5. Gilang~ Sang Pemimpin

99 9 0
                                    

Semua hal terlihat semakin runyam. Permasalahan satu-persatu bermunculan, kematian Dodi, perusak kebun, dan entah dua hal itu dilakukan oleh orang yang sama atau berbeda.

Dua hal yang masih abu-abu.

Pagi ini semua orang telah berkumpul, entah karena apa mereka berteriak, seperti meminta sesuatu. Aku segera bergegas keluar setelah mendengar dan tahu infonya dari beberapa orang yang ada di dalam sana.

Ada di depan, dengan suara lantang berteriak. Garda menjadi sorotan mata semua orang. Ketika aku sudah ada di barisan terdepan, pria itu menghentikan ucapannya yang berapi-api.

"Gilang, bisa jelasin di mana Dodi berada?" tanya Garda, membuatku sedikit terkejut, pagi ini, setelah Kayro dan Santi pergi mencari Anna, Garda menjadi salah satu orang yang paling penasaran.

Kurasakan semua pandangan mata tertuju padaku. Mereka ingin jawaban, semua orang ingin tahu di mana Dodi, pria baik yang menghilang bak ditelan bumi.

Sial, tidak mungkin aku berkata jujur, 'kan?

Aku melihat Cornelia yang berdiri di di samping kanan sana. Ia mengangguk, entah apa artinya, saat ini aku tak bisa berpikir lebih jauh.

"Gimana? Di mana Dodi?"

Aku mendekati Garda dan beberapa orang terdekatnya, lalu menghadap ke arah semua orang. Di kumpulan orang ini ada pula Bayu dan Banyu, Rianita dan Icha, serta beberapa orang yang kukenal lainnya. Mereka menunggu kalimat pertama yang akan keluar dari mulutku ini.

"Saya mengerti, kalian sudah mengetahui kalau teman kita, pria yang baik, Dodi telah menghilang entah ke mana." Aku berhenti sejenak, semua mata masih tertuju padaku, terutama Cornelia yang mungkin sudah berkeringat dingin, "Kami telah mencarinya, di semua sudut Monas kita tercinta, bahkan di setiap kontainer yang digunakan sebagai tempat tinggal beberapa orang."

"Dia berbohong, Gilang berbohong, dan untuk apa Lo berbohong, Lang?" Garda berbicara, dan menepuk pundak kananku di kalimat terakhir yang ia ucapkan.

"Kami semua sudah tahu, Dodi telah mati, 'kan?" Garda melanjutkan ucapannya sembari melangkah ke depan membelakangiku. Lalu ia menengok ke belakang, menatapku, "Untuk apa Lo nyembunyiin kematian Dodi, hah?!"

Baca selengkapnya di akun muktihidayat_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PETAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang