat ini.
"Dasar pembunuh! Anak kurang ajar! Apa eomma mu mendidikmu hanya untuk membunuh sepupunya sendiri?!" Api amarah sunguh meledak dihati Jung min, ibu dari Jackson.
Alih-alih mengelak tuduhan dari Jung min, jungkook justru membenarkan apa yang wanita itu katakan.
"Ya, aku memang membunuhnya" sontak semua mata terbelalak mendengar kesaksian dari jungkook.
YOU ARE READING
HUNCH [kookiu]
FanfictionKata orang aku aneh, suka berkhayal bahkan gila. Terlahir dengan kemampuan bisa memprediksi apa yang akan terjadi adalah sebuah kutukan. Aku bisa melihatnya, entah itu kebahagiaan seseorang atau bahkan kematian. -jieun Mengapa aku harus dilahirkan...