8 September 2008

32 5 2
                                    

Serlin baru kembali ke apartemen setelah 4 hari pergi entah kemana. Dan kemarin tiba tiba sesampainya di apartemen, Serlin mengurung Lyn di kamar tanpa makanan dan minuman. Bibi yang biasanya hanya diam melihat kelakuan nyonya nya. Kemarin sempat adu mulut dengan Serlin.

Hari ini, bibi secara resmi diberhentikan dari pekerjaannya. Dan hal itu membuat Lyn sedih, begitu juga dengan bibi yang memikirkan nasib nona mudanya.

"Tak usah lebay seperti itu, cepat mandi. Setelah ini kita akan ke butik" ucap Serlin.

"Kenapa kita ke butik?" Tanya Lyn.

"Tak usah banyak bertanya, lakukan saja" gertak Serlin yang membuat Lyn menutup mulutnya.

Gadis kecil itu memilih masuk ke kamarnya dan bersiap untuk pergi ke butik. Ia harus membersihkan badannya, dan berpenampilan rapi. Supaya mamanya tidak memarahi atau menghukumnya karena membuat sang mama malu.

---

Sudah sekitar 30 menit Lyn menunggu Serlin. Namun, wanita berparas ayu itu tak kunjung keluar dari kamarnya. Ada niatan untuk mengetuk pintu kamar Serlin. Namun, Lyn urungkan karena keberanian nya sudah menghilang terlebih dahulu.

Serlin keluar dari kamarnya setelah 40 menit berada di kamar. Ibu muda itu membuat gestur tubuh yang meminta Lyn mengikutinya tanpa banyak bertanya. Sebagai bocah berumur 7 tahun, Lyn hanya mengikuti Serlin selaku mamanya.

Perjalanan menuju parkiran apartemen terasa sangat jauh dan berat. Pasalnya Serlin hanya fokus dengan ponselnya, serta Lyn yang masih takut dengan Serlin.

Begitu juga dengan perjalanan dari apartemen menuju butik. Hanya terdengar suara sayup-sayup dari radio mobil. Lyn memandang kearah luar jendela. Dari mata bulatnya terlihat jelas bahwa ia merindukan papa dan Abang nya.

"Bersikaplah yang baik, jangan membuat mama malu" ucap Serlin tanpa melirik sedikit pun kearah Lyn.

"Iya, mama" jawab Lyn seadanya, kemudian kembali menatap kearah luar jendela mobil.

Beberapa saat kemudian, mobil berhenti di sebuah gedung yang megah nan indah. Terdapat tulisan 'Boutique' bewarna silver, yang menambah kesan megah di gedung tersebut.

Lyn mengikuti langkah lebar Serlin, sesekali ia berlari kecil agar bisa mengimbangi langkah mamanya. Hingga keduanya sampai di dalam gedung dan berada di tengah gaun gaun pernikahan.

"Selamat siang Mrs. Kamalia (Serlin), sesuai permintaan Mr. Keyzie (Syden). Mrs diminta untuk memilih gaun gaun yang sudah di pesan oleh Mr. Keyzie" imbuh seorang pelayan di butik tersebut.

Serlin menganggukkan kepalanya paham, kemudian ia diarahkan menuju salah satu ruangan yang berada di ujung lantai tersebut.

"Setelah aku memilih gaun, carikan gaun yang serasi untuk putriku" ujar Serlin yang langsung disanggupi oleh pelayan tersebut.

Sesampainya mereka di ruangan yang dimaksud, Serlin langsung mencoba satu satu gaun yang sudah dipilih oleh Syden. Sedangkan Lyn duduk di sofa sambil memainkan kakinya yang menggantung.

Cukup lama Lyn menunggu, hingga Serlin keluar dari ruangan ganti. Serlin memakai gaun berwarna putih dengan renda renda yang menawan. Bagian bahunya terekspos cantik, jangan lupakan gaun yang mengembang di bagian pinggang kebawah.

"Mama cantik" ucap Lyn dengan binar dimatanya.

Serlin tersenyum, kemudian memperhatikan pantulan dirinya di cermin. Nampak ia sangat cantik, dan tersenyum bangga dengan pilihan Syden.

"Aku akan mengambil gaun ini, dan Carikan gaun untuk putriku sesuai dengan gaun ini" ujar Serlin yang kemudian mendapati anggukan dari pelayan disampingnya.

Sembari Serlin masih mengagumi keindahan gaun pernikahannya. Pelayan sibuk mencari gaun yang cocok untuk Lyn.

Tak butuh waktu yang lama, gaun yang cocok untuk Lyn sudah tersedia. Lyn diminta untuk mencobanya.

Gadis kecil itu hanya menuruti saat ia disuruh mencoba gaun yang terlibat sedikit ribet. Dengan bantuan para pelayan, Lyn akhirnya selesai dengan pakaiannya.

Lyn keluar dari ruang ganti dan menghampiri sang mama. Senyuman Serlin terbit, ia puas dengan pilihan pelayan butik ini.

Setelah itu, keduanya sama sama mengganti kembali baju mereka.

Serlin mengajak Lyn untuk duduk dulu di butik itu. Lyn yang melihat suasana hati Serlin sedang baik pun akhirnya berani untuk membuka mulut.

"Mama mau menikah dengan Daddy Syden?" Tanya Lyn.

Serlin menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Lyn tersenyum tipis. Ia senang mamanya bisa bahagia. Tapi, bagaimana dengan papa dan Abang nya? Apakah mereka akan diundang atau tidak?

---

"Papa, Juan enggak mau ikut" imbuh Juan untuk ke sekian kalinya.

"Menurut lah dengan apa yang papa minta. Apa susahnya untuk mu ikut bersama Tante Asha?" Tanya Johan dengan suara menahan emosi.

"Juan hanya tak menginginkannya, apa papa mengerti" ucap Juan dengan suara yang sedikit meninggi.

"Ikut atau kau tidak akan pernah bertemu dengan adikmu lagi" ujar Johan yang langsung membuat Juan menatap tak percaya kearah papanya.

Hanya karena ia tak ingin ikut ke kebun binatang bersama Asha dan anaknya. Ia harus menanggung untuk tak bertemu adiknya, yang merupakan kembarannya. Apakah papanya sudah gila?

"Aku akan ikut" ujar Juan kemudian berlalu menuju kamar nya.

Johan menghela napas lelah, ia sedikit merasa bersalah. Karena sudah memberikan ancaman yang sensitif untuk Juan.

"Maafkan papa" lirih Johan sambil menatap kearah pintu kamar sang anak.

3 jam kemudian

Johan bersama Juan berangkat menuju rumah Asha untuk menjemput. Selama perjalanan tak ada perbincangan atau hal lain. Hanya ada suara deru pendingin mobil, saking sunyi di dalam mobil tersebut.

Tak butuh waktu yang lama, keduanya sudah sampai di depan rumah milik Asha. Johan tak turun, dan hanya mengirimkan pesan ke Asha. Bertepatan dengan centang dua biru di aplikasi chat nya, gerbang terbuka dan menampilkan seorang wanita dan seorang gadis yang terlihat seumuran atau dibawah Juan satu tahun.

Keduanya memasuki mobil dan duduk di kursi penumpang.

"Haii" sapa Johan yang dibalas anggukan oleh Asha.

"Jasmine, kenalin ini om Johan dan itu Kak Juan" ucap Asha.

"Jeffrey" ujar Juan mengkoreksi.

Asha dan Johan saling bertatapan, kemudian Johan menganggukkan kepalanya tanda ikuti saja kemauan Juan.

"Ah maksud mommy Jeffrey" ujar Asha mengkoreksi ucapannya tadi kepada Jasmine.

"Halo om, halo kak Jeffrey" sapa Jasmine dengan ceria.

Johan tentu saja membalasnya dengan ramah sedangkan Juan hanya menatap sekilas kemudian kembali menghadap kedepan.

Suasana sedikit canggung, namun segera Johan cairkan. Selama perjalanan mobil itu dipenuhi oleh celotehan Jasmine.

"Bawel" gumam Juan kemudian menatap kearah luar jendela mobil.

Sekitar 15 menit perjalanan, mobil itu akhirnya berhenti di sebuah parkiran kebun binatang. Jasmine keluar dari mobil dengan semangat, Johan dan Asha menatap senang kearah Jasmine. Sedangkan Juan hanya menghela napas, ini akan menjadi hari yang panjang serta melelahkan.

Keempat orang itu berjalan jalan mengeliling kebun binatang. Ketiga diantara nya terlihat sangat menikmati berkeliling di kebun binatang. Beda halnya, Juan yang dengan setengah hati mengikuti ketiganya.

Beberapa momen, terlihat Jasmine berusaha akrab dengan Juan. Namun, tentu saja dengan terang terangan Juan menghindari semua bentuk pendekatan Jasmine terhadap dirinya.

Dan hal itu tak luput dari Johan dan Asha.

TBC
Thx
Xoxo 💙

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang