08 - Hantu nakal

39 4 3
                                    

Dering ponsel yang cukup nyaring mampu membuat Jieun terbangun dari tidurnya. Dengan kondisi hati yang cukup kacau dan penampilan yang berantakan ia menggeliat kecil, namun itu tak mengurangi keindahan pada wajahnya. Setelah terisak cukup lama sejak semalam ia pun tertidur disamping ranjang miliknya dengan posisi duduk dan bertumpu pada pinggiran kasurnya.

Matanya perlahan terbuka karena silau sinar matahari yang masuk menembus tirai kamarnya. Pipinya yang masih sedikit basah dengan mata yang sedikit bengkak karena tangisnya semalam pun masih tercetak jelas. Hari ini Jieun sengaja terbangun agak siang, dan mungkin ia tidak akan bersekolah dulu, setelah merasa pagi tadi panas di badannya kian meninggi.

Suara dering ponsel itu kembali menyadarkannya, lalu netranya pun teralih pada benda kotak yang dilayarnya terdapat nama seseorang yang telah melakukan panggilan.

"Rosie?"

Jieun hendak mengangkatnya, namun alisnya bertaut saat ingat benda yang ia pegang ini adalah benda yang sama saat ia lempar dari atas balkon tadi malam. Jieun lebih terkejut kala sebuah suara pelan terdengar.

"Aku telah membetulkannya"

Manik Jieun membulat, melihat dengan tubuh bergetar ke arah seseorang yang duduk di samping ranjang dihadapannya, dengan posisi membelakanginya. Membuat ponsel dalam genggamannya terjatuh begitu saja.

B-bukankah pintunya terkunci?

Bagaimana seseorang bisa masuk?

Jantung jieun berdegup amat kencang saat melihat seseorang dihadapannya kini bangkit dan membalikkan badannya. Pemuda tinggi dengan balutan seragam sekolah lengkap yang sedikit lusuh dibeberapa bagian juga kacamata bulat yang bertengger diatas hidung mancungnya dan area matanya yang sedikit menghitam melihat kearahnya. Jieun mengenalnya, dia seseorang yang sering mengikutinya akhir-akhir ini.

Sudut bibir pucat pemuda itu terangkat, membentuk lekukan senyum meski terlihat pucat, tapi tak mengurangi ketampanan wajahnya. jieun menelan ludahnya sulit, sungguh menakutkan bagi jieun menatap dia yang seperti ini.

"K-kau siapa?" Dengan sisa keberanian, jieun akhirnya bersuara.

"Bukankah kita sering bertemu? Kau pasti mengenalku" Pertanyaan itu membuat jieun berpikir sejenak, sungguh ia begitu mirip dengan teman sekelasnya, Jeon jungkook.

"Aku Jeon Jungseok, saudara kembar dari jungkook" ucapnya mengulurkan tangan yang mana membuat jieun ternganga.

"Bukankah pintunya terkunci? Bagaimana kau bisa masuk?"

"Aku sudah tiada 2 tahun lalu, bukankah itu sudah jelas dari penampilanku, hm?" Jawabnya santai membuat jieun kini memundurkan langkahnya.

Lantas jieun pun terkekeh pelan.

"Tidak, pasti jungkook mengirim seseorang untuk menakutiku kan?" Terkanya.

"Aish, pantas saja jungkook kesal padamu, kau pandai berdebat rupanya" pemuda itu berbicara dan sekali lagi ia pun mengulurkan tangannya, membuat jieun kini bergerak dan meraih uluran itu.

Badan jieun terasa lemas saat ia mengetahui ia tidak bisa menerima uluran itu, bahkan untuk menggenggamnya.
Itu hampa.

Jieun memundurkan langkahnya kembali, nyalinya menciut seketika.
Dan jungseok dibuat tak mengerti saat jieun tiba-tiba berlutut dengan menyatukan kedua telapak tangannya.

"Aku mohon jangan menggangguku, aku janji tidak akan mengganggu jungkook lagi, tolong kau jangan marah padaku, aku gadis yang baik, aku tidak-" mata jieun memejam ketakutan.

Ucapan jieun terhenti saat gelak tawa menggema di ruangan itu, namun sepertinya hanya jieun yang dapat mendengarnya.

"Dasar gadis aneh" jungseok tertawa melihat tingkah jieun, sementara jieun hanya merengut kesal juga tak mengerti.

HUNCH [kookiu]Where stories live. Discover now