Fire Region

66 36 30
                                    

“Syukurlah, kita selamat.” Ayaka membaringkan tubuh di atas kunang-kunang raksasa.

Sebelumnya, Claryn telah memanggil Mr. CR lagi sehingga mereka bisa kabur dari kejaran dua Alkimia Gunung itu. Kali ini ketiga temannya berada di atas tubuh kunang-kunang, karena lebih cepat dibandingkan ia harus membawa salah satu. Meskipun berhasil kabur dari dua orang penjaga bukan berarti sudah aman. Selama belum keluar dari hutan, mereka harus tetap waspada karena bisa saja ada penjaga lain yang datang mengepung.

“Cyrus, kapan kau bisa menggunakan kekuatanmu?” tanya gadis berambut cokelat yang terbang sendiri dengan sayap. Ia berharap lelaki itu turun agar mengurangi beban hewan kontrak kesayangannya.

Cyrus melirik, kembali mengawasi sekitar, lalu menjawab, “Tiga jam jika dihitung dari saat aku menonaktifkannya, itu paling cepat.”

“Maksudmu bisa lebih lama lagi?”

“Kurang lebih begitu.”

***

Setelah terbang lurus dengan kecepatan kuda, akhirnya kilauan cahaya mulai terlihat dari balik pepohonan yang berimpit. Itulah jalan keluar mereka. Aliran sungai besar memanjang dari laut menjadi perbatasan antara wilayah Stoneville dengan Lightoville. Ketiga gadis itu tampak lega karena bisa terbebas dari kejaran para Alkimia Gunung, tetapi entah kenapa Cyrus selalu berbeda. Lelaki itu terlihat panik, membuat wajahnya yang sudah pucat menjadi makin pucat.

Angin berembus kencang, menyambut kedatangan tim di tepi sungai. Kunang-kunang raksasa itu pun melambat agar mereka bisa sedikit bersantai usai kejar-kejaran tiada henti. Ayaka melihat perairan dalam di bawah. Banyak ikan berbagai ukuran berenang ke permukaan, mengingatkannya pada jam makan siang.

“Cyrus, sepertinya ikan bakar bisa jadi makan siang kita.” Gadis berambut hitam itu menoleh, melihat ke arah lelaki yang dari tadi menengadah sambil terpejam. Ia mengernyit lalu bertanya, “Kau baik-baik saja?”

“Aku baik-baik saja,” jawab Cyrus, masih tetap pada posisi.

Claryn memandanginya dengan penuh keseriusan, hanya ada satu kemungkinan yang muncul di kepala. “Cyrus, kau ... takut air, kan?”

“T-tidak, kata siapa? Jangan seenaknya menyimpulkan!”

Gadis Fallen Angel itu tersenyum jahil. “Anak-anak, lebih rendah lagi!”
Kunang-kunang raksasa mengikuti perintah dan mulai terbang lebih rendah, kurang lebih satu meter di atas permukaan. Claryn mendekati pria itu kemudian berkata, “Cyrus, lihat! Airnya jernih, kan? Panas-panas begini kau pasti ingin berenang.”

“Jangan menggangguku! Kapan kita sampai ke daratan?”

“Ini sudah sampai,” tipu Claryn. Sebenarnya mereka masih di tengah-tengah karena sungai itu sangat lebar dan kunang-kunang raksasa terbang lambat.

Cyrus menunduk kemudian membuka mata perlahan-lahan. Lelaki itu terkejut, perairan terbentang luas di hadapan. Ia mencoba untuk tetap tenang, tetapi tidak bisa. Seluruh tubuh gemetar, jantung berdebar-debar, dan wajah mulai dibasahi keringat. Ia kembali memejamkan mata, meski rasa takut membekas karena gambaran sungai masih teringat dengan jelas. Sementara Claryn hanya tertawa, tidak menyangka kalau laki-laki yang terlihat dingin ternyata menyimpan ketakutan.

“Cyrus, kalau kau takut melihat ke bawah, lihat aku saja. Tapi, jangan naksir, ya!” Gadis itu tersenyum.

Cyrus berdecak. “Suruh saja orang lain untuk memandangi wajahmu!” ujarnya sambil mengangkat tangan di udara, segel api yang muncul menandakan kalau bakatnya telah aktif. Ia pun menciptakan burung api raksasa kemudian terbang meninggalkan teman-temannya yang lambat itu.

The Fire of Eternity (MAPLE ACADEMY YEAR 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang