SS : Stay Pt.2

4.1K 115 20
                                    

"Guys, kalian yakin ini akan berhasil?"

Tentu saja jika kau menjalankannya dengan benar pasti akan berhasil - Sifanya.

Ya, benar. Kau harus melakukan sesuai arahan Sifanya tadi -Zee.

Aku sedang gelisah menunggu kedatangan Jaemin dari kantor. Di cafe tadi Sifanya memberitahuku rencananya untuk mendapat tanda tangan Jaemin disurat cerai dan saat inilah aku menjalankannya.

"Kau yakin obat dari sepupumu ini benar-benar bisa mengacaukan pikirannya? Kau tahu aku tak ingin sampai harus melakukan sex dengannya jika itu tidak mempan." Tanyaku memastikan pada Sifanya diseberang telepon.

Oh tenanglah sayangku, aku jamin itu akan mempan karena sepupuku selalu menggunakannya saat menggaet targetnya -Sifanya.

"Sepupumu sungguh brengsek haha" Aku coba mencairkan suasana untuk mengurangi ketegangan.

Kau benar dia memang brengsek. Tapi itu sangat berguna saat ini haha -Sifanya.

Ditengah perbincangan aku mendengar deru mobil. Aku bergegas kejendela dan mengintip ternyata memang benar Jaemin yang datang.

"Guys, Jaemin sudah datang, aku akan menjalankan rencananya. Aku kabari lagi nanti bye"

Aku mematikan sambungan telepon dan mengantongi ponselku. Aku menghirup nafas dalam-dalam berusaha menenangkan detak jantungku.

Cklek

Aku bisa melihat raut terkejut Jaemin saat melihatku menunggu kepulangannya di ruang tamu seperti ketika perselingkuhan itu belum terbongkar.

"Kau sudah datang?" Tanyaku dengan senyum tipis.

"Ah i-iya" Jawabnya dengan linglung.

Aku mendekatinya dan mengambil alih tas kantor yang dibawanya. Aku meletakannya meja lalu mulai membantu melepas jasnya.

Jaemin merengkuh pinggangku untuk lebih mendekat kearahnya lalu berbisik disamping telingaku.

"I miss you so much baby"

Setelah itu dia mulai memberi kecupan-kecupan basah dileherku. Aku sekuat tenaga menahan reaksi penolakan tubuhku saat bayangan-banyangan ketika Jaemin bercinta dengan Anne terlintas dipikiranku.

'Ingat rencananya. Ingat rencananya' aku terus mengulangi itu dalam pikiranku.

Jaemin menarik wajahnya dari ceruk leherku menatapku dalam sebelum berkata.

"I want you baby"

Setelah mengatakan itu dia langsung melumat bibirku. Menginvasi mulutku dengan lidahnya. Aku bisa merasakan tubuhku menjadi kaku.

"Relax" bisiknya.

Aku panik saat merasakan tangan Jaemin mulai meraba-raba area sensitifku.

"T-tunggu Jaem!"

Aku mendorongnya dan mundur satu langkah darinya. Jaemin mengangkat satu alisnya dan memandangku dengan sebal. Aku menarik nafas dalam sebelum melanjutkan

"Aku tiba-tiba merasa gugup, bisakah kau menemaniku minum dulu?"

"Ah jadi kau gugup? Aku hampir mengiranya kau masih menolakku barusan." Balas Jaemin dengan ekspresi sedikit melunak.

"A-aku sudah menyiapkannya dikamar kita"

"Wah wahh baby kamu sangat agresif hari ini" balas Jaemin dengan tersenyum ceria.

Aku menarik Jaemin menaiki tangga dan membawanya kekamar kami.

"Wahh jadi semuanya sudah siap?"

Jaemin melirik gelas yang telah diisi anggur yang kuletakkan diatas meja  saat memasuki kamar. Aku menarik Jaemin menuju sofa lalu, setelah Jaemin duduk aku berinisiatif mengambilkan gelas untuknya. Lebih tepatnya itu adalah rencana yang harus kulakukan.

"Cheers"

Jaemin mulai mendekatkan gelas itu kebibirnya, namun tiba-tiba saja berhenti. Hal itu membuatku menatapnya dengan was-was. Telapak tanganku mulai berkeringat dingin. Sedangkan tanganku yang lain memegang leher gelas berisi anggur dengan erat.

"Hah...Babe, seriously?"

Tanya Jaemin tiba-tiba.

"W-what?"

Takk

Jaemin meletakkan kembali gelasnya dimeja, setelah itu dia menatapku dan berkata dengan pasti.

"Kau menambahkan sesuatu pada minumanku."

"A-apa? A-aku ti-tidak menambahkan apa-apa."

"Hahaha"

Jaemin menanggapinya dengan tawa sinis dan itu membuatku semakin gugup.

"Baby anggur yang kau gunakan seharusnya diambil dari koleksiku kan?"

"I-itu-"

"Anggur ini masih berusia muda sehingga aromanya pun tidak akan sepekat ini, jadi kau pasti sudah menambahkan sesuatu pada anggurku. Ya tidak?"

"A-aku...aku..."

Aku tak tahu bagaimana harus menjawabnya ditambah tatapan Jaemin yang semakin dingin. Tanpa pikir panjang aku segera berlari menuju pintu. Aku harus kabur dulu dari ini. Itulah yang reflek terlintas dipikiranku, tapi...

Aku memutar kenop pintu tapi itu terkunci. Segera aku berbalik dan mendapati Jaemin menatapku dari sofa dengan santai seakan sedang menikmati pertunjukan opera.

Aku menahan nafasku ketika melihatnya mulai bangkit dan menghampiriku. Aku tidak bisa berpikir jernih dan terus memaksa membuka pintu dengan panik ketika melihat bayangan Jaemin semakin mendekat kearahku.

Grep

Tiba-tiba lengan kekar melingkar dipinggangku. Lalu pundakku terasa berat.

"Apa yang kau rencanakan? Apa yang sebenarnya akan kau dapat dari ini?"

Jaemin berbisik lembut ditelingaku sehingga tanpa sadar aku menurunkan penjagaanku. Namun tak lama setelah itu aku tahu bahwa itu adalah kesalahan fatal.

Salah satu tangan Jaemin meraih daguku lalu membawanya kesamping sehingga aku bisa menatapnya.

"Aku sudah bilang aku mengaku salah. Tak bisakah kau melupakannya dan kita mulai dari awal lagi?"

Mendengar perkataannya aku merasa sangat marah. Aku sangat enggan untuk hanya sekedar membalas perkataanya. Aku meremas erat sisi gaun yang kupakai. Bisa-bisanya dia bilang ingin memulai dari awal dengan mudahnya. Aku sangat marah karena dia menghianatiku tapi sebelum aku menghilangkan sakit hatiku dia berkata ingin memulai kembali semuanya. Hah this bastard.

Aku merasa seseorang menyentuh tanganku, dengan reflek aku mendongak dan netra kita bertatapan. Lalu dia tersenyum manis padaku.

"Jika aku tidak bisa membuatmu tinggal disisiku dengan ini maka..."

Bugh

Penglihatanku langsung gelap namun aku masih mempertahankan sedikit kesadaranku saat aku mendengar Jaemin mengatakan sesuatu sebelum akhirnya aku benar-benar tak sadarkan diri.

"Maafkan aku. Aku melakukan ini untuk kebaikan kita. Jadi kau tidak boleh membenciku baby."

◌⑅●♡⋆♡••••••••••♡⋆♡●⑅◌

To Be Continue



Lost My Mind (NC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang