Sebelum baca klik bintangnya dulu
Hari-hari terasa berjalan sangat cepat bagi Lee Jeno, kemarin ia yang merundung seseorang sekarang berbalik jadi dirinya yang dirundung. Teman sekelasnya masih tidak terima dengan pengakuan Jeno beberapa hari lalu, padahal yang Jeno ucapkan semuanya benar bukan?
dua minggu setelah kejadian itu Jeno terus terusan diperlakukan semena-mena oleh teman sekelasnya, sama seperti saat ia melakukannya pada Renjun.
Meja Jeno selalu penuh dengan coretan kata-kata makian, awalnya Jeno tidak peduli tapi semakin lama ia juga muak, teman sekelasnya seakan menjadi makhluk paling benar saja.
Hari ini Jeno tidak langsung pulang, ia duduk dulu di taman sekolahnya.
Saat sedang asyik-asyiknya termenung, sebuah tangan mungil malah mengalihkan atensinya, ia menatap siapa pemilik tangan itu —ah Renjun ternyata.
"Apa?" tanya Jeno dengan nada tidak bersahabat.
Renjun menulis pada buku komunikasinya dan menunjukannya pada Jeno,
"Jeno, maaf."
Jeno menaikan satu alisnya, "Aneh."
Jeno bangkit dari duduknya, ia hendak berjalan namun tangannya dicekal oleh Renjun.
"Ck, apa sih?!"
Jeno menyentak tangannya agar terlepas dari cekalan Renjun, laki-laki mungil itu lagi-lagi menunjukan bukunya.
"Jeno ayo berteman."
Jeno terkekeh sinis, mengambil buku komunikasi milik Renjun dan melemparnya begitu saja kearah kolam air mancur.
"Aku tidak sudi." Ucap Jeno, ia berlalu begitu saja meninggalkan Renjun.
Renjun memandang sedih pada punggung Jeno yang semakin menjauh. Berjalan kearah kolam air mancur, dan berdiri disana.
Saat Renjun hendak menyeburkan dirinya kekolam untuk mencari buku komunikasinya, baju belakang Renjun lebih dulu ditarik oleh seseorang.
"Apa yang kau lakukan Renjun?!" Ucap Shuhua dengan panik.
Renjun menatap Shuhua dengan wajah polosnya, "Buku komunikasi milikku tercebur." Ucap Renjun dengan bahasa isyaratnya.
"Tidak usah diambil, kita beli yang baru." Balas Shuhua sembari menarik tangan Renjun untuk pergi dari sana, "Ayo cepat pulang, aku lapar sekali." Sambungnya
Renjun mengangguk dan membiarkan dirinya diseret oleh sang sepupu.
Saat sampai dirumahnya, Lee Jeno memandang heran pada sekitar. Ada apa? kenapa rumahnya sangat berantakan?
"Mama" Panggil Jeno.
"Mama, Mama dimana?"
"Sebentar Jeno." Sahut sang ibu.
Sang ibu akhirnya menghampiri Jeno tapi lagi-lagi ia mengernyit bingung.
"Mama kenapa?" Tanya Jeno saat melihat keadaan ibunya yang berantakan.
"Mama tidak apa-apa sayang." Balas sang ibu sembari mengelus surai hitam legamnya.
Jeno sebenarnya tidak percaya tapi ia hanya mengangguk saja, "Kamu masuk kamarmu ya, ganti bajumu." Ucap sang ibu.
Jeno lagi-lagi mengangguk dan masuk ke kamarnya untuk berganti baju.
×××
Makan malam di kediaman Jeno terasa sunyi karena hanya ada Jeno dan sang ibu saja.
"Papa kenapa belum pulang Ma?" Tanya Jeno pada sang ibu.
"Mungkin Papa sedang banyak pekerjaan."
Jeno mengangguk, beberapa hari ini entah hanya perasaannya saja atau memang benar kalau hubungan kedua orang tuanya sedikit merenggang. Jeno beberapa kali memergoki mereka sedang bertengkar didalam kamar —ah lebih tepatnya sang Ayah yang mengomel pada Ibunya.
Cklek
Bunyi pintu rumah yang dibuka mengalihkan atensi ibu dan anak dari makannya. Disana, sang kepala keluarga berjalan menghampiri mereka dengan perempuan cantik yang mengekori dibelakangnya.
"Oh kau pulang juga ternyata, ku pikir kau akan lembur lagi seperti kemarin-kemarin." ucap sang istri.
Lelaki itu —ayah Jeno mengalihkan pandangannya pada sang istri lalu berujar dengan lantang, "Kita cerai, aku akan mengurus surat-suratnya."
"Apa maksudmu? apa aku ada salah padamu?" Mama Lee bertanya dengan suara bergetar saat mendengar ucapan sang suami.
"Ya, kau dan anakmu itu sangat merugikanku, karena anakmu itu perusahaan milik keluarga Yeh memutuskan kontraknya."
"Ah, dan aku sudah menemukan penggantimu, ia sedang mengandung anakku sekarang."
Sang istri memandang tidak percaya, "Jadi selama ini kau berselingkuh?!"
"Sudah jelas 'kan? untuk apa kau bertanya?"
Jeno yang masih duduk dimeja makannya bersuara, "Papa berselingkuh?" Lee Jeno tidak sepolos itu, ia tahu apa itu perselingkuhan dan ia paling tidak menyukai itu tapi kini malah sang Ayah berselingkuh dari Ibunya.
"Kenapa Jeno? kau tidak suka?"
"Jelas aku tidak suka! kenapa papa seperti itu?! apa papa tidak sayang pada kami?!" Jeno meninggikan suaranya, ia sangat kecewa pada sang ayah.
"Kau tahu Jeno? kau dan Mama mu itu membuatku kesusahan, kau membuatku mengeluarkan uang demi rasa tanggung jawab atas tindakanmu pada teman sekelasmu yang tuli itu, uang itu tidak sedikit Jeno!" Ucap sang ayah, "Aku memang memiliki perusahaan tapi jika terus-terusan ku pakai untuk mengganti rugi aku juga bisa bangkrut, dan lagi sekarang perusahaan keluarga Yeh tidak ingin lagi berhubungan denganku." lanjutnya.
"Jadi aku dan Jeno sangat merepotkan bagimu?" Lirih sang istri, "Baiklah jika maumu begitu, kau boleh menceraikanku." Putusnya.
Ia menarik tangan Jeno menuju kamar sang anak, "Tidak apa-apa kan sayang?" tanya sang Mama dengan suara bergetar.
Jeno mengangguk pelan, ya mungkin ini karmanya karena telah bersikap semaunya sendiri pada orang-orang lemah disekitarnya. Tapi bukan kah ini terlalu berlebihan? kenapa harus keluarganya yang dihancurkan?
Sang ibu mengelus surainya dengan lembut, "Besok kita pindah dari sini, mama akan usaha sekuat tenaga mama demi kita."
Jeno duduk diatas kasur miliknya, menatap sang ibu yang membereskan beberapa pakaian dan barang miliknya.
"Mama sedih?" tanya Jeno, sang ibu menghentikan kegiatannya, "Tidak mama tidak sedih, selama ada Jeno mama tidak akan sedih." Ujarnya.
Jeno seketika menunduk ketika mendengar jawaban sang ibu, "Maaf ma, Jeno tidak akan nakal lagi nanti, Jeno akan membantu mama juga."
Sepi amat gaada yang komen
20 Desember 2021
﹫diantaraelegi
KAMU SEDANG MEMBACA
A Silent Voice || Ft. NoRen
Fanfiction[On Going || Slow Update] - bxb | jeno x renjun Renjun itu kecil dan istimewa. Ia harus dijaga. Namun, alih-alih menjaganya, semesta malah menorehkan nasib yang amat malang pada anak itu. ⚠︎ trigger warning ⚠︎ berisi konten sensitif seperti; mental...