"Noona?"
"Hm."
"Apa selama ini kau tak pernah memiliki pacar?" tanya Jungkook, kini tengah berjalan dibelakang sosok gadis yang juga tengah berjalan searah dengannya.
Setelah bermain dan dibumbui dengan sedikit pertengkaran, Lisa memutuskan untuk segera pulang, walau sebenarnya ia bisa saja menginap ditempat kerjanya itu.
Jungkook tak ingin mengambil resiko dengan membiarkan gadis itu pulang sendirian, sebab Lisa terus menolak diantar menggunakan mobil karena katanya terlalu mencolok dimata pelayan lain, Jungkook tanpa keberatan mengantar gadis itu dengan bus, dan sedikit berjalan kaki menuju gedung Apartemen yang biasa Lisa sewa.
Lisa kini tengah melangkah dengan hati-hati diatas trotoar, kedua tangannya mengapung ke udara guna menjaga keseimbangan. "Aku tidak punya waktu untuk berpacaran."
"Hidupmu monoton sekali." Jungkook menatap Lisa miris. "Setidaknya, kau mungkin pernah menyukai seseorang? Apa itu benar?"
Lisa mengulum bibir ke dalam, sembari berpikir sejenak, ia melirik Jungkook melalui ekor mata. "Aku ... pernah-tidak-pernah," jawabnya ragu.
"Dasar tidak jelas," decak Jungkook, satu tangannya menahan bahu Lisa, agar gadis itu tak terjatuh, dan kembali berjalan dengan aman. "Jadi ... kau pernah menyukai seseorang?"
Lisa menoleh cepat, lalu menyorot Jungkook dengan tak suka, seolah melalui tatapan itu ia dapat menunjukan betapa dirinya keberatan ketika dilempari pertanyaan yang satu itu.
Namun sayangnya, orang yang ditatap malah membalas tatapannya tak kalah sengit.
"Mengapa kau harus menanyakan hal tidak penting seperti itu?" tanya Lisa dengan mata memicing tajam.
"Lalu aku harus menanyakan apa lagi?" Jungkook balik bertanya tanpa segan. "Setiap aku menanyakan apa kau mau menjadi pacarku? kau malah meminta pertanyaan yang lain."
Lisa memutar bola matanya malas, kembali meluruskan pandangan ke depan, lalu mempercepat laju langkah kakinya. "Mengapa kau selalu bertanya, huh?"
"Jawab saja, ya atau tidak?"
Lisa menghentakan kakinya kuat. "Jawabannya adalah iya, lalu kau mau apa?"
Lisa pikir, Jungkook akan tertawa, atau mungkin mulai meledeknya lagi, namun suara gelak tawa yang senantiasa menyambut indera pendengarannya itu tak terdengar sama sekali, bahkan kekehan pelan pun tak ada.
Dengan sedikit ragu, ia melirik ke arah Jungkook yang kini terlihat begitu santai seolah tak terjadi apa-apa.
"Mengapa kau tak bertanya, apa pemuda itu membalas perasaanku atau tidak?"
Jungkook mengangkat sebelah alis. "Untuk apa bertanya, jika sudah tahu jawabannya?"
"Oh wow~ Jadi kau sudah tahu jawabannya kali ini?" Lisa menatap tak percaya ke arah Jungkook, kemudian menyidekapkan kedua tangan didepan dada.
"Jika dia balas menyukaimu, pasti kalian sudah berpacaran sampa saat saat ini." Jungkook mensejajarkan langkahnya dengan Lisa, "Tapi aku yakin dia tidak menyukaimu, karena tak ada yang akan menyukaimu di dunia ini selain aku." kemudian menatap gadis itu dengan senyum manis yang katanya sangat memikat, padahal memang iya.
"Percaya diri sekali!" Lisa mencibir, mendorong pelan pipi Jungkook menggunakan telunjuknya, agar ada sedikit jarak diantara mereka. "Kau tidak berpikir kalau aku setidak laku itu, 'kan?"
Tak ada sahutan dari Jungkook, membuat Lisa segera menoleh. "Apa kau memang berpikir seperti itu?" tanyanya tak percaya, lalu tertawa sumbang seolah sedang dipaksa tertawa. "Haish ... ingin sekali ku pukul kepalanya itu ...." desahnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Junior [END]
FanfictionKetika Lisa mengetahui, bahwa Junior bandel yang sering ia hukum, ternyata anak dari majikannya sendiri. *** "Noona, jadilah pacarku, dan aku tidak akan memasuki ruang Osis lagi." "Baiklah." "Kita berpacaran?" "Aku akan mengundurkan diri sebagai Ket...