ASV.01

1.4K 157 11
                                    

Note!
Italic Bold = Percakapan yang ditulis dalam buku komunikasi Renjun.

Lee Jeno, anak laki-laki yang menduduki bangku di kelas lima Sekolah Dasar itu memandang tepat pada anak baru yang berdiri di depan kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Jeno, anak laki-laki yang menduduki bangku di kelas lima Sekolah Dasar itu memandang tepat pada anak baru yang berdiri di depan kelas. Anak baru itu menaruh atensinya pada seluruh anggota kelas sembari tersenyum manis, Jeno terpaku pada binar polos yang dipancarkannya.

Wali kelasnya yang tadi sempat terdiam melihat reaksi anak muridnya pun akhirnya membuka suara, "Baik anak-anak, kalian mendapatkan teman baru di kelas kalian—"

"—Kamu boleh mengenalkan dirimu nak." Lanjut sang wali kelas.

Tidak ada respon dari anak baru tersebut, seluruh anggota kelas memandang aneh padanya. Sang wali kelas menghela nafas lalu menepuk pelan pundak anak baru itu hingga badannya tersentak karena terkejut.

Mengerti arti tepukan tersebut, si anak baru membuka tasnya dan mengeluarkan buku yang diluarnya tertulis 'Buku Komunikasi'.

Dengan senyuman yang masih tertoreh dibibir ranumnya, anak baru itu membuka lembaran pertama dari buku yang ia keluarkan,

"Hi, Namaku Huang Renjun."

Lembaran kedua,

"Kalian bisa menggunakan buku ini untuk berbicara denganku."

Lembaran ketiga,

"Aku seorang tunarungu."

Dan lembaran keempat menjadi lembaran terakhir yang ia buka,

"Mohon bantuannya ya teman-teman, semoga kita dapat berteman baik."

Renjun —Anak baru tersebut— Menoleh kearah sang wali kelas untuk penanda bahwa ia sudah selesai mengenalkan dirinya, sang wali kelas mengangguk dan menunjuk kearah bangku kosong, Renjun membungkukan badannya kearah sang wali kelas pertanda terima kasih lalu ia mulai berjalan kearah bangku kosong.

Banyak anak-anak kelas yang masih berbisik, mereka masih sedikit terkejut bahwa teman barunya adalah seorang tunarungu. Bahkan ada yang secara terang-terangan menampilkan raut tidak sukanya kearah Renjun.

"Hahh, pasti sangat merepotkan memiliki teman sekelas yang tuli." Jeno menoleh saat teman sebangkunya bersuara, perempuan disebelah Jeno mengangkat sebelah alisnya saat mereka bertatapan.

"Kenapa? aku benar bukan?" Tanya perempuan itu dengan polos yang malah diangguki oleh perempuan yang duduk di depannya.

"Ya kau benar, pasti sangat merepotkan." Ucapnya lirih.

Dalam hati Lee Jeno memang membenarkan ucapan Nancy —Perempuan yang duduk disebelahnya—, yang Nancy bilang ada benarnya, pasti anak tuli itu akan merepotkan mereka nanti.

Jeno berdecak tidak suka membuat Nancy menoleh kearahnya, "Kenapa Jeno?" Laki-laki itu menggeleng, "Ah ya Lee Jeno, apa kau tidak berniat menjadikannya mainan baru, sepertinya anak baru itu cocok menjadi mainan kita." Ujar Nancy.

A Silent Voice || Ft. NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang