Vote dulu sebelum membaca, terimakasih.
Warn!mental issues, suicide attempt.
Sudah 6 tahun berlalu, kini Lee Jeno sudah menduduki bangku kelas 2 Sekolah menengah atas. Tidak ada yang menarik dalam hidupnya, sejak semua kejadian yang ia alami diumur 11 tahun Jeno menjadi anak yang tertutup, tidak percaya pada orang-orang disekitarnya karena menurutnya semua orang bisa saja berkhianat.
Bisa dibilang mental Jeno tidak baik-baik saja, tapi Jeno tetap berusaha untuk terlihat baik-baik saja.
Jeno bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan ibunya, ada kalanya disaat ia lelah dengan kehidupan ia akan menyakiti dirinya sendiri.
Hidup di dunia begitu membosankan, Jeno lelah namun ia masih memikirkan ibunya yang jelas-jelas masih membutuhkan dirinya.
Kini, laki-laki dengan rambut hitam legam itu berjalan di sekitar jembatan. Sekarang sedang gerimis namun Jeno tetap melajukan langkahnya tanpa peduli. Tepat di tengah jembatan Jeno menghentikan langkahnya, ia memandang ke air sungai yang ada di bawah sana.
Ada satu suara di kepala Jeno yang memintanya untuk melompat,
"Lompat Lee Jeno, walaupun kau mati dunia akan tetap berjalan, kau tidak perlu memikirkan orang lain."
Benar, Jeno membenarkan suara yang mengisi kepalanya, ia mulai menaiki pembatas pada jembatan.
Sedikit lagi
Grep
Tubuh Jeno di tarik hingga jatuh terlentang di atas tubuh orang yang menariknya.
"Ugh." Orang itu mendorong tubuh Jeno agar tidak menindih dirinya kembali.
Jeno menoleh kebelakang, laki-laki bertubuh mungil itu menatap khawatir kearah Jeno, tapi laki-laki itu tidak bersuara.
"Kenapa?" Laki-laki itu menggerakan tangannya, tapi Jeno tidak mengerti.
Menyadari Jeno yang tidak mengerti pertanyaannya, laki-laki itu berganti mengeluarkan note kecil dari kantong mantelnya,
"Kenapa? kenapa kau ingin melompat kebawah sana?"
Jeno tertegun, ia juga tidak mengerti kenapa dirinya ingin melompat dan mengakhiri hidupnya.
Jeno memandang laki-laki itu, mengamati dengan cermat sampai pada akhirnya ia terkejut karena mengenal siapa laki-laki kecil dihadapannya ini.
"Huang Renjun." lirih Jeno.
Renjun diam, ia tidak menyangka Jeno masih mengingatnya.
"Terimakasih." Ucap Jeno lalu berjalan begitu saja meninggalkan Renjun yang masih mematung.
Jeno memegang dadanya, ada rasa sesak dan rasa bersalah yang menumpuk tetapi ia terlalu malu untuk menunjukan wajahnya kembali dihadapan Renjun. Ia telah menorehkan banyak luka untuk Renjun, jadi ia merasa malu saat berhadapan lagi dengan Renjun.
Tapi tindakanmu salah Lee Jeno, kau akan semakin menyesal saat melihat raut wajah dari laki-laki itu saat kau berlalu begitu saja.
Renjun memandang punggung Jeno yang sudah menjauh, rasa sedih menyelimuti dirinya, apa Jeno sampai sekarang masih tidak ingin berteman dengannya? kenapa laki-laki tampan itu selalu menghindari dirinya?
Ia menunduk, membiarkan tetesan tetesan air hujan yang semakin lama semakin deras itu membasahi dirinya. Mata Renjun tertarik pada sesuatu yang ada dibawah kakinya, ia mengambilnya.
Itu obat, Renjun tahu obat apa yang ia pegang. Obat tidur, sepertinya ini milik Jeno yang terjatuh.
Renjun menoleh lagi kearah tempat Jeno berlalu, tapi ternyata tubuh jeno sudah tidak terlihat.
TIN TIN!
"KAK INJUN, NGAPAIN DISITU?!"
Di dalam mobil, Ryujin berteriak cukup kencang. Ryujin keluar dari mobil dan menarik lengan Renjun untuk masuk.
"Apa kau bodoh?" Kali ini Shuhua yang berbicara, "Kenapa malah hujan-hujanan sih kak? kakak tau gak kita tuh khawatir, kalau kakak sudah pulang lebih awal harusnya telfon kita agar kita bisa menjemput kakak." Ucap Ryujin panjang lebar.
Renjun menunduk, "Maaf." Ucap Renjun dengan bahasa isyaratnya.
"Kakak jadi basah, kalau demam bagaimana? Ryu khawatir kak."
Renjun memandang adiknya dengan wajah bersalah, "Ryuu, maafkan kak Injun."
Ryujin mengangguk, "Jangan diulangin."
"Sudah cukup acara melankolisnya, sekarang turun! kita sudah sampai." Ucap Shuhua.
"Loh? kok cepat sekali?" gumam Ryujin, Shuhua menghela nafas, "Kalian terlalu asyik dengan perbincangan kalian sampai tidak menyadari aku melajukan mobilnya begitu cepat, sepertinya jika kita kecelakaan dan mati kalian berdua akan menjadi hantu penasaran karena tidak tahu kematian kalian." Ucap Shuhua.
"KAK SHUHUA SERAM SEKALI."
"Cepat turun anak-anak, apa kalian tidak lapar?" Shuhua berujar seakan dia adalah orang tua Renjun dan Ryujin.
Renjun dan Ryujin akhirnya turun dari mobil dan memasuki rumahnya, "Kakak ganti baju dulu sana, nanti kesini lagi."
Renjun mengangguk dan berjalan menuju kamarnya.
Hari ini entah kenapa Renjun merasa sangat lelah, ia merebahkan dirinya diatas kasur. Bukannya berganti baju Renjun malah terlelap begitu saja karena rasa lelahnya.
Chapter ini pendek banget, cuma 675 kata doang. Semoga kalian suka, jangan lupa kasih feedback (read; vote dan komen —kalau mau follow juga gapapa wkwk).
Oh iya, kalau book ini selesai niatnya saya mau buat book baru, enaknya pakai kapal apa ya?
Noren
Jaemren
Hyuckren
Tolong bantu pilih ya.
Jakarta, 23 Desember 2021
﹫diantaraelegi
KAMU SEDANG MEMBACA
A Silent Voice || Ft. NoRen
Fanfiction[On Going || Slow Update] - bxb | jeno x renjun Renjun itu kecil dan istimewa. Ia harus dijaga. Namun, alih-alih menjaganya, semesta malah menorehkan nasib yang amat malang pada anak itu. ⚠︎ trigger warning ⚠︎ berisi konten sensitif seperti; mental...