Matahari mulai kembali ke singgah sana nya. Lyn sudah siap dengan seragam sekolahnya. Gadis mungil itu berjalan menuju kamar mamanya. Saat pintu terbuka sedikit, bisa dilihat Serlin yang masih tidur di bawah selimut tebalnya. Lyn tak tega membangunkan Serlin.
"Non, sarapannya sudah siap" ucap bibi.
Beruntung ada bibi yang selalu datang pagi untuk menyiapkan sarapan. Lyn menganggukkan kepalanya, dan berjalan menuju ruang makan. Gadis manis itu memakan sarapannya dengan tenang.
"Bi, boleh anterin aku ke sekolah? Mama kayaknya lagi capek" tanya Lyn sambil memandang sang bibi yang sedang menyiapkan bekal untuk Lyn.
Bibi tersenyum teduh, ia menganggukkan kepalanya menyanggupi permintaan nona mudanya. Mendapat persetujuan dari bibi membuat Lyn tersenyum senang.
---
Pukul 2 siang
Sudah 2 jam Lyn menunggu Serlin menjemput dirinya. Namun wanita berperawakan tinggi semampai itu sama sekali tak memperlihatkan batang hidungnya. Gadis berumur 7 tahun itu ingin menangis rasanya. Tak ada yang ia kenal, ditambah lagi suasana sekolah sudah mulai sepi.
"Jehan? Kok belum pulang nak?" Tanya seorang guru perempuan.
"Mama belum jemput Bu, Jehan takut" ucap Lyn kepada guru yang berada di hadapannya.
"Jehan tau jalan pulang?" Tanya sang guru sambil mensejajarkan badannya.
Lyn hanya menganggukkan kepalanya, tanda ia tahu jalan pulang.
"Yaudah biar ibu antar pulang, kamu tunggu dulu disini ya" ucap sang guru yang langsung diangguki oleh Lyn.
Dan hari itu, Lyn pulang bersama salah satu guru di sekolahnya. Selama perjalanan pulang pun, Lyn hanya diam sambil memainkan jarinya.
Tak butuh waktu yang lama, mobil guru itu sudah sampai di parkiran apartemen milik Serlin.
"Terimakasih Bu udah nganterin Jehan" ujar Lyn sambil menghadap kearah gurunya.
"Iya nak, yaudah sana masuk" ujar sang guru.
Lyn menganggukkan kepalanya, kemudian turun dari mobil. Setelah itu berjalan menuju lift yang akan membawa dirinya ke unit apartemen.
Ting
Lift berhenti, pintu pun terbuka. Lyn keluar dari lift, saat dirinya berdiri di lorong. Gadis mungil itu melihat Serlin sedang berjalan kearahnya dengan santai.
"Hai sayang, mama pergi dulu ya. Ada bibi di rumah" ucap Serlin kemudian langsung memasuki lift.
Lyn hanya menatap kepergian sang mama, entah mengapa dadanya terasa sesak. Sepertinya Serlin tak ingat bahwa ia sudah sangat terlambat menjemput sang anak. Dan sekarang ia pergi tanpa beban, Lyn berjalan menuju unit apartemen nya.
"Kangen papa sama Abang" gumam Lyn.
---
Johan menjalankan mobilnya menuju toko kue. Ia ingin membelikan kue coklat kesukaan jagoannya. Tuan Damopoli itu sadar akhir akhir ini ia sedikit terlalu mengabaikan sang anak. Dengan kue coklat ini, Johan berharap anaknya mau memaafkan dirinya. Tak butuh waktu yang lama Johan akhirnya sampai di toko kue.
Johan mulai melangkahkan kakinya ke dalam toko yang lumayan ramai pengunjung itu. Dengan setelah jas yang masih sangat rapi, membuat beberapa mata gadis maupun wanita meliriknya. Namun juga ada yang secara terang terangan menatap dirinya penuh minat.
Johan tak terlalu memikirkan itu, ia hanya ingin membelikan kue coklat untuk Juan. Dan setelahnya ia akan pulang dan bermain dengan Juan.
"Selamat datang di Toko Kue Pelangi, ada yang bisa saya bantu" ucap sang pegawai dengan ramah.
"Satu kue coklat dengan choco chip" ucap Johan yang langsung disanggupi oleh pegawai tersebut.
Setelahnya Johan membayar kue coklat itu, kemudian ia menunggu beberapa saat kue itu di siapkan. Saat sedang menunggu, tiba tiba ada seseorang yang menabrak punggung kokohnya. Johan langsung saja membalikkan badannya.
"Auh" lirih wanita dihadapan Johan.
"Maaf tuan, tadi saya kurang memperhatikan jalan saya" ucap wanita itu sambil membungkukkan badannya.
"Iya, tidak masalah. Apakah kau baik baik saja?" Tanya Johan yang melihat wanita dihadapannya masih mengelus dahinya sendiri.
"Tidak apa apa tuan" ucap wanita itu sambil mengangkat pandangannya.
Dan kedua mata itu saling bertatapan, seperti ada magnet yang membuat keduanya sama sama tidak bisa mengalihkan pandangan mereka. Hingga Johan berhasil mengalihkan pandangannya untuk pertama kali.
"Kalau begitu saya permisi" ucap wanita itu yang sadar apa yang telah terjadi.
Johan hanya menganggukkan kepalanya. Setelahnya ia mengambil kue yang tadi sudah dipesan. Tanpa berlama lama, Johan melangkahkan kakinya menuju mobilnya.
Sesampainya di mobil, Johan memegang dadanya. Jantungnya nampak berdetak lebih cepat dari biasanya. Dan telinganya terasa panas untuk beberapa saat.
"Apa yang telah terjadi?" Tanya Johan pada dirinya.
Cukup lama Johan hanya berdiam diri, saat ia sudah tersadar dari lamunannya. Ia lahirnya melakukan mobilnya ke rumah.
---
"Non, bibi pulang dulu ya. Besok kemungkinan bibi datang terlambat," ucap bibi yang diangguki oleh Lyn.
"Okay bi, terimakasih," ujar Lyn.
Bibi pun berjalan keluar rumah, dan sekarang Lyn sendirian di rumah. Karena bosan, akhirnya gadis berumur 7 tahun itu pun memilih untuk tidur di ruang tengah dengan televisi yang menyala.
Awalnya Lyn tidur dengan tenang, namun gadis mungil itu terbangun. Nampak dari raut wajahnya, ia seperti sehabis bermimpi buruk. Entah seburuk apa, hingga membuat Lyn terjaga sambil menatap kearah televisi dengan pandangan yang kosong.
"Papa, abang, Lyn kangen kalian," lirih Lyn dengan mata yang sudah berkaca kaca.
Dan akhirnya, benteng pertahana bocah itu runtuh. Air matanya berlomba lomba keluar dan menimbulkan jejak air di kedua pipi gembulnya. Rasa rindu itu menyiksa gadis kecil yang dipaksa mengerti dengan keadaan yang ia alami sekarang.
Cukup lama Lyn menangis, hingga akhirnya hanya ada sisa mata sembab dan hidung merah. Lyn berjalan menuju kamar mandi, ia mencuci mukanya menggunakan keran di dekat bathtub. Bertepatan dengan itu, pintu apartemen terbuka. Gadis kecil itu buru buru berjalan menuju ruang tengah.
"Mama" panggil Lyn dengan ceria.
Serlin hanya tersenyum sekilas, kemudian berlalu pergi ke kamarnya. Baru saja wanita itu membuka pintu kamarnya. Lyn membuka suara kembali, "Ma, Lyn mau ketemu papa sama abang."
BRAK
Serlin membanting pintu kamarnya, ia berjalan kearah Lyn. Kemudian menarik paksa dagu putri sematawayangnya. Wanita itu mencengkram dengan kuat dagu mungil milik Lyn.
"Ma, sakit," lirih Lyn, namun tak membuat Serlin mengendurkan cengkramannya.
"Ini akibat kamu meminta hal seperti itu, mama tidak mau lagi mendengar permintaankonyol seperti itu lagi. Paham kamu?" gertak Serlin.
Lyn hanya bisa menganggukkan kepalanya, karena sungguh ia sangat takut dengan mamanya sekarang. Setelah mendapat persetujuan Lyn, Serlin menghempaskan tubuh mungil Lyn kemudian pergi dari apartemen lagi.
Butuh beberapa saat Lyn mengembalikan kesadaran dari rasa terkejutnya atas perilaku Serlin. Dan kali keduanya untuk hari ini, Lyn menangis dalam diam.
TBC
THX
Xoxo 💙

KAMU SEDANG MEMBACA
Diary
FanfictionDisclaimer : Book ini adalah penjabaran dari salah satu chapter yang ada di book 'Oneshoot Y/n X Kpop Idol' kalau mau baca secara singkat padat dan jelas bisa baca di book sebelah dengan judul chapter ' My Twins ~ Jung Jaehyun ' Start : 6 Maret 2...