"Mas Gilang, Dodi udah ketemu?"
Aku berhenti melangkah tepat di tengah tangga, lalu membalikkan badan. Pertanyaan itu terlontar dari mulut seorang gadis. Ia mendekatiku saat aku ingin naik ke atas kontainer untuk melihat keadaan di luar pagar.
"Maaf, Anna, Dodi belum ketemu. Kami udah cari di semua tempat." Aku jelas berbohong, dosa yang harus kulakukan.
Sebenarnya masalah ini ditentang Cornelia. Ia berkata kalau ada satu orang yang harus tahu hal ini, dan seseorang itu adalah Anna, gadis berusia sembilan belas tahun dengan rambut pirang pendeknya.
Anna cemberut, ia melihat ke arah lain, seolah mencari keberadaan Dodi, lalu beralih lagi ke arahku, "Di mana, sih dia, kok tiba-tiba ilang gini."
Aku perlahan turun, mendekati Anna.
"Apa dia nekat keluar, ya, Mas? Soalnya dia pernah bilang kalau mau keluar nyari ibunya."
Aku tak tahu harus berbuat atau berkata apa. Anna terlihat khawatir, tetapi aku tak bisa memberitahu kejadian yang sebenarnya.
"Saya enggak tahu, Ann, tapi kita masih berusaha dari dia, kok. Kamu tenang aja, oke?" Akhirnya itulah kata-kata yang keluar dari mulutku, kata-kata yang tak menghasilkan apa pun, hanya penyemangat tanpa solusi.
Anna pamit, dia pergi ke arah beberapa orang yang berkumpul di kebun. Sementara aku hanya bisa menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan, sialan, entah apa yang harus kukatakan saat Anna tahu kalau Dodi sudah pergi, pergi untuk selamanya.
Aku kembali naik ke atas, di sana ada satu orang penjaga yang sedang meminum air dalam botolnya, dia jelas menghemat air itu.
"Aman, Bang?" tanyaku sambil melihat ke arah luar dan kedua tanganku yang memegang besi pembatas.
Dia mengangguk, pria berkulit hitam dengan nama Daleo di sampingku ini menatapku.
"Dodi gimana? Saya sudah cari di luar tembok juga gak ada."
Aku hanya menggeleng. Permasalahan ini entah mengapa menjadi semakin rumit jika dipikirkan. Seseorang mati di dalam tembok, kejadian yang akan membuat penghuni ricuh, mempertanyakan siapa pembunuhnya, mempertanyakan keamanan yang sudah kami berikan selama ini.
Baca selengkapnya di akun muktihidayat_
KAMU SEDANG MEMBACA
PETAKA
Science Fiction(SEKUEL MALA) Beberapa tahun berlindung di bawah bangunan Monas dengan kontainer yang menjadi dinding pembatas, tidak menjadikan hidup selamanya aman. Kekeringan panjang melanda kelompok yang dipimpin oleh Kayro, membuat sebagian besar tanaman ti...