Tubuhku terasa berat. Sepertinya ada sesuatu di punggungku, apa ini gajah?
Cyrus berbalik, melihat apa yang ada di punggungnya. Ternyata itu Claryn yang tidak sengaja mendarat di atasnya ketika terlempar dari Well of Time, sumur yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan. "Kau itu berat, tolong sadar diri!"
"Astaga, kepalaku pasti terbentur. Sejak kapan tanah bisa berbicara?" Claryn menyingkir dari tubuh Cyrus lalu berdiri sambil memegangi kepalanya. Ia mencoba menenangkan pikiran, sampai salah satu temannya berteriak dan mengacaukannya.
"Ini bercanda, kan? Kenapa Kepala Sekolah menyuruh kita melakukan hal yang tidak seharusnya kita lakukan?" Ayaka menepuk-nepuk pipinya, berharap kalau semua yang terjadi hanyalah mimpi. Ia melihat ke sekeliling, tampak daratan luas menjulang yang dipenuhi karang terjal serta beberapa pepohonan. Ia tidak menyangka kalau perjalanannya menuju Autumnland akan berakhir dengan terlempar ke masa lalu. Meskipun kenyataannya begitu, ia tetap tidak mau percaya. "Leena, katakan padaku kalau ini memang mimpi!" pintanya sambil menarik tangan sahabatnya.
Leena lantas mencubit pipi gadis mungil itu dengan sangat keras sambil berteriak, "Ini bukan mimpi. Sadarlah, Ayaka!"
"Jangan keras-keras!" Ayaka menepis tangan Leena, lalu mengelus pipinya yang kesakitan.
"Maaf, sepertinya aku kelewatan," ujar gadis Elf itu sambil tertawa kecil.
"Tidak masalah. Apa yang terjadi sekarang itu jauh lebih buruk. Kita di masa lalu? Ini tidak bagus. Kita harus kembali ke masa depan!" ujarnya dengan nada ketakutan.
Baru beberapa menit, tetapi aku sudah muak dengan pembicaraan mereka. Kenapa aku harus berada di tim ini? batin Cyrus. Dari awal, ia memang tidak ingin mengikuti turnamen dan siapa sangka doanya terkabul. Meskipun keinginannya untuk menjauh dari mereka bertiga belum terwujud dan malah terjebak ke dalam masalah yang lebih rumit. Ia tetap harus bekerja sama dengan mereka untuk menghancurkan serpihan Cermin Waktu yang pemegangnya sendiri belum diketahui, kecuali namanya.
"Bagaimana dengan misinya?" Leena menghentikan Ayaka yang hendak mendekati Well of Time. Sebenarnya mereka tidak mau menjadi tim pertama dan percobaan memasuki Well of Time. Karena yang menyuruh mereka adalah Mr. Navarro dan Lord of Darkness, mereka tidak bisa protes.
"Ayaka, tenanglah! Ini tidak seburuk yang kau pikirkan," ujar Claryn, mencoba menenangkannya.
"Bagaimana aku bisa tenang? Claryn, jelaskan maksud dari semua ini!" Ayaka menggenggam tangannya, memohon penjelasan pada orang paling berpengalaman di antara mereka.
Claryn tertawa melihat kepanikan juniornya itu. Ia melepaskan genggaman tangan Ayaka, menepuk pundaknya pelan, lalu berkata, "Kau terlalu panik, tidak ada maksud apa-apa. Kita diberi tugas, kerjakan, lalu pulang."
"Aku yakin tidak semudah kedengarannya."
Claryn menggeleng kemudian mulai berjalan. "Sebaiknya kita tidak berlama-lama di sini dan segera berangkat."
Mereka bertiga pun mengikuti Claryn menuju Wisteria Academy. Di belakang mereka, Well of Time bergemuruh dan tim Mikalea dimuntahkan dari dalam sumur.
"Mereka dimuntahkan sumur itu, lebih mengerikan dibandingkan kita," kata Ayaka sambil menoleh ke belakang.
Perjalanan dari Well of Time tidaklah mudah, karena Purple Coral adalah wilayah karang terjal sehingga mereka harus melewati jalan dan tangga yang berkelok-kelok serta menanjak. Langit juga masih cerah tanpa awan, membuat sinar matahari berhadapan langsung dengan kulit. Karena hanya berjalan kaki mereka sangat melelahkan, tidak heran jika Ayaka terus mengeluh di sepanjang perjalanan. Ditambah lagi, Lord Betelgeuse melarang penggunaan sihir termasuk terbang.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Fire of Eternity (MAPLE ACADEMY YEAR 3)
Fantasy[UPDATE SETIAP SENIN & JUM'AT] Cyrus Incense memulai tahun pertamanya di Maple Academy. Ia bersama dengan teman-teman satu timnya akan berangkat mengikuti turnamen di Wisteria Academy. Namun, portal yang mereka gunakan mengalami masalah sehingga mer...