18 Agustus 2008

68 5 0
                                    

Di malam yang sunyi, terdapat dua bocah berjenis kelamin laki laki dan perempuan yang sedang berkelana di alam mimpi masing masing. Keduanya merupakan saudara kembar, dan tahun ini mereka baru menginjak umur 7 tahun.

Saat jam menunjukkan pukul 10 malam, pecahan kaca yang memekakkan telinga terdengar di indra pendengar kedua bocah tersebut. Dan secara kebetulan keduanya terbangun dari tidur mereka.

"Bang, itu suara apa?" Tanya bocah perempuan sambil memandang kembarannya yang lahir lebih dulu itu.

"Ayo kita lihat bersama sama" ajak paling tua.

Sang kembaran hanya menganggukkan kepalanya pelan. Kemudian keduanya berjalan bersama sambil bergandengan tangan.

Hal pertama yang mereka dapatkan dari tangga adalah pemandangan ruang tengah yang sudah berantakan. Dengan pecahan kaca yang terlihat di setiap sudut ruangan.

"EMANG MAS ITU ENGGAK BERGUNA" teriak seorang wanita sambil menunjuk pria dihadapannya.

"ASTAGA, SUDAH BERAPA KALI MAS BILANG. INI SEMUA HANYA SALAH PAHAM" balas sang pria tak kalah keras.

"Abang takut" ucap bocah perempuan itu sambil menutup telinga.

Bocah laki laki itu langsung menarik sang adik menuju ke kamar. Setelahnya ia menutup pintu kamar itu.

"Ada bang Juan disini, dek Lyn jangan takut" ucap Juan kemudian memeluk sang adik dengan erat.

Lyn sudah menangis dalam pelukan Juan, ia sangat takut dengan suara bentakan yang dihasilkan oleh kedua orang tuanya. Sebenarnya Juan juga merasa takut, tapi ia harus berani supaya adiknya tidak ketakutan.

"Abang, sakit telinga adek" Isak Lyn sambil memukul mukul kepalanya pelan. Suara sautan kedua orang tua mereka terus menggema di kepalanya.

Juan tak menjawab, ia memegang kedua tangan adeknya. Kemudian semakin mengeratkan pelukannya. Ia mengelus pelan punggung sang adek, berharap ia bisa lebih tenang.

Hingga tiba tiba derap kaki mulai terdengar dengan jelas. Dan seketika pintu kamar mereka terbuka. Lyn yang berada di pelukan Juan semakin ketakutan mendengar gebrakan pintu yang menabrak dinding di sebaliknya. Sedangkan Juan semakin mengeratkan pelukannya.

"Lyn, sini ikut mama" ucap wanita itu dengan penekanan disetiap ucapannya.

"Enggak mau ma, maunya sama bang Juan" berontak Lyn saat mama nya mulai menjauhkan dirinya dari Juan.

"Mama enggak boleh bawa adek, Abang enggak mau jauh dari adek" ucap Juan sambil terus berusaha menahan adiknya.

"Serlin kamu gila ya? Ibu macam apa yang mau memisahkan anak kembarnya?" Gertak Johan selaku ayah dari Juan dan Lyn.

"Mas yang gila, sudah jelas jelas kamu selingkuh. Masih aja ngelak, lebih baik aku pergi bersama Lyn. Dan tunggu surat cerai dariku" ucap Serlin.

Setelah itu dengan paksa Serlin menggendong Lyn yang masih meronta-ronta. Juan yang melihat adiknya sudah tidak di dekapannya buru-buru beranjak dari duduknya. Baru saja Juan berlari, tubuhnya ditahan Johan yang diaman tenaganya jelas lebih besar dari Juan. 

"Papa lepasin Juan, Dek Lyn enggak boleh pergi," teriak Juan sambil berusaha lepas dari Johan. 

"Juan biarin Lyn pergi, papa janji bakal bawa Lyn kembali," ucap Johan kemudian memeluk anak laki-lakinya. 

Mendengar ucapan Johan membuat Juan terdiam dan membalas pelukan ayahnya. Ia berharap ayahnya benar-benar akan membawa kembali Lyn ke sisinya. 

Di halaman rumah megah terlihat Serlin memasukkan paksa Lyn di kursi penumpang sebelah pengemudi.  Lyn tetap memberikan sedikit perlawanan yang membuat Serlin semakin marah. 

"Diem atau mama bakal buang kamu," ancam Serlin yang membuat Lyn terdiam.

Serlin mengelilingi mobil dan masuk ke bagian pengemudi. Setelahnya ia melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Lyn manangis dalam diam, ia takut. Sekarang dirinya hanya ingin kembarannya berada disisinya, memeluk dengan erat tubuhnya. 

"Abang, Lyn takut," batik Lyn sambil merapatkan dirinya di kursi mobil. 

Selama perjalanan hanya ada suara deru mesin, dan sesekali Serlin mengumpati Johan dengan kata-kata yang kurang pantas bila di dengar oleh anak berusia 7 tahun. Namun, wanita dengan 2 anak itu sepertinya sudah tidak peduli lagi. 

Juan masih sesegukan di kasur kamarnya atau lebih tepatnya kamar bersama Lyn. Johan meninggalkan kamar anaknya setelah mendengar deru mesin mobil menjauh. Sepertinya ayah dua anak itu menghubungi seseorang yang bersatatus sekretarisnya di kantor. 

"Adek bertahan dulu ya, abang janji bakal jemout adek bareng papa," ucap Juan kearah foto yang terpajang di dinding kamar itu. 

Bertepatan dengan itu, Johan kembali memasuki kamar anaknya. Kemudian mengelus pelan kepala anaknya selaku sumber kebahagiaan satu-satunya yang ia miliki sekarang. 

"Maaf ya Juan, kamu jadi lihat hal yang tidak harusnya kamu lihat. Dan harus berjauhan beberapa saat dengan Lyn," ucap Johan dengan penuh penyesalan. 

Sungguh ia awalnya berpikir bahwa Serlin bisa lebih dewasa dalam menghadapi hal-hal seperti ini. Namun, perkiraannya salah besar, Serlin malah menuduhnya yang tidak-tidak. Dan berakhir membawa pergi putrinya. 

"Iya papa, asalkan papa janji bakal bawa pulang Lyn," ucap Juan yang diangguki oleh Johan. 

Keduanya kembali berpelukan, dan berdoa dalam hati mereka masing-masing agar bisa kembali bertemu dengan Lyn. 

TBC
Thx
Xoxo 💙

DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang