Pernah bermimpi dikejar hantu? Rasanya langkah menjadi sangat berat kan? Begitulah kira-kira yang aku rasakan belakangan ini, setelah persendian tanganku yang bengkak kini giliran persendian kaki. Awalnya hanya perasaan tak nyaman di telapak kaki bawah saat bangun tidur, namun semakin hari semakin memburuk, berkembang menjadi bengkak dan nyeri di seluruh persendian kaki. Setengah badanku bengkak dan nyeri sekali—dari panggul hingga ujung kaki—belum lagi persendian tangan—dari persendian jemari hingga sikut.
Pagi ini aku berangkat kerja seperti biasa, hanya saja aku sudah tak bisa menumpang mobil Tante Shanty lagi. Beliau sudah dimutasi ke kantor lain yang arahnya tak sama dengan kantorku, sehingga aku harus menumpang jemputan kantor pusat. Jemputan hanya mengantarkan penumpangnya sampai di kantor pusat saja. Kantor pusat itu adalah kantor Tante Shanty sebelumnya, yang letaknya di belakang kantorku. Jadi untuk sampai ke kantorku, aku harus berjalan kurang lebih 100 meter. Jarak tersebut pasti tidak masalah bagi siapapun, dalam keadaan normal—aku hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai di kantorku—namun kali ini jangan tanya, entahlah berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk sampai tetapi yang jelas langkahku menjadi sangat terbatas. Aku harus menahan nyeri yang luar biasa di setengah badan ini.
"Mba kenapa kakinya?" Seorang ibu yang mengenakan seragam dinas Bea Cukai menanyaiku. Aku sama sekali tak mengenalnya namun beliau sejak tadi menatapku dari kejauhan, kemudian bertanya saat kami berpapasan.
"Sakit Bu kakinya." jawabku sambil meringis menahan sakit.
"Periksain ke klinik Mba, obatin ya!"
" Iya Bu, terimakasih banyak." Setelah saling melempar senyum, kamipun melanjutkan perjalanan menuju tujuan masing-masing. Hatiku bergetar karena kepeduliannya, namun di saat bersamaan pula aku menyadari kondisiku lumayan parah sampai-sampai orang yang tidak aku kenal ikut mengkhawatirkanku.
Sebetulnya aku sudah berkali-kali pergi ke klinik kantor untuk mengobati kakiku ini, tetapi tidak ada perubahan. Pernah sempat sembuh namun beberapa hari kemudian sakit lagi hingga semakin parah. Obat-obatan yang kuminum seperti tidak ada efeknya. Karena tak ada perkembangan, kemudian dokter klinik kantor merujukku ke dokter spesialis syaraf di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi. Terhitung empat kali aku mondar mandir ke RS tersebut tanpa hasil. Semua hasil tes laboratorium dan rontgen menyatakan bahwa aku sehat. Dokter hanya memberikanku obat anti nyeri dosis tinggi. Jadi selama aku meminum obat aku bisa beraktivitas. Sakitnya masih tetap ada, namun masih bisa kutahan. Tapi parahnya badanku tak bisa bangun jika obat-obatan itu habis. Nyerinya luar biasa! Terakhir dokter menyarankan untuk fisioterapi namun aku tak mengikuti anjurannya. Aku harus tahu dulu apa penyakitku agar aku bisa mendapatkan penanganan yang tepat. Selain itu aku yakin fisioterapi membutuhkan biaya yang sangat banyak, rasanya aku tak akan sanggup. Maka aku meninggalkan dokter itu, tanpa hasil apapun selain uang gajiku beberapa bulan yang terkuras habis untuknya.
Pernah aku merasa tak punya harapan, aku bingung harus bagaimana. Tak ada kejelasan dari Dokter, penyakit apa yang hinggap di tubuhku ini. Hingga terbesit dibenakku, jangan-jangan aku kena guna-guna. Sungguh pikiran yang konyol hah! Tapi aku mempertimbangkannya, aku meminta maaf kepada semua orang yang sekiranya pernah aku sakiti, sampai-sampai mereka heran."Kamu kenapa?" Itu rata-rata respon yang mereka berikan. Meskipun begitu kaki ku tak juga sembuh.
"Wid gimana ya, kaki gue kok gak sembuh-sembuh. Mau ke dokter lagi duit udah habis. Paling nunggu gajian lagi baru bisa ke dokter." Widia dan aku adalah resepsionis, jadi kami sehari-hari terbiasa bekerja bersama. Dialah yang paling sering mendengar keluh kesah ku mengenai sakit ini.
"Udah coba di urut belum git?"
"Belom."
" Cobain aja urut, kali aja lu salah urat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lupus, Menemukan Bahagia
Não FicçãoCika, seorang gadis belia yang penuh mimpi, mendapati kesehatannya yang memburuk. Tak ayal usia muda yang seharusnya berbunga, malah dihabiskannya untuk bolak balik ke Rumah Sakit. Kemudian perjuangan yang panjang telah membawanya pada diagnosis pen...