"Sesungguhnya kamu, adalah satu hal yang paling ingin ku hindari."
.
.
.
Happy Reading _ _ _Sudah lama sejak Rain berada di ruangan ini, perempuan berkaca mata itu mendengarkan dentingan piano yang dimainkan oleh anak didiknya. Dia mendengarkan dengan tenang walaupun itu bukan suara yang indah untuk di dengar.
"Oke semuanya, latihan sampai di sini ya, kita bertemu lagi besok di jam yang sama,"
"Iya kak," jawab semua murid.
Dari tempat piano paling belakang, Seorang gadis dengan rambut panjang, sedang melihat Rain dengan penuh perhatian. Gadis itu tak lain adalah Sindy yang sempat bertemu Dirga di gerbang.
"Apakah aku harus memberitahu Kak Rain?" gumam Sindy sambil menggigit bawah bibirnya.
Sindy menghela napasnya saat ia mengingat kembali kejadian di gerbang waktu lalu.
"Kenapa nama Dirga terasa familiar? Kita pernah ketemu dimana ya?" gumam Sindy pada diri sendiri.
"Sindy! kita ada kelas musik sama kakak lo buruan ngabsennya."
"Iya!"
Setelah menutup gerbang, Sindy berjalan menuju ruang musik, otaknya tidak berhenti memutar memory masa lalu, mungkin saja dia memang pernah bertemu dengan Dirga.
Dia berpikir sampai akhirnya menemukan siapa Dirga, "Dirga Maherda, sang Mata Elang dari Dark Shadow."
Sejak saat itu, Ingatannya tentang seorang laki-laki yang berdiri di depan adiknya dulu semakin jelas, laki-laki yang di elu-elukan ketika melindungi seorang gadis sendirian, bayangannya tumpang tindih dan perlahan menyatu menjadi sosok Dirga yang ia temui.
Sindy menatap Rain sejenak sebelum akhirnya berjalan mendekat.
"Kak Rain."
"Ya, kenapa? Ada nada yang nggak kamu ngerti kah?"
Sindy menggeleng, "Ada yang mau Sindy bicarakan sama kakak."
"Nanti aja ya Sin, kita bicara di rumah kalau kamu udah pulang sekolah."
"Sebentar aja."
Rain memasukkan bukunya ke dalam tas, "Nggak bisa, kakak masih ada tugas kuliah yang harus di selesaikan."
"Tapi kak ..."
"Dah, kakak pergi dulu ya, belajar yang bener kamu," ucap Rain sambil mengelus puncak kepala Sindy.
Perempuan itu berjalan menuju pintu keluar, tapi tiba-tiba ...
"Sindy ketemu sama kak Dirga."
Deg!
Rain tiba-tiba berhenti, tubuhnya kaku dalam sekejap, tapi kemudian ia kembali tenang.
"Kamu becanda ya Sin? Dirga nggak mungkin ada di sini."
"Sindy nggak bohong kak, kemarin Sindy ketemu di gerbang."
"Kamu yakin nggak salah orang?"
"Yakin."
Rain menatap adiknya dari jarak tertentu, dia menatap mata Sindy seolah mematiskan sesuatu. Beberapa saat berlalu sebelum akhirnya ia menghela napas berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga Maherda
De Todo"Gw hidup dan bernafas, tapi rasanya seperti menjadi mayat berjalan." . . . Seorang pemimpin organisasi yang kerap kali dipanggil dengan sebutan mata elang. Tidak pernah mentaati sebuah peraturan, dan bertindak semaunya hanya demi menarik perhatian...