Jam Istirahat berdenting, tanda akhir dari mata pelajaran seni berakhir.
Namun, banyak dari siswa 11 A ini masih sibuk dengan beberapa peralatan lukis seperti kuas, cat air dan kanvas berukuran sedang milik mereka.Ya, minggu kemarin Pak Soo Jun telah menyampaikan materi tentang seni lukis, hari ini adalah prakteknya.
"Baiklah, semuanya waktu jam belajar telah selesai. Kumpulkan semua hasil karya kalian dan yang terbaik hasil karyanya akan saya pajang di pameran seni sekolah akhir bulan"
Sontak semua siswa pun bergemuruh dan bersorak, berharap milik mereka masing-masing menjadi yang terbaik.
Lalu pak Soo jun pun meninggalkan kelas diikuti dua orang siswa yang membantunya membawakan beberapa kanvas.
"Yak, lo kenapa bikin bungga mawar? Gak jantan banget si lo gyu" Tanya bambam pada mingyu disampingnya.
"Bunga rose itu kan bunga yang paling cantik bam, jadi apa salahnya? Dari pada lo malah bikin kudanil"
Mingyu membela, sedikit memberikan polesan akhir pada lukisan buatannya."Itu buaya gyu" ralat bambam
"Hahaha iya, cocok buat lo bam" mingyu terbahak.
"Udah deh, apapun yang kalian bikin, gak bakal mungkin masuk pameran hahaha" tawa yugyeom terdengar mengejek sahabatnya itu.
"Dahlah, ayo cabut ke kantin" ajak jungkook bangkit dari kursinya.
Sementara disisi lain jieun pun yang ingin beranjak dari duduknya pun dihalangi oleh yun ji dan teman temannya.
"Masih punya muka juga lo disini" Yun ji berkata sinis melihat dengan tajam Jieun yang sedikit tertunduk seraya merapikan peralatan melukisnya.
"Gue kira lo bakal pindah sekolah" shin hyun menambahi berdiri dihadapan jieun dengan melipat kedua tangannya didada dengan angkuh.
"Jieun ssi, kemarin nenekku bercerita tentang penyihir, apa mereka bisa abadi? Kau mewarisi ilmu sihir ini dari mana?" Tanya Soo kang gadis lugu berkacamata di kelas menatap jieun seperti sedang mengintrogasi jieun yang sekarang menjadi atensi kelas yang setegah sepi.
"Ya siapa lagi, pasti ayah dan ibunya, mereka pasti punya ruang rahasia didalam rumah yang gelap, tempat mereka berbuat sihir, dan mereka juga mungkin meminum darah agar hidupnya abadi, jadi kalian harus berhati-hati" tutur yun ji memanipulasi.
"Ah, benarkah?" Siswa lain pun turut percaya pada perkataan bohong yang dituturkan Yun ji.
"Yak Yun Ji-ah! Jangan katakan apapun!" Emosi Jieun membuncah, mendongakkan kepalanya tak tahan mendengar orang tuanya dihina seperti itu.
"Yak, apa kalian gak bosen selalu menanyakan hal yang sama terus menerus? Kalian juga, kenapa si mau aja percaya sama omongan yun ji, kalian udah kelewat batas!! Bully itu paling dilarang di sekolah, aku aduin ke guru baru tau rasa" Rosie berteriak mendekat menatap garang pada mereka.
Namun jieun lagi-lagi lemah, ia akan terima cacian apapun tentang dirinya, namun tidak tenang kedua orang tuanya. Ia pun berlari keluar kelas dengan hati yang begitu tersayat, kapan ia akan berhenti di panggil seorang penyihir gila?
Jieun berlari menaiki satu persatu tangga yang akan membawanya sampai diatas rooftop gedung yang biasa digunakan sebagai pentas seni dan acara sekolah lainnya. Langkahnya begitu tergesa, ia tak kuat lagi menahan tangis yang semakin sesak memenuhi dadanya, hari ini rasanya semua orang telah meninggalkannya.
Dia lalu perlahan berjalan mendekat pada tepi rooftop yang dibatasi dengan tembok dan pagar besi setinggi pinggangnya, air matanya jatuh berurai membasahi seragam putihnya. Jemarinya meremat erat pagar besi itu, ingin rasanya ia jatuh dari atas sana dan berharap segala beban hidupnya berakhir.
YOU ARE READING
HUNCH [kookiu]
FanfictionKata orang aku aneh, suka berkhayal bahkan gila. Terlahir dengan kemampuan bisa memprediksi apa yang akan terjadi adalah sebuah kutukan. Aku bisa melihatnya, entah itu kebahagiaan seseorang atau bahkan kematian. -jieun Mengapa aku harus dilahirkan...